Saya mendapatkan pertanyaan tersebut dari seorang adik kelas.Ia adalah mahasiswa baru yang baru menemukan semangat untuk membaca, tapi tidak tau mau baca buku apa. Sepertinya ia bukan satu-satunya mahasiswa baru yang memiliki kegelisahan serupa. Dunia mahasiswa baru memang dunia dengan semangat baru yang menggebu-gebu, termasuk kepada buku. Sepertinya diskusi tersebut layak untuk saya share, mana tau bisa membantu untuk para maba lainnya.
Untuk menjawab pertanyaan di atas, kita perlu mengenal jenis-jenis buku. Saya sih bukan seorang pakar atau praktisi dalam bidang publishing. Apa yang akan saya sampaikan hanyalah deskripsi singkat dari pengalaman saya selama hidup dengan deadline tugas kuliah dan buku. Jadi, pemetaan yang saya berikan hanyalah masalah pengalaman.
Secara sederhana, saya membagi buku kepada tiga tipe; fiksi, motivasi, akademik.
Yang termasuk kepada tipe fiksi adalah novel, roman, kumpulan cerpen, dan sejenisnya. Buku motivasi ya semacam bukunya om Mario Teguh, Setia Furqan, dsb. Buku-buku tips-tips saya kategorikan kepada buku motivasi, seperti Tips Baca Quran cepat, Cara Jitu Kaya Raya Masuk Surga, Cari Jodoh Dunia Akhirat, dan semacamnya. Di samping itu, buku biografi atau autobiografi saya juga tempatkan pada kategori ini.
Bagi saya, kedua jenis buku ini adalah buku santai. Ini adalah buku-buku yang dibaca di akhir pekan, ketika bosan, atau disela-sela kejenuhan dan mumetnya pikiran karena diburu deadline tugas presentasi dan sebagainya. Yang hobi fiksi silahkan baca novel, roman, atau cerpen sebanyak mungkin. Begitu juga dengan buku-buku motivasi.
Jika berkaitan dengan buku dalam rangka kegiatan akademis, tentu buku yang dibutuhkan adalah buku akademik. Ada beberapa tingkatan dalam buku ini. Tingkatan pertama adalah buku primer. Buku primer berisikan pemikiran orisinil dari penulis atau pemikir besar. Buku ini biasanya menjadi rujukan dalam penulisan artikel, makalah, maupun buku. Nama-nama seperti al-Ghazali, Ibnu Rusyd, al-Thabari, Ibn Hajar, dsb; atau Arkoun, Nasr Hamid Abu Zayd, Shahrur, Fazlurrahman, Aisyah Abdurrahman Bint Syati’, al-Jabiri, Abdullah Saeed, Sayyid Hossen Nasr, dsb; Abraham Geiger, Theodore Noldeke, Neil Robinson, dsb, adalah pemikir-pemikir yang buku-buku mereka berada pada level buku primer.
Tingkatan kedua adalah buku-buku sekunder. Buku sekunder adalah buku yang mengulas atau membicarakan buku atau tokoh-tokoh di atas. Biasanya, buku-buku dalam jenis ini berawal dari tesis disertasi, atau agenda riset lainnya yang kemudian diterbitkan. Sebutlah seperti Epistemologi Tafsir Kontemporer tulisannya Dr. Abdul Mustaqim, Metode Kontemporer Memahami Hadis Nabi karya Prof. Suryadi, Dan Ahli Kitab Pun Masuk Surga: Pandangan Muslim Modernis Terhadap Keselamatan Non-Muslim karya Dr. Hamim Ilyas, Konsep Ilmu dalam Hadis karya Dr. Alfatih Suryadilaga, dan sebagainya. Akan tetapi, disertasi-disertasi tertentu yang dirujuk begitu luas dan membicarakan sesuatu yang benar-benar orisinil mungkin bisa kita kelompokkan kepada buku primer. Biasanya, seorang mahasiswa S1 diperbolehkan merujuk kepada buku sekunder dalam makalah mereka. Akan tetapi, mahasiswa pascasarjana diharuskan merujuk kepada buku primer, sementara buku sekunder diposisikan sebagai pengayaan atau perbandingan.
Tingkatan selanjutnya adalah buku-buku pengantar atau daras. Buku ini biasanya mengulas tema-tema populer dalam cabang ilmu tertentu. Umpamanya Buku Pengantar Ulum al-Quran yang berisi definisi Al-Quran, Jam’u al-Quran, Muhkam-Mutasyabih, dsb; Buku Pengantar Hukum Islam yang berisi definisi hukum, metode hukum, dan sebagainya. Dalam jurusan Ilmu Al-Quran, biasanya buku yang dikategorikan kepada buku ini adalah buku-buku yang mengulang atau meringkas buku primer seperti al-Itqan fi ‘Ulum al-Quran tulisan Suyuti, al-Burhan fi ‘Ulum al-Quran karya al-Zarkasyi, Asbab al-Nuzul tulisan al-Wahidi, dan sebagainya. Buku-buku semacam kompilasi biografi singkat ulama-ulama, kompilasi inti-inti pemikiran para pakar klasik di berbagai bidang seperti Quran, hadis,filsafat, aqidah, hukum, dsb; review kitab-kitab klasik; dan sebagainya.
Selain itu, satu jenis buku lainnya perlu disebutkan, yaitu jurnal. Jurnal ini adalah kumpulan artikel-artikel ilmiah yang diterbitkan secara berkala oleh institusi tertentu. Di jurusan Tafsir Hadis UIN Sunan Kalijaga umpamanya adalah Jurnal Studi Ilmu-ilmu Al-Quran dan Hadis, di Fakultas Ushuluddin ada jurnal Essensian, di Pascasarjana ada Hermeneia, atau juga ada al-Jami’ah yang menjadi salah satu jurnal yang diakui internasional. Setiap kampus/fakultas biasanya mempunyai jurnal. Beberapa yang saya tau adalah Journal of Qur’an and Hadith Studies di Pascasarjana Jakarta, Suhuf di Badan Litbang Kemenag RI, al-Aqidah di AF UIN Imam Bonjol, dan sebagainya.
Dari keempat tingkatan di atas, buku apakah yang harus dibaca? Secara sederhana, semuanya harus dibaca. Akan tetapi jika pertanyaannya “Buku apa yang sebaiknya saya koleksi?”, maka saya akan memberikan jawaban sebagai berikut. Kita perlu buku pengantar, tapi tidak perlu banyak. Hal ini karena dari satu buku ke buku yang lainnya membahas hal yang sama. Oleh sebab itu, kita akan menemui pengulangan. Cukup punya dua atau tiga buku untuk jenis ini. Jika suatu saat butuh pengayaan, silahkan mengunjungi perpustakaan.
Adapun buku primer dan sekunder, itulah yang perlu banyak kita koleksi (dan baca tentu saja). Karena, dalam melalui kedua buku itulah ilmu kita benar-benar berkembang. Kita tidak cukup mebaca buku pengantar saja. Namanya saja pengantar, jadi ibarat angkot. Ia hanya nganterin sampai gerbang kampus. Selama di atas angkot, kita hanya bisa melihat pagar, dinding, dan plang nama kampus. Kita hanya dapat ilmu bagian kulitnya saja. Untuk masuk ke dalamnya, perlu buku-buku yang lebih serius. Itulah buku sekunder dan primer.