Mohon tunggu...
PutihKelabuh
PutihKelabuh Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa jurusan ilmu komunikasi di universitas islam negeri sumatera utara

Saya seorang mahasiswa di jurusan Ilmu Komunikasi di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. Sebagai mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi, saya memiliki minat yang besar dalam membaca dan menulis. Hobi membaca dan menulis saya tidak hanya sekadar kegiatan santai, tetapi juga sebagai sarana untuk terus mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dalam bidang ini. Melalui kegiatan membaca, saya dapat memperluas wawasan dan pemahaman terhadap berbagai teori dan konsep yang menjadi dasar ilmu komunikasi. Di samping itu, menulis juga merupakan bagian penting dalam perjalanan akademik saya. Melalui kemampuan menulis, saya dapat menuangkan pemikiran dan gagasan secara jelas dan sistematis. Blog ini menjadi wadah bagi saya untuk mengekspresikan berbagai ide dan pandangan terkait dengan ilmu sosial dan fenomena sosial yang tengah berkembang. Dengan menulis di blog, saya juga dapat berbagi informasi dan pandangan dengan pembaca lainnya. Dalam konteks ilmu sosial, penting bagi kita untuk terus memperhatikan dan menganalisis berbagai fenomena sosial yang sedang terjadi di sekitar kita. Misalnya, dalam era digital seperti sekarang, fenomena media sosial menjadi topik yang menarik untuk diteliti. Melalui analisis yang mendalam, kita dapat memahami dampak media sosial terhadap pola komunikasi dan interaksi sosial masyarakat. Dengan demikian, melalui blog ini, saya berharap dapat memberikan wawasan dan pemahaman yang lebih luas terkait dengan ilmu sosial dan fenomena sosial kontemporer.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dibalik Kata Sumatera

29 Oktober 2024   22:48 Diperbarui: 30 Oktober 2024   00:21 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bhumi Mlayu

Bhmi Mlayu ("Tanah Melayu") terukir di Prasasti Padang Roco, yaitu sebuah prasasti berangka 1286 M yang ditemukan di hulu sungai Batanghari, kompleks percandian Padangroco, kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat.Selanjutnya dalam naskah Negarakertagama dari abad ke-14 juga kembali menyebut "Bumi Malayu" (Melayu) untuk pulau ini. Di pulau ini juga pernah berdiri kerajaan Melayu yang berpusat di Muara sungai Batang Hari, Jambi. Pada tahun 682 kerajaan ini ditaklukkan oleh Sriwijaya, dan melalui Sriwijaya bahasa dan kebudayaan Melayu disebarkan ke daerah kekuasaannya.

Swarnnabhmi

Pada Prasasti Padang Roco dipahatkan swarnnabhmi (bahasa Sanskerta, berarti "tanah emas"). Naskah Buddha yang termasuk paling tua, Kitab Jataka, menceritakan pelaut-pelaut India menyeberangi Teluk Benggala ke Suwarnabhumi.

Suwarnadwi

Sumber gambar : fecebook
Dalam berbagai prasasti, pulau Sumatera disebut dengan nama Sansekerta: Suwarnadwipa "pulau emas". Dalam cerita Ramayana dikisahkan pencarian Dewi Sinta, istri Rama yang diculik Ravana, sampai ke Suwarnadwipa. Para musafir Arab menyebut pulau Sumatera dengan nama Serendib (tepatnya: Suwarandib), transliterasi dari nama Suwarnadwipa. Abu Raihan Al-Biruni, ahli geografi Persia yang mengunjungi Sriwijaya tahun 1030, mengatakan bahwa negeri Sriwijaya terletak di pulau Suwarandib.

Malaya dvipa

Istilah Malaya dvipa muncul dalam kitab Purana, sebuah kitab Hindu purba, yang ditulis sebelum zaman Gautama Buddha sehingga 500 Masihi. Dvipa bermaksud "tanah yang dikelilingi air" dan berdasarkan maklumat-maklumat yang lain dalam kitab itu, para pengkaji beranggapan bahawa Malaya dvipa ialah Pulau Sumatera.


Pulau Emas

Istilah pulau ameh kita jumpai dalam cerita Cindua Mato dari Minangkabau. Dalam cerita rakyat Lampung tercantum nama tanoh mas untuk menyebut pula yang besar ini. Pendeta I-tsing (634-713) dari Cina, yang bertahun-tahun menetap di Sriwijaya pada abad ke-7, menyebut pulau Sumatera dengan nama chin-chou yang berarti "Negeri Emas".

Taprobana

Di kalangan bangsa Yunani purba, Pulau Sumatera sudah dikenal dengan nama Taprobana. Nama Taprobana Insula telah dipakai oleh Klaudios Ptolemaios, ahli geografi Yunani abad kedua Masehi, tepatnya tahun 165, ketika dia menguraikan daerah Asia Tenggara dalam karyanya Geographike Hyphegesis. Ptolemaios menulis bahwa di pulau Taprobana terdapat negeri Barousai. Mungkin sekali negeri yang dimaksudkan adalah Barus di pantai barat Sumatera, yang terkenal sejak zaman purba sebagai penghasil kapur barus.

Sejak zaman purba para pedagang dari daerah sekitar Laut Tengah sudah mendatangi Sumatera. Di samping mencari emas, mereka mencari kemenyan (Styrax sumatrana) dan kapur barus (Dryobalanops aromatica) yang saat itu hanya ada di Sumatera. Sebaliknya, para pedagang Nusantara pun sudah menjajakan komoditi mereka sampai ke Asia Barat dan Afrika Timur, sebagaimana tercantum pada naskah Historia Naturalis karya Plini abad pertama Masehi. Pada masa Dinasti ke - 18 Fir'aun di Mesir (sekitar 1.567SM-1.339SM), di pesisir barat pulau sumatera telah ada pelabuhan yang ramai, dengan nama Barus. Barus (Lobu Tua -- daerah Tapanuli) diperkirakan sudah ada sejak 3000 tahun sebelum Masehi. Barus dikenal karena merupakan tempat asal kapur barus. Ternyata kamper atau kapur barus digunakan sebagai salah satu bahan pengawet mummy Fir'aun Mesir kuno.

gambar-whatsapp-2024-10-29-pukul-22-04-43-a40b6f5d-6721173ec925c4094d164442.jpg
gambar-whatsapp-2024-10-29-pukul-22-04-43-a40b6f5d-6721173ec925c4094d164442.jpg

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun