Mohon tunggu...
Fadhlianti Puspitaningrum
Fadhlianti Puspitaningrum Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Mahasiswa semester 5 Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Prof.K.H. Saifuddin Zuhri Purtwokerto, Penerima Beasiswa Bank Indonesia Purwokerto 2024.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pembelajaran Islam Melalui Media Sosial pada Generasi Z

24 Oktober 2024   20:06 Diperbarui: 24 Oktober 2024   20:23 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Media pembelajaran adalah teknologi komunikasi yang dapat digunakan untuk keperluan pembelajaran. Namun, Briggs menyatakan bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan informasi dan materi pelajaran, seperti buku, film, video, dan sebagainya. Selanjutnya, National Education Association menyatakan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi visual dan dengar, termasuk teknologi keras.
Media pembelajaran adalah alat bantu yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi pelajaran dan membuat pelajaran mudah dipahami oleh siswa. Tujuannya adalah untuk mencapai tujuan utama pembelajaran dan kompetensi yang dibutuhkan dengan efektif. Selain itu, menggunakan sumber pembelajaran yang tepat dapat membantu siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar. Pada tahap orientasi pengajaran, penggunaan media pembelajaran akan sangat membantu proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran.

Media pembelajaran didefinisikan secara berbeda oleh M. Ramli. Menurutnya, ada dua jenis media/alat pembeljaran:

  • Perbuatan pendidik (biasanya software atau immaterial); mencakup nasehat, teladan, larangan, perintah, pujian, teguran, ancaman, dan hukuman.
  • Benda-benda sebagai alat bantu (biasanya hardware atau material); mencakup papan tulis, penghapus, kapur tulis, buku, peta dan lain sebagainya.

Dalam diskusi ini, pertanyaannya adalah tentang media pembelajaran agama Islam dalam arti teori tertentu mengenai pengertian media pembelajaran agama Islam, yaitu teori tentang media pembelajaran dari perspektif Islam, atau pertanyaannya tentang jenis media yang digunakan dalam pembelajaran agama Islam. Jika teori tentang media pembelajaran agama Islam dianggap sebagai teori dari perspektif Islam, peneliti merasa pendapat M. Ramli lebih cocok mewakili, karena dalam pemikiran pendidikan Islam aspek ruhani merupakan bagian obyek pendidikan, sehingga seperti tauladan dapat menjadi pilihan media yang tepat dalam menyampaikan pesan dibidang ruhani. Media pembelajaran adalah sekumpulan materi, atau alat, yang digunakan untuk menyampaikan pesan dalam proses pembelajaran dari penyampai (guru) ke penerima (siswa) untuk mencapai tujuan belajar secara efektif. Untuk memungkinkan guru dan siswa berkomunikasi dengan baik dan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, landasan penggunaan media dalam pembelajaran harus diterapkan dengan bijak dan bijak.

Dunia pendidikan dan pembelajaran telah mengalami banyak perubahan berkat kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Dalam proses pembelajaran, guru bukan lagi satu-satunya sumber. Perkembangan ini dibahas dalam empat revolusi dramatis oleh Eric Ashby. Ketika masyarakat memberikan wewenang dan kepercayaan pada pendidikan kepada orang tertentu saja, muncul "profesi guru". Revolusi kedua terjadi ketika sekolah menggunakan tulisan sebagai sumber belajar melalui "buku pelajaran". Revolusi ketiga terjadi ketika ditemukan mesin cetak, yang menghasilkan pendidikan yang lebih berbasis pada sumber buku yang beragam dan marak tersedia. Revolusi keempat terjadi ketika teknologi komunikasi menjadi lebih canggih dan memungkinkan siswa Hal ini jelas berdampak pada perkembangan pembelajaran agama Islam.

Pembelajaran diberikan kepada siswa dengan tujuan agar mereka mengalami proses pembelajaran dan memperoleh pemahaman tentang sikap dan pengetauan yang diperlukan untuk hidup. Oleh karena itu, pengalaman belajar siswa di kelas sangat memengaruhi tingkat kesiapan mereka untuk mempersiapkan modal hidup. Untuk meningkatkan kesiapan hidup anak di seluruh populasi, inovasi pembelajaran harus dimulai di dalam kelas. Paradigma pembelajaran harus diubah dari pembelajaran yang berpusat pada guru di mana guru memberikan banyak ceramah pembelajaran yang berpusat pada siswa atau SCL. Siswa harus diberi kesempatan untuk membangun dan menemukan pengetahuan, memperoleh keterampilan, dan memperoleh sikap hidup. Siswa memperoleh dan mempertahankan pengetahuan dalam pembelajaran SCl. Collins dan O'Brien, menyatakan bahwa guru dalam pembelajaran SCL memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar sendiri dan dari teman guru memberikan masalah yang terbuka dan memerlukan berpikir kritis atau kreatif melalui pembelajaran kolaboratif; dan dapat meningkatkan keinginan siswa untuk belajar dan pemahaman mereka tentang apa yang mereka pelajari. Kedua penelitian menunjukkan bahwa SCL adalah metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kreativitas, berpikir kritis, kerja tim, dan komunikasi.

Penggunaan media pembelajaran yang baik dan tepat untuk membantu siswa mengeksplorasi data dan fakta sangat membantu mereka memahami data dan fakta. Ini juga membantu mereka memikirkan, memahami, menjelaskan, dan menarik kesimpulan atau generalisasi tentang keteraturan sehingga mereka memahami konsep, keterampilan, atau sikap. Penggunaan ICT dalam pendidikan sejalan dengan perkembangan teknologi saat ini, seperti penerapan dalam manajemen pembelajaran dan sebagai media pembelajaran berbasis ICT. Penggunaan ICT dalam pembelajaran tidak berarti alat menggantikan guru. Peran guru telah berubah dari sumber belajar menjadi fasilitator, yang berarti mereka harus dapat membantu siswa berpikir kritis, berkolaborasi, berinovasi, dan berkomunikasi dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi.

            Proses belajar dan mengajar agama Islam telah berubah menjadi dunia digital yang serba maju di era milineal 4.0, khususnya di dunia pendidikan agama Islam. Dengan demikian, keberadaan dan fungsi media pembelajaran menjadi sangat penting untuk meningkatkan melek digital dan proses pembelajaran yang lebih efektif. Karena kita semua akan hidup di dunia digital, terutama di dunia pendidikan, masalah kita tidak hanya materi yang dikuatkan tetapi juga medianya. Media ini akan membantu guru menggunakan literasi belajar digital. Literasi dan sumber belajar digital bukan hanya topik komputer dan umum. Namun, setiap mata pelajaran harus lebih khusus untuk pendidikan agama Islam, dan anak-anak harus menggunakan teknologi 4.0 dalam kehidupan sehari-hari mereka. Anak-anak generasi milenial lebih suka menggunakan teknologi daripada membaca buku cetak.

Jika generasi Z ingin menggunakan media sosial untuk mengajar agama Islam, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan saat memilih, merancang, dan membuat media tersebut. Hal-hal ini termasuk kemajuan teknologi, psikologi siswa, psikologi perkembangan siswa, dan karakteristik materi pelajaran. Langkah-langkah ini akan sangat penting untuk memahami, menggunakan, membuat, dan mengembangkan media pembelajaran itu sendiri. Pada akhirnya, proses pembelajaran berkualitas tinggi dan pesan disampaikan dengan efektif dan efisien. Generasi Z menjadi lebih aktif di internet berkat munculnya media sosial. Dalam hal pengetahuan dan informasi, mereka dapat dengan mudah diperoleh. Mereka tidak hanya mendapatkan informasi secara cepat, tetapi mereka juga aktif bertanya, memberikan komentar, dan menggali lebih dalam. Karena itu, tugas guru saat ini bukan hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga membantu dan membimbing.

Pendapat bahwa mempelajari anak Generasi Z akan menjadi kurang lengkap jika guru hanya menggunakan media pembelajaran masa lalu karena kemudahan mendapatkan informasi dan pengetahuan melalui internet sangat relevan. Untuk itu, pendidik dan sekolah harus beradaptasi dengan kebiasaan Gen Z dan mempelajari cara mereka menangani data. Pendidik harus menerima bahwa cara belajar berubah dengan cepat di era millenials ini. Mereka harus memahami cara belajar generasi Z ini agar mereka dapat menggunakan media konvensional dalam proses mengajar mereka. Alat seperti proyektor dan perangkat elektronik dapat digunakan sebagai alat pembelajaran. Bahkan smartphone dan media pembelajaran dapat memungkinkan proses pembelajaran yang melampaui ruang dan waktu, memasuki dunia maya yang sebagian besar merupakan dunia generasi Z saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun