Mohon tunggu...
Fadhli Ali
Fadhli Ali Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Anak muda,maaf masih meledak-ledak.Saya koleris akut,tapi juga sanguin.\r\nSuka ama anak-anak,suka dengan yang namanya Humor,Easy Going.\r\n\r\nPanggil saya Ali !

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Episode Hidup Bersama Ayah (Bagian 1)

15 Desember 2011   04:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:15 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bandung-Sahabat saya ingin berbagi pengalaman mengenai kehidupan keluarga saya. Ini adalah kisah nyata perjuangan seorang ayah membesarkan anak-anaknya. Baik perkenalkan ayah saya bernama Fitrial lahir dari keluarga sederhana namun penuh  disiplin,cinta dan pendidikan. Karena Inyiak(kakek)ku Ali adalah seorang Polisi dan iyak(nenek) ku Nida Husni adalah seorang pengajar. Sabahat,aku menuliskan kisah ini dengan bangga , bangga karena Allah memberikanku seorang ayah yang tidak mengenal kata menyerah dalam hidupnya. Bangga karena aku memiliki panutan yang kubawa hingga dewasa bahwa tiada usaha yang tidak dihargai oleh Allah Subhanawata'ala. Ayah adalah panutan bagi hidupku.

Ayah anak pertama dari 5 Bersaudara. Ayah lahir dan besar di Medan. Dirumah yang sederhana. Ayah sering bercerita ketika masa-masa ku duduk di SMP dan SMA bahwa kakek adalah seorang yang sangat disiplin karena latar belakangnya adalah seorang polisi. Ayah berkata bahwa inyiak pernah memukulnya dengan tali pinggang polisi karena ayah berbuat kesalahan.

Hingga ayah bercerita bahwa inyiak meninggal ketika ia duduk di bangku SMA. Saat tante ku Fajrina masih kecil. Entah apa yang ada dalam fikiran ayah saat itu. Jika aku dalam posisinya aku akan menangis. Itu pasti.

Ayah merantau ke Padang,ke  Universitas Andalas Padang mengambil jurusan Peternakan. Bukan jurusan yang ia inginkan,karena ayah amat menginginkan farmasi. Namun apa daya,ayahku buta warna parsial. Aku  adik-adik dan Ummi terkadang menggodanya karena tidak bisa membedakan mana biru dan hijau ketika berjalan-jalan bersama.

Di Jurusan Peternakan ayah pernah berujar kepadaku bahwa ini bukan jurusan yang ia inginkan,maka dari itu ia memutuskan untuk berwiraswasta dari usia muda. Ayah membuka usaha telur ayam bersama teman-temannya. Perlu diketahui ayah merantau ke Padang menumpang ke rumah salah satu pamannya.1 omku dan satu tanteku menumpang disalah satu rumah keluarga lainnya.

Ayah mengendarai motor ke kampus,berperawakan sedang dengan rambut gondrong khas anak muda. Ia masuk Universitas Andalas tahun 1985. Ayah bercerita semasa menjadi mahasiswa ia aktif mengikuti pengajian bersama salah satu ulama terkenal di Padang. Tekadang menginap disalah satu daerah yang bernama Kandang Ampek  untuk mengkaji islam  bersama teman-teman sejawatnya. Ayah bercerita pada saat itu  bahwa setiap label pengajian pasti diawasi,diawasi oleh siapa ayah tak menjawab. Sampai pada akhirnya aku membaca sejarah pergerakan pada masa itu. Tidak heran pada saat itu segala propaganda agar "pengajian" dicitrakan sebagai sesuatu yang menentang pemerintah dan merupakan kegiatan ekstrimis.

Ayah bertemu dengan ummi tanpa pacaran. Adalah salah satu temannya yang membantu proses pernikahan mereka. Baik ini adalah bagian yang kusuka dari cerita mereka berdua,silahkan disimak sahabat
Ayah adalah seorang  Mahasiswa Ikhwan, ya katakanlah  Mahasiswa ikhwan itu adalah mahasiswa yang sering mengkaji islam baik di mesjid maupun di majlis-majlis khusus. Namun rambut gondrong sebahunya masih ia pertahankan. Sampai pada akhirnya  ia memotong rambutnya. Sedangkan Ummi adalah seorang akhwat,walau pada awalnya ia tidak tertarik mengkaji islam secara intens adalah teman-temannya yang mengajaknya untuk mengenakan jilbab secara benar.
Ummi hanya berkata kepadaku"kami tidak pacaran cuma ayahmu yang mau lalu ayahmu pergi menemui bakas(orangtua dari ummi) dan ayahmu menyanggupi"
Pernikahan merekapun berlangsung sederhana namun penuh keberkahan?Apa pasal? Ayah dan Ummi menikah sebelum lulus kuliah di rumah nenek di Padang makanan dimasak oleh Iyak dan Keluarga. Para hadirinpun merupakan saudara dekat dan jauh kami tak ketinggalan mahasiswa-mahasiswa.

Tidak heran suasana pernikahan mereka sangat ramai. Seingatku tidak ada band atau sejenis musik yang mengiringinya. Ayah memakai jas sederhana sedangkan Ummi memakai stelan putih dengan jilbab putih. Sungguh serasi. Ada foto kenangan yang terus kuingat sahabat bahwa pernikahan tidak harus mewah,yang penting berkah.

Dengan latar belakang demikian adalah wajar ketika ayah sangat marah padaku ketika mengetahui aku memiliki pacar ketika SMA. Ayah sangat marah,aku tidak memahami mengapa ayah sangat marah padaku. Pikiranku saat itu mengapa ayah marah kepada anak bujangnya yang sedang menemukan cinta?
Ayah hanya memberikan 2 Opsi padaku saat itu yang pertama melanjutkan sekolah dan memutuskan pacarku dan yang kedua adalah menikahinya dan memberikanku modal usaha. Mungkin ini juga adalah berkat doa Ummi. 4hari kemudian pacarku memutuskan hubungan  kita .alasannya?Orangtuanya tidak mengizinkan pacaran.Hore,aku diputuskan bukan memutuskan.

Oke balik lagi tentang ayah. Ayah amat menyukai alam,tidak heran amat sering ayah mendaki daerah-daerah entah gunung atau lainnya. Selain itu ayah amat menyukai kerang,saat aku SMP ayah pernah mengajakku makan kerang ditepi jalan.Sungguh nikmat.Sa,pai saat ini kerang juga menjadi makanan favoritku.

Sahabat ayahku pada usia 25 sudah berhasil membangun bisnisnya berkembang sebelum usia 35 ia sudah menghajikan nenekku.Pada usia  sebelum 35 juga kami merasakan hidup yang sangat berkecukupan.Ayah memiliki 4 Mobil. Dan jika bepergian kami biasanya naik taksi jika tak ada mobil dirumah. Hampir lupa,ayah membangun usaha jual beli ayam potong pelanggannya adalah ng dipasar,pedagang ayam potong,sate madura,CFC dan rumah makan. Tidak main-main sehari bisa mencapai 300-400 potong orderan.
Kadang aku membantu menjadi operator peneruma order kadang ummi dan kadang adik-adikku. Aku amat sering berkunjung ke kandang dan tempat pemotongan ayam. Aku amat sering bertemu dengan ayam-ayam kecil yang berwarna kuning. Menulis ini aku jadi ingat ayah pernah memarahiku karena "buang kotoran" di celana pada usia 3 atau 4 tahun dan gawatnya itu terjadi di kantornya .Ia mengurungku di WC rumah menunggu ummi pulang berbelanja di pasar.
Sebenarnya banyak sekali yang ingin kuceritakan sahabat,bagaimana ayah jatuh bangkrut dan Ummi menjadi wanita yang menguatkannya. Kami harus rela pindah dari satu kontrakan ke kontrakan lain. Bagaimana saya menemani ayah dimalam hari dan tidur di motor hanya untuk menunggu orang yang berhutang memenuhi janjinya. Bagaimana aku bisa membuat ayah bangga dengan prestasiku,bagaimana kisah ayah menolongku ketika hampir mati tenggelam , bagaimana ayah memberikan aku pelajaran hidup dengan berbagai macam cerita dan pelajaran yang ia berikan. Nantikan cerita selanjutnya sahabat dengan cerita mengenai ayah .

*maaf masih pemula.
Bandung,15 12 11 sebelum Kuliah Teknik Pengukuran

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun