Mohon tunggu...
Achmad Fadhil
Achmad Fadhil Mohon Tunggu... -

Mencoba belajar filsafat dan politik di UI\r\n\r\n@fadhill91

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hati-hati pada Majalah Fashion!

7 Maret 2013   03:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:12 647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan zaman yang semakin canggih merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat dihindari dari perkembangan hidup manusia. Derasnya pengembangan teknologi informasi yang sudah modern dan semakin pesat akan membuat penyediaan berbagai informasi semakin meningkat pesat juga. Hal ini membuat masyarakat mudah tertarik untuk mengkonsumsi berbagai macam informasi yang tersaji di dalamnya. Salah satu sarana kita untuk mendapatkan informasi tersebut adalah dengan bantuan media, baik media cetak maupun elektronik. Peranan media sangat dibutuhkan untuk semua masyarakat agar tidak kehilangan informasi terbaru. Kemudahan kita mengakses dan hiburan yang ada di media tersebut membuat kita seolah–olah sulit untuk lepas dari media tersebut. Hal ini akan memunculkan budaya konsumtif yang menggambarkan ada budaya yang kita sukai dan dapat mulai mempengaruhi dan mengubah gaya hidup manusia. Apalagi saat produk budaya itu memuaskan hasrat atau nafsu manusia dan memberikan pesona ekstase maka nilai-nilai moral seakan rontok satu per satu.

Majalah fashion menampilkan suatu konsep yang dibuat sedemikian rupa agar dapat mempengaruhi gaya hidup manusia. Sekarang ini majalah fashion seperti majalah Vogue menjadi suatu acuan dalam pola pikir masyarakat khususnya pencinta fashion. Disini kapitalisme membuat konsep idol terhadap produk atau informasi yang di tawarkan sehingga membuat produk tersebut di gemari bahkan tergila–gila sama hal tersebut. Gejala ini di dalamnya terdapat suatu hipperealitas yang membuat suatu kondisi yang menggambarkan tabir antara realitas dan fantasi semakin tipis. Banyak hal yang sebelumnya dianggap fantasi kini menjadi realitas. Hal ini akan berpengaruh terhadap kebudayaan dan kehidupan manusia.

Majalah fashion memuat berbagai macam informasi seperti gaya hidup artis, musik terkini, iklan suatu produk, merk baju, dan sebagainya. Majalah fashion khususnya rubrik pakaian menampilkan berbagai jenis merk baju, sepatu, aksesoris maupun tas. Tampilan tersebut dimuat dengan menampilkan suatu produk yang sedang dipakai oleh model serta terdapat juga harga yang tertera dan tempat penjulan produk tersebut. Dalam informasi tersebut menampilkan gambar-gambar yang kompleks dan beragam tanpa sedikit pun ada informasi mengenai mamfaat dari produk tersebut. Informasi dari iklan produk ini sangat mengandalkan pada gaya dan bentuk tubuh model saat memakai suatu produk, bentuk produk sendiri serta gambar latar nya. Hal ini menyebabkan konsumen lebih fokus kepada proses mentalnya ketika mengevaluasi informasi dari majalah tersebut yaitu konsumen mengimajinasikan bagaimana dirinya terlihat jika mengenakan produk yang di tampilkan dan kesan yang timbul pada barang tersebut. Startegi ini membuat masyarakat masuk arus konsumtif. Dalam keadaan ini masyarakat tidak lagi dapat merefeleksi kembali informasi yang didapat pada majalah fashion.

Berkaitan dengan di atas, majalah fashion terlihat memiliki kekuatan yang berhubungan dengan mental dan pikiran. Majalah ini dapat membuat seseorang merasa menjadi sesuatu yang bukan dirinya. Perwujudan ini dihasilkan dalam penciptaan tampilan fisik dan kesan suatu produk yang mudah diubah-ubah misalkan gaun putih pengantin memberi kesan suci atau baju dan rok mini serba hitam memberi kesan kuat dan seksi. Perubahan kesan ini menyenangkan pencinta fashion yang menyukai dinamika dan sesuatu yang melewati pakem-pakem yang kaku dan membosankan. Citra gemerlap yang ditampilkan dalam majalah fashion seringkali menyilaukan mata. Hal ini berkaitan dengan citra yang digambarkan oleh pelaku industri majalah fashion dengan mengekspos tubuh perempuan, mendewakan penampilan fisik yang rasis dan menstandarisasi kecantikan. Majalah fashion menjual mimpi-mimpi konsumen seperti ingin terlihat putih, cantik, glamour, dan sebagainya. Caranya dengan membuat standarisasi kecantikan dan manusia ideal. Perwujudan konsep ini dibantu dengan menampilkan gambar atau foto model yang tinggi, langsing, putih, hidung mancung dan sebagainya. Model tersebut menggunakan suatu produk untuk menunjang gambar visual tersebut. Foto model itu ditaruh di sampul atau diisinya dengan ukuran besar dan berwarna agar terlihat jelas dan menarik. Hal ini dilakukan secara terus menerus sehingga membuat konsumen meyakini bahwa manusia yang cantik atau ideal ini seperti yang digambarkan oleh majalah tersebut. Selain itu, realitas ini juga menggambarkan identitas perempuan yang dikonstruksikan melalui representasi. Maksudnya bahwa majalah fashion mengkonstruksikan sifat  perempuan harus bersikap perempuan pada umumnya seperti bersikap manis, lembut, dan sebagainya melalui representasi yang ditampilkan majalah fashion tersebut. Saat pembaca melihat sosok model sampul majalahdengan ditambah kisah hidup si model maka ia akan  menganggap bahwa sosok model mewakili realita dan merefleksikan dirinya. Konsumen terjebak pada sosok palsu yang berada dalam simulakra karena model sampul tersebut telah dibentuk dengan busana, kosmetik, gaya dan cerita-cerita sukses mengenai dirinya. Semua unsur tersebut mendukung konstruksi citra yang ingin ditampilkan. Jadi, majalah fashion menjadi subjek dari propaganda industri kosmetik atau kecantikan yang diuntungkan melalui jualan mimpi untuk mempengaruhi masyarakat luas.

Berdasarkan uraian diatas, hal ini membuat masyarakat mengarah pada budaya konsumtif. Apalagi gambar atau foto yang ditampilkan berukuran besar dan berwarna, baik dari sampul majalah maupun isinya sehingga terlihat jelas, menarik, dan mewah.  Masyarakat akan terpesona dengan tampilan dan informasi yang ditawarkan oleh majalah fashion. Dalam keadaan ini masyarakat menjadi konsumen pasif. Konsumen pasif ini  menggambarkan manusia yang menerima segala apapun yang masuk kedalam tubuh dan pikirannya tanpa merefleksi kembali dalam kehidupannya. Dalam masyarakat konsumer, individu dinilai dari apa yang ia miliki. Jadi seseorang dipandang berhasil, bernilai dan berkualitas dari kemampuan mengkonsumsi. Pada titik inilah iklan atau media massa mengambil peran sebagai media informasi. Iklan dalam majalah fashion dapat membangun citra melalui tanda, simbol, informasi suatu produk. Iklan menggoda kita untuk konsumsi. Dalam pandangan Baudrillard, iklan tidak hanya menyampaikan informasi melainkan berfungsi juga untuk membentuk realitas. Iklan sebagai representasi hiperrealitas yang telah menjadi acauan model, gaya hidup dan sturktur masyarakat (Baudrillard:1983, hal 61). Jadi, iklan yang membentuk realitas bukan sebaliknya. Informasi iklan pada majalah fashion seringkali kita anggap sebagai kenyataan. Kita lupa bahwa yang ditampilkan dalam iklan teresebut hanyalah rekayasa teknologi iklan.

Daftar Pustaka

Baudrillard, Jean. 1994. Simulacra and Simulation. terj.Sheila. USA : The University Michigan    Press

---------------------,  1996. The System of Object. terj.Benedicth. London: Verse Press

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun