Baru-baru ini, kasus kekerasan kembali menodai perguruan tinggi. Kali ini menimpa tiga mahasiswa pada pendidikan dasar sebuah aktivitas kampus. Ketiganya meninggal dalam waktu berurutan. Seorang ibu korban berkisah, sang anak sempat mengaku mengalami siksaan berupa pukulan sampai injakan.
Kasus seperti ini bukan yang pertama terjadi di khazanah pendidikan Tanah Air. Sebelumnya, pada awal tahun, bangsa Indonesia "dihadiahi" peristiwa kekerasan berujung maut yang menimpa seorang taruna tingkat I Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Marunda, Jakarta Utara. Begitu pun dengan rentetan kejadian pada tahun-tahun sebelumnya yang kerapkali dilakukan atas nama "senioritas".
Seringkali perlakukan kekerasan menjadi halal dalam ajang orientasi agar mental si junior "tahan banting". Atau, agar junior segan dengan senior-seniornya. Tapi apa iya, mental tahan banting dibentuk dengan cara yang tak berperikemanusiaan?
Secara pribadi, saya mengamini perlunya pendidikan karakter manakala seorang anak yang baru mentas dari jenjang pendidikan sebelumnya, memasuki jenjang pendidikan baru. Ini karena pergaulan yang akan dialami akan berbeda dengan kehidupan terdahulu. Seorang anak harus mampu beradaptasi dan membawa diri dalam lingkungan yang baru, teman-teman baru, guru-guru baru, dan semua yang serba baru.
Selain untuk menghadapi lingkungan baru, pendidikan karakter musti diterima agar seorang anak memiliki kepribadian dirinya sendiri, bukan copy paste orang lain, untuk mampu mengambil sikap di segala situasi. Pendidikan karakter juga dapat dijadikan sebagai strategi untuk mengatasi pengalaman yang selalu berubah-ubah. Ingat baik-baik. Orientasi pendidikan karakter adalah untuk menanamkan morale value yang baik agar masing-masing individu bisa menghadapi perubahan zaman. Lalu bagaimana mungkin penanaman moral bisa dibentuk dengan kekerasan?
Yang mungkin terlupakan, masing-masing manusia diciptakan dengan kepribadian yang berbeda-beda. Ada empat tipe kepribadian yang jamak dikenal. Yakni koleris, sanguin, plegmatis, dan melankolis. Berikut penjelasan keempat tipe tersebut seperti dilansir dari pakar character specialist Timothy Wibowo.
1. Koleris. Tipe ini bercirikan pribadi yang suka kemandirian, tegas, berapi-api, suka tantangan, bos atas dirinya sendiri.
2. Sanguin. Tipe ini bercirikan suka dengan hal praktis, happy dan ceria selalu, suka kejutan, suka sekali dengan kegiatan social dan bersenang-senang.
3. Plegmatis. Tipe ini bercirikan suka bekerjasama, menghindari konflik, tidak suka perubahan mendadak, teman bicara yang enak, menyukai hal yang pasti.
4. Melankolis. Tipe ini bercirikan suka dengan hal detil, menyimpan kemarahan, perfeksionis, suka instruksi yang jelas, kegiatan rutin sangat disukai.(pendidikankarakter.com)
Dengan empat jenis kepribadian itu, betapa indah apabila pembentukan karakter dilakukan berdasarkan masing-masing tipe kepribadiannya. Tentu ilmu psikologi mampu menjelaskannya secara lebih rinci. Bagaimanapun tindak kekerasan dengan dalih membentuk mental bukanlah hal yang benar.