Mohon tunggu...
Fadhillah Piliang
Fadhillah Piliang Mohon Tunggu... Programmer - Programer komputer yang suka menulis dari saat kuliah
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pekerja Perusahaan swasta, Programer komputer Alumni universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Kereta Cepat Awal Aneksasi China atas Indonesia?

8 September 2021   05:00 Diperbarui: 8 September 2021   05:09 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Stasiun Keretapi (Instagram.com/info.keretaapi)

Biaya untuk pembangunan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung membengkak dari sekitar US$6,07 miliar atau sekitar Rp86,67 triliun (kurs Rp14.280 per dolar AS) menjadi US$8 miliar atau setara Rp114,24 triliun. Kalau dihitung 86,67 triliun saja, proyek ini akan membutuhkan waktu 110 tahun untuk balik modal. 

Apalagi membengkak menjadi 114,24 triliun rupiah.
Ekonom senior Universitas Indonesia Faisal Basri menyoroti biaya Kereta Cepat yang membengkak tersebut.

Ekonom Senior ini-pun mengangkat kembali tulisannya enam tahun lalu mengenai proyek Kereta Cepat tersebut. "Proyek mubazir ini sudah ditengarai bermasalah sejak awal," kata Faisal

"Analisis masalah-ongkos (cost-benefit analysis) proyek kereta cepat Jakarta-Bandung rasanya kurang meyakinkan. Kesannya terlalu dipaksakan dan kebutuhan belum terlalu mendesak," tambah Faisal Basri enam tahun lalu.

Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung bisa-bisa menjadi pintu masuk Aneksasi (pencaplokan) China atas Indonesia. Membengkaknya biaya proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung ini akan memuat ekonomi Indonesia akan kolep. 

Apalagi dengan adanya Pandemi Covid-19, Ekonomi Indonesia sudah mengab-mengab. Apalagi dengan ambisi besar Pemerintahan Presiden Joko Widodo dengan pembangunan infrastruktur.

Pembengkakkan biaya pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung diperkirakan tidak mampu di bayar Indonesia, disitulah China memainkan peranannya. China membiayai dalam bentuk hutang. Indonesia tidak mampu membayarnya. 

Akhirnya Kereta Cepat Jakarta-Bandung dikelola China tanpa bisa Indonesia ikut serta. Kita lihat beberapa negara di Afrika yang infrastrukturnya telah dikuasai secara penuh oleh negara China. 

Negara asalnya hanya bisa menjadi penonton, tanpa bisa melakukan apa-apa lagi. Apakah Indonesia menjadi korban berikutnya? Kereta Cepat Jakarta-Bandung kalau Bapak Presiden Joko Widodo dan jajarannya tidak hati-hati proyek Kereta Cepat bisa menjadi pintu masuknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun