Pasangan ganda putri Indonesia Greysia Polii dan Aripriyani Rahayu berhasil meraih medali emas pertama Indonesia di ajang Olimpiade Tokyo. Greysia Polii dan Apriyani Rahayu juga mencatatkan tinta emas  sebagai pasangan ganda putri pertama yang sukses meraih medali emas di ajang Olympiade.
Greysia Polii dan Apriyani Rahayu berhasil meraih medali emas setelah di babak final mengalahkan pasangan dari China, Chen Qing Chen/Jia Yi Fan dengan  skor 21-19, 21-15 dalam tempo 55 menit.
Sebagai penggemar bulutangkis, tentu kita sangat bangga dengan perjuangan putri dari Konawe Sulawesi Tenggara dan Jakarta berdarah Sulawesi Utara ini.
Kita juga tidak perduli Apriyani  Rahayu seorang muslim dan Greysia Polii seorang Kristen.
Yang kita tahu keduanya telah berhasil mengharumkan nama bangsa diajang paling bergengsi, yaitu Olympiade.
Keduanya lewat perjuangan di Olympiade Tokyo, telah mampu mempersatukan semua orang Indonesia. Tidak ada batas agama, suku dan ras
Kalau masih ada yang mempersoalkan mereka pemeluk agama Kristen atau Islam, berasal dari pulau Sulawesi atau pulau lainnya, berarti orang ini sangat kuno dan terbelakang. Walaupun dia mengaku seorang intelektual, tapi cara berpikirnya mundur puluhan tahun ke belakang.
Sudah lama kita tidak berpikir suku, agama dan golongan  seseorang. Mereka adalah teman kita, mereka adalah saudara kita dan mereka, adalah idola kita tanpa memikirkan agama dan sukunya.
Orang Kristen pasti akan mendukung atlit Indonesia, tanpa memikirkan dia itu Islam atau Kristen.
Sudah tidak zamannya lagi kita masih memikirkan agama, suku dan budayanya.
Kita heran bagaimana seorang Dosen dari Universitas terkenal di negeri ini, yang masih berpikir sangat kuno.
Berpikir untuk memecah belah persatuan Indonesia, dengan mengangkat isu sara, suku, agama dan ras seseorang. Kemana saja ya orang ini, disaat kita berpikir Khebinikaan, dia masih berpikir sara.