Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo menyampaikan bahwa harga mi instan bakal naik 3 kali lipat. Alasan dari pernyataan Beliau adalah karena Rusia dan Ukraina yang notabene menyuplai 30%-40% gandum di dunia sedang tidak bisa melakukan ekspor karena perang antara mereka berdua. Terdapat 180 juta gandum yang tidak bisa di ekspor, termasuk ke Indonesia.
Harga mi instan dengan berbagai merk saat ini berkisar antara 2,5 ribu hingga 3,5 ribu rupiah. Apabila harga mi instan benar-benar naik hingga mencapai 3 kali lipatnya, atau sekitar 8 hingga 12 ribu. Harga 1 bungkus mi instan akan menjadi serupa dengan harga 1 bungkus nasi rames di warung tegal ataupun warung padang porsi kecil. Jika memilih tentu masyarakat Indonesia akan memilih membeli nasi rames dibandingkan mi instan, karena lebih mengenyangkan.
Kelangkaan gandum sebenarnya bisa menjadi momentum bagi para pengusaha mi instan yang tidak menggunakan gandum sebagai bahan utamanya. Jagung, sagu, sukun dan beras sudah cukup sering dijadikan bahan dasar mi instan.
Mungkin para pengusaha mi instan tersebut hanya butuh menambahkan bumbu tambahan bagi masyarakat yang ingin memasaknya dengan lebih cepat atau tidak bisa memasak mi dengan bumbu tidak instan (buat sendiri).
Pihak-pihak yang membuat mi instan dari bahan dasar non gandum seperti para petani dan pengusaha (produsen) bisa menjadi banyak penjualan barangnya. Untuk agen grosir dan eceran mereka tidak akan menurun penjualannya karena mi instan berbahan dasar gandum akan tergantikan menjadi mi instan berbahan dasar non gandum.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI