Salah satu lokasi yang paling dikenal dengan batiknya yaitu Kampung Batik Laweyan, Surakarta. Di dalam Kampung Batik laweyan, terdapat pelaku usaha batik bernama Alpha Fabela yang meneruskan usaha milik keluarganya, yaitu Batik Mahkota Laweyan. Pada awalnya, Batik Mahkota ini mulai dijual di kios Pasar Klewer sejak tahun 1947-1970 an. Â
Namun, di sekitar tahun 70an terjadi persaiangan dagang dengan munculnya batik printing yang membuat batik tulis sebagai ciri khas dari usaha batik milik keluarganya itu harus vakum dan menjual kiosnya. Menurut putra dari pemilik Batik Mahkota, Taufan (27) menjelaskan, bahwa dengan munculnya batik printing persaingan menjadi agak tidak sehat, karena di eranya dulu batik tulis termasuk mahal, dari mulai proses hingga catnya. Berbeda dengan printing yang tidak begitu banyak memakan waktu produksi dan hasilnya bisa lebih banyak.
Taufan kemudian menceritakan, Di era 2000 an ayahnya dan masyarakat asli Laweyan melihat potensi di Laweyan sangat besar sekali untuk dikembangkan. Kemudian mereka mengumpulkan beberapa tokoh masyarakat yang ada di laweyan dan membuat sebuah Komunitas Batik Laweyan.
Dari kisah tersebut, Di tahun 2004 Alpha Fabela kemudian kembali membuka usaha batik yang sudah lama vakum itu. Lokasi batik nya sendiri masih sama dengan keluarganya dulu sewaktu produksi, yaitu di Jl Saingankulon RT 1 RW 3 Kelurahan Laweyan, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta. Saat itu, keluarganya memproduksi batik di rumah dan kemudian di jual di kios pasar klewer. "Tempat pembuatan capnya, tulisnya, itu murni semuanya di rumah, setelah kita produksi di rumah, terus kita jual di klewer," ujar Taufan. Â
Toko Batik Mahkota Laweyan buka dan produksi mulai pukul 08.00 sampai dengan pukul 17.00 di hari Senin - Sabtu. Â Pegawai yang ada di Batik Mahkota ini kurang lebih 15 orang yang masuk secara bertahab. "Ya dulunya kita awal mula satu, dua, di tahun 2004 kita mengawali, Terus sambil jalan kita produksi tahun demi tahun ya kita lihat potensi kita untuk mengembangkan batik peninggalan dari kakek ini kok semakin pesat, istilahnya merambah ke berbagai masyarakat yang ada di laweyan yang juga ingin mengembangkan batiknya, la itu kita kebut kembali pekerja batik. Ada yang dulunya itu ya belum tau tentang batik, kita ajari terlebih dahulu. Ada yang sudah berpengalaman juga, la itu kita juga melihat dari sisi itu sih," jelasnya.
![Dokpri (Koleksi Kain Batik Mahkota)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/06/29/whatsapp-image-2021-06-29-at-15-43-35-60daf4d906310e5d58624562.jpeg?t=o&v=770)
Ide dari beraneka ragam motif itu berasal dari ayahnya dan para pengrajin batik itu sendiri, "Idenya ada yang dari Pak Alpha ada yang dari pekerjanya sendiri, untuk abstak kontemporer itu dari para pembatiknya itu sendiri langsung, ketika kita menyediakan kain untuk memproduksi batik tersebut, la beliau dari pembatiknya langsung ekspresikan motifnya tersebut dan dengan bisa menerangkan makna motif yang mereka buat. Khusus untuk membatik ini kita ambil yang sudah punya pengalaman," Jawabnya. Â
Saat ini, Batik Mahkota bahkan memiliki 12 motif batik yang mempunyai hak cipta secara resmi. Diantaranya seperti Batik Bertutur, Batik Terakota, Batik Snow White, Batik Dinamik, Batik Heritage, Batik Arsitektur, Batik Super Maestro, dan masih banyak lainya.
![Dokpri (Motif Ayat Kursi)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/06/29/whatsapp-image-2021-06-29-at-15-43-35-1-60daf4e5152510084c0b2f72.jpeg?t=o&v=770)
Harganya pun bervariatif tergantung dengan kain dan prosesnya. "Kalau masih bahan kain (satu kain full) ya sekitar 1 jutaan lebih. kita saat proses itu nanti ada beberapa bahan proses, ya itu lebih mahal lagi. Beda dengan langsung jadi baju hem, blus, atau yang lain, dibawah 1 juta," jawabnya.
![Dokpri (Koleksi Baju Batik Mahkota)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/06/29/whatsapp-image-2021-06-29-at-15-43-36-60daf2c206310e7e8d3c3312.jpeg?t=o&v=770)