Indonesia merupakan negara dengan potensi yang sangat besar, namun pengembangan teknologi di Indonesia dapat dikatakan lambat. Pemerintah kurang memberikan perhatian terhadap pengembangan teknologi. Akhirnya lebih banyak teknologi dari luar negeri yang masuk ke Indonesia.
Saat ini saja banyak teknologi dari luar negeri yang menjadi raja di pasar Indonesia. Sebut saja teknologi seperti telepon pintar (smartphone), Â prosesor, software, hingga teknologi transportasi.
Untuk menjadi negara maju, Indonesia perlu memperhatikan aspek pengembangan teknologi. Kita banyak mengenal negara-negara maju karena teknologi yang dikembangkan oleh mereka.
Misalnya saja Jepang yang menguasai teknologi otomotif, Amerika Serikat yang menguasai teknologi informasi, serta Tiongkok yang menguasai teknologi elektronik. Pengembangan teknologi, khususnya teknologi tinggi seharusnya menjadi prioritas utama setelah pendidikan dasar.
Bahkan dengan menguasai teknologi, bidang lainnya juga dapat merasakan dampak positifnya. Pengembangan teknologi merupakan tulang punggung pembangunan ekonomi, menjadi kekuatan utama dalam persaingan global dan sarana mencapai kemakmuran bangsa.
Jika Indonesia ingin memodernisasi pertanian, logistik, industri, hingga pertahanan, maka yang harus dimodernisasi terlebih dahulu adalah sains dan teknologi, serta menjadikannya kekuatan produktif. Prinsip tersebut digunakan oleh Tiongkok untuk menguasai teknologi di berbagai bidang dengan waktu yang ralatif singkat.
Jika kita perhatikan bersama ada dua faktor yang menjadikan teknologi di Indonesia cenderung stagnan.
Kurangnya Inovasi dan Riset Teknologi
Faktor pertama yang perlu diperhatikan adalah kurangnya inovasi dan riset yang dilakukan.
Smartphone dan internet yang kita gunakan tidak tiba-tiba muncul begitu saja. Terdapat riset yang panjang sebelum teknologi-teknologi itu dapat kita nikmati bersama-sama. Awal kemunculan kereta uap hingga pesawat terbang juga dimulai dari percobaan riset, hingga akhirnya memicu revolusi industri yang tak terelakkan.
Indonesia cenderung menjadi konsumen saja hanya menikmati hasil riset dari negara-negara lain. Anak-anak muda atau mahasiswa di Amerika Serikat, Jerman, Jepang, serta Tiongkok saling berlomba lomba untuk menciptakan inovasi baru dan mengenalkannya kepada dunia melalui berbagai macam publikasi.
Mengapa riset di Indonesia masih kurang? salah satu faktor penyebabnya adalah minimnya dana yang tersedia. Riset dan inovasi membutuhkan dana yang tidak sedikit, terlebih lagi riset terkait teknologi tinggi. Pemerintah cenderung enggan untuk mengeluarkan banyak dana untuk riset.Â
Pada tahun 2013 saja pemerintah hanya  0,085% dari PDB untuk riset, sedangkan negara tetangga Singapura menganggarkan 2% dari PDB. Dampaknya terlihat sangat mencolok jika kita melihat data perbandingan jumlah paten, jumlah publikasi internasional,Â
Jika kita perhatikan secara seksama, Tiongkok merupakan negara yang lebih muda dari Indonesia. Namun, negara yang merdeka pada tahun 1949 tersebut sudah menjadi pusat manufaktur teknologi dunia.
Bahkan saat ini teknologi mereka mulai masuk ke Indonesia, sebut saja merek-merek seperti Oppo, Vivo, Xiaomi yang sudah tidak asing. Â Tidak hanya itu, Tiongkok bahkan sudah berhasil mengirimkan manusia ke luar angkasa pada tahun 2013
Perkembangan teknologi di Tiongkok dapat dikatakan cukup cepat, pada tahun 1980-an negara tersebut bukanlah siapa-siapa di Asia. Namun Tiongkok berhasil bangkit setelah membuka negaranya untuk perusahaan asing. Mereka mengharuskan perusahaan asing tersebut untuk bekerjasama dengan perusahaan lokal.
Tak hanya itu, mereka juga harus mau melakukan transfer teknologi kepada para teknisi Tiongkok. Semua dokumen teknis hingga rancangan desain harus disimpan di Tiongkok. Â Inilah spirit Tiongkok, tak cuma mau menjadi pasar bagi produk-produk asing, mereka hendak menciptakan segala-galanya secara mandiri.
Contoh konkretnya dapat dilihat pada pengembangan teknologi kereta cepat di Tiongkok. Pada tahun 2004 mereka mengundang 4 perusahaan asing untuk mengembangkan proyek kereta cepat. Keempat perusahaan tersebut (Alstom dari Perancis, Siemens dan Bombardier Transportation dari Jerman, serta Kawasaki dari Jepang) membentuk perusahaan patungan dengan Sifang Locomotive & Rolling Stock, sebuah perusahaan lokal.
Sebagian besar kereta dibuat di luar namun dirakit di Tiongkok. Pada akhirnya, saat ini Tiongkok memiliki jaringan rel kereta cepat terpanjang di dunia dan sudah mulai membangun kereta cepat dengan teknologinya sendiri ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Hanya dalam kurang dari 20 tahun Tiongkok berhasil mempelajari dan menguasai teknologi kereta cepat.
Metode alih teknologi yang diterapkan oleh Tiongkok, dapat diterapkan juga di Indonesia di berbagai industri lain seperti pembuatan prosesor, smartphone, hingga roket luar angkasa. Metode amati, tiru, modifikasi (ATM) tersebut merupakan jalur pintas untuk menguasi teknologi dengan cepat.
Adanya keterlibatan teknisi lokal juga membuat SDM di Indonesia menjadi lebih kompeten untuk mengani berbagai macam teknologi yang relatif baru. Sehingga akan ada semakin banyak orang Indonesia yang menguasai teknologi terbaru di dunia, teknologi yang masih jarang dimiliki negara lain.Â
Bukan tidak mungkin, kedepannya Indonesia dapat menciptakan teknologi-teknologi baru dan berkontribusi dalam perkembangan teknologi dunia.
Sebagai kesimpulan, terdapat dua faktor yang perlu diperhatikan untuk mengembangkan teknologi di Indonesia. Pemerintah perlu mendukung inovasi dan riset dengan menganggarkan lebih banyak dana untuk kegiatan penelitian, atau memacu swasta agar lebih banyak melakukan research and development.
Memang hasilnya tidak dapat dirasakan secara langsung, namun dapat berdampak sangat besar suatu saat nanti. Selain itu pemerintah juga perlu mendukung alih teknologi ke Indonesia dengan tidak mudah memberikan izin perusahaan teknologi asing berdiri dan berjualan di Indonesia. Untuk setiap perusahaan teknologi tinggi yang masuk ke Indonesia harus dibarengi kerjasama dengan perusahaan teknologi lokal.
Sumber Informasi:
Sumber Daya Iptek dan Posisi Kita SekarangÂ
Kondisi Dunia Penelitian di IndonesiaÂ
Kemajuan Teknologi Tiongkok Semakin Pesat
Ketika China Menguasai Teknologi Kereta Cepat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H