Mengapa riset di Indonesia masih kurang? salah satu faktor penyebabnya adalah minimnya dana yang tersedia. Riset dan inovasi membutuhkan dana yang tidak sedikit, terlebih lagi riset terkait teknologi tinggi. Pemerintah cenderung enggan untuk mengeluarkan banyak dana untuk riset.Â
Pada tahun 2013 saja pemerintah hanya  0,085% dari PDB untuk riset, sedangkan negara tetangga Singapura menganggarkan 2% dari PDB. Dampaknya terlihat sangat mencolok jika kita melihat data perbandingan jumlah paten, jumlah publikasi internasional,Â
Jika kita perhatikan secara seksama, Tiongkok merupakan negara yang lebih muda dari Indonesia. Namun, negara yang merdeka pada tahun 1949 tersebut sudah menjadi pusat manufaktur teknologi dunia.
Bahkan saat ini teknologi mereka mulai masuk ke Indonesia, sebut saja merek-merek seperti Oppo, Vivo, Xiaomi yang sudah tidak asing. Â Tidak hanya itu, Tiongkok bahkan sudah berhasil mengirimkan manusia ke luar angkasa pada tahun 2013
Perkembangan teknologi di Tiongkok dapat dikatakan cukup cepat, pada tahun 1980-an negara tersebut bukanlah siapa-siapa di Asia. Namun Tiongkok berhasil bangkit setelah membuka negaranya untuk perusahaan asing. Mereka mengharuskan perusahaan asing tersebut untuk bekerjasama dengan perusahaan lokal.
Tak hanya itu, mereka juga harus mau melakukan transfer teknologi kepada para teknisi Tiongkok. Semua dokumen teknis hingga rancangan desain harus disimpan di Tiongkok. Â Inilah spirit Tiongkok, tak cuma mau menjadi pasar bagi produk-produk asing, mereka hendak menciptakan segala-galanya secara mandiri.
Contoh konkretnya dapat dilihat pada pengembangan teknologi kereta cepat di Tiongkok. Pada tahun 2004 mereka mengundang 4 perusahaan asing untuk mengembangkan proyek kereta cepat. Keempat perusahaan tersebut (Alstom dari Perancis, Siemens dan Bombardier Transportation dari Jerman, serta Kawasaki dari Jepang) membentuk perusahaan patungan dengan Sifang Locomotive & Rolling Stock, sebuah perusahaan lokal.
Sebagian besar kereta dibuat di luar namun dirakit di Tiongkok. Pada akhirnya, saat ini Tiongkok memiliki jaringan rel kereta cepat terpanjang di dunia dan sudah mulai membangun kereta cepat dengan teknologinya sendiri ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Hanya dalam kurang dari 20 tahun Tiongkok berhasil mempelajari dan menguasai teknologi kereta cepat.
Metode alih teknologi yang diterapkan oleh Tiongkok, dapat diterapkan juga di Indonesia di berbagai industri lain seperti pembuatan prosesor, smartphone, hingga roket luar angkasa. Metode amati, tiru, modifikasi (ATM) tersebut merupakan jalur pintas untuk menguasi teknologi dengan cepat.
Adanya keterlibatan teknisi lokal juga membuat SDM di Indonesia menjadi lebih kompeten untuk mengani berbagai macam teknologi yang relatif baru. Sehingga akan ada semakin banyak orang Indonesia yang menguasai teknologi terbaru di dunia, teknologi yang masih jarang dimiliki negara lain.Â