Mohon tunggu...
Fadhil Akbar
Fadhil Akbar Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa UIN Jakarta

Mahasiswa Jurnalistik dengan minat dalam bidang broadcasting dan mengolah konten di media sosial

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Fenomena Penyalahgunaan Teknologi: Dampak bagi Masyarakat dan Generasi Muda

23 Desember 2024   01:11 Diperbarui: 23 Desember 2024   01:11 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orang tua yang mencari pundi-pundi rupiah dengan melakukan live mandi lumpur. (Sumber: Akun Media Sosial Tiktok @/BliGusNanda)

Teknologi merupakan sesuatu yang tidak dapat terpisahkan dalam kehidupan manusia. Teknologi yang ada pada saat ini sudah mengalami perkembangan yang begitu pesat. Sebagai bukti adalah seperti apa yang kita rasakan pada saat ini, mudahnya mengakses segala macam informasi yang sedang kita cari. Kita bisa mendapatkan sebuah informasi dengan sangat cepat, begitupun ketika kita ingin melakukan sebuah komunikasi. Saat ini segala bentuk komunikasi sudah sangat mudah dilakukan dengan gadget yang kita miliki.

Pada era globalisasi saat ini teknologi informasi dan komunikasi sudah menjadi kebutuhan yang mendasar terutama bagi setiap orang dalam mendukung aktivitas sehari-hari. Namun, penggunaan teknologi ini tidak selalu dimanfaatkan untuk tujuan yang dapat meningkatkan produktivitas pada setiap orang. Banyak orang yang justru malah memanfaatkan perkembangan teknologi ini untuk memenuhi kesenangannya semata. Dengan adanya hal ini tentu segala perkembangan teknologi tidak akan memiliki arti dan pengaruh yang besar jika tidak dibersamai dengan kesiapan sumber daya manusia yang baik.

Pengembangan sumber daya manusia pada era globalisasi hendaknya lebih diutamakan, karena pada kurun-kurun waktu tersebut penerapan teknologi canggih telah merambah dalam segala sisi kehidupan manusia. Kalau tidak segera mengantisipasinya, maka posisi manusia akan tergeser. Jumlah tenaga kerja yang besar tidak memperoleh kesempatan, persaingan makin ketat karena lapangan kerja yang tersedia lebih banyak diisi oleh mesin-mesin/robot yang secara nyata lebih praktis dan efisien dibanding tenaga manusia.

Pembangunan manusia dihadapkan pada permasalahan yang pelik dan dilematis. Di satu sisi kita berupaya melakukan industrialisasi dengan mengaplikasikan berbagai teknologi mutakhir, padahal telah nyata diketahui bahwa konsekuensi penerapan mesin dan berbagai teknologi lainnya akan semakin mengurangi kesempatan kerja manusia. Sebenarnya bukan lapangan pekerjaan yang semakin menyempit, tetapi tingkat kemampuan dari setiap orang yang tidak bisa mengimbangi standar yang dibutuhkan oleh perkembangan teknologi ini. Perusahaan-perusahaan saat ini sudah menggunakan teknologi yang sangat canggih, maka dari itu kualitas sumber daya manusia yang akan diterima di sebuah perusahaan juga akan memiliki standar kualitas yang tinggi.

Masyarkat Indonesia pada saat ini lebih memilih untuk bekerja sesuai dengan kesenangan mereka dibanding harus memenuhi standar kebutuhan skill di perusahaan yang besar. Contohnya, banyak masyarakat Indonesia yang berusaha sangat keras untuk menjadi content creator di berbagai platform media sosial. Hal ini tentu disebabkan karena mereka menganggap bahwa membuat sebuah konten lebih mudah dan asik dibanding harus kerja di depan laptop setiap harinya. Namun pemahaman tentang hal ini sebenarnya salah. Karena pada dasarnya semua pekerjaan atau mata pencaharian pasti memiliki tingkat dan bagian kesulitannya masing-masing.

Mereka yang telah mengetahui sulitnya menjadi seorang content creator pasti akan mencoba menemukan dan membuat ciri khas yang harus lebih diperlihatkan lagi dari konten-konten yang mereka miliki. Ciri khas inilah yang menjadi nilai jual dan daya tarik utama, baik bagi penonton maupun pihak pendukung lainnya. Namun, tidak sedikit pula yang mencoba jalan pintas dengan memanfaatkan kondisi ekonomi atau kondisi fisik mereka untuk menarik perhatian dan simpati masyarakat. Misalnya, dewasa ini sedang marak munculnya live streaming mandi lumpur, joget di tengah bundaran jalan raya, menceburkan diri ke kolam, dan lain sebagainya.

Fenomena ini menunjukkan bahwa teknologi yang sudah berkembang sangat pesat, tetapi dimanfaatkan dengan tidak baik oleh sebagian masyarakat. Kemudahan akses internet dan perkembangan platform media sosial memang membuka peluang besar bagi siapa saja untuk menjadi content creator. Namun, alih-alih memanfaatkan kesempatan ini untuk menghasilkan konten yang edukatif, inspiratif, atau menghibur dengan cara yang kreatif, beberapa orang justru memilih metode yang kontroversial dan tidak etis. Mereka mungkin melihat cara ini sebagai langkah cepat untuk mendapatkan popularitas, like, atau bahkan uang dari donasi penonton. Sayangnya, dampak negatif dari konten seperti ini sering kali diabaikan, baik oleh kreator maupun oleh penonton.

Sekumpulan ibu-ibu yang sedang joget sambil melakukan live di Tiktok. (Sumber: Akun Media Sosial Tiktok @/Lele)
Sekumpulan ibu-ibu yang sedang joget sambil melakukan live di Tiktok. (Sumber: Akun Media Sosial Tiktok @/Lele)

Konten yang mengandalkan sensasi semata tidak hanya merendahkan nilai kreativitas tetapi juga berpotensi memberikan contoh buruk kepada masyarakat, terutama generasi muda. Anak-anak dan remaja yang aktif di media sosial bisa saja terinspirasi untuk mengikuti tindakan serupa tanpa memahami risiko atau konsekuensi yang ada. Selain itu, fenomena ini juga menciptakan lingkungan digital yang tidak sehat, di mana kualitas konten menjadi semakin rendah dan nilai-nilai positif sulit untuk berkembang. Banyaknya kasus serupa yang muncul menjadi saksi bahwa kualitas sumber daya manusia di Indonesia belum cukup siap untuk menghadapi perkembangan teknologi.

Pemerintah seharusnya mengambil tindakan yang cukup tegas untuk menyikapi hal ini karena akan berdampak jangka panjang bagi kualitas negara. Teknologi yang selalu diperbarui, akan semakin membuat masyarakat memiliki sifat yang malas untuk melakukan sesuatu yang besar apabila tidak dilakukan penyuluhan atau permberdayaan yang lebih dari pemerintah ke masyarakat. Hal ini perlu dilakukan agar masyarakat tersadar bahwa kondisi teknologi yang ada pada saat ini adalah sesuatu hal yang seharusnya hanya menjadi alat bantu kita dalam melakukan aktivitas, bukan malah teknologi yang menguasai kita. Masyarakat kadang terlena dengan kemudahan yang telah diberikan oleh perkembangan teknologi yang sebenarnya itu bisa menjadi boomerang untuk keberhasilan dirinya sendiri. Jika masyarakat semakin mengutamakan teknologi dan semakin memanjakan diri, maka yang terjadi nantinya adalah negara ini akan mengalami sebuah masa kemunduran dari segi sumber daya manusia. Dan orientasi untuk memenuhi peluang pekerjaan tidak akan mengarah ke tenaga kerja manusia, tetapi ke tenaga kerja robot. Bahkan, yang terburuk adalah negara akan mengalami kehancuran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun