Mohon tunggu...
Fadhil Asqar
Fadhil Asqar Mohon Tunggu... profesional -

Ayah Rumah Tangga Penuh Waktu. Blogger, graphic designer, & penulis paruh waktu. Kadang-kadang jadi trainer, kalau ada waktu.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Donald Trump, Shamsi Ali, Dan Pilpres Paling Laknat.

8 September 2015   11:29 Diperbarui: 8 September 2015   11:54 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tanpa sadar masih banyak kita yang masih terjebak pada keberpihakan utk KMP atau KIH, kita lupa bahwa semestinya selepas pilpres, kita berpihak pada negeri ini.

Move on, itu slogan kemarin. Dan banyak yang berkata move on, tapi gagal move on. Ketika seorang pejabat dari kubu yang kita dukung melakukan kesalahan, terimalah itu kesalahan. Begitu juga ketika pejabat dari kubu yang tidak kita dukung ternyata melakukan prestasi, terimalah itu prestasi.

Sekarang ini justru berbeda. Kita melatih diri untuk mencari-cari kesalahan. Ketika ada prestasi, maka bergegas dicari kesalahan untuk membenamkan prestasi itu. Begitu juga ketika ternyata ada kesalahan dikelompok kita, segera dicari kesalahan lain di kubu sebelah sana untuk menutupi atau sebisa mungkin mengurangi efek kesalahan kubu kita.

Apakah itu berarti kita tak boleh mengkritik, atau berpendapat ? Sebaliknya, kita malah harus berpendapat, mengkritik, memberi solusi, namun semua dilakukan dengan logika yang benar, pemahaman, dan fokusnya pada data valid serta hal yang benar. Sebagai rakyat kita bersuara untuk negeri. Karena yang bersuara untuk kepentingan politik sudah ada, mereka para petugas partai, apapun partainya.

Sebagai rakyat, kita semestinya mengawal suara para politisi, bukan menjadi barisan pembenaran. Ingat suara kita yang kita titipkan pada mereka.

Dari bangsa yang bergerak maju, kita berubah menjadi bangsa jungkir balik.

Tulisan ini bukan berupa dukungan untuk Shamsi Ali, atau dukungan untuk KIH. Tulisan ini juga bukan celaan untuk KMP atau partai tertentu. Tulisan ini adalah opini saya mengenai sikap kita. Sikap dalam menilai dan memilah. Tulisan ini adalah opini saya pribadi terhadap realita saat ini, dimana kita sering mengkedepankan fanatisme, lupa pada unsur realita dan kebenarannya.

Dan bisa jadi, penilaian saya masih salah. Tapi bukankah itu juan kita berbagi pendapat? Untuk belajar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun