Namun sekarang, banyak yg terlupakan. Bahkan banyak yang menyedihkan.
Dengan alasan reformasi dan kebebasan, bangsa dicerai-beraikan. Demi kepentingan, yang memanfaatkan Reformasi (dulu diperjuangkan dengan tekad dan nyawa beberapa mahasiswa), sekelompok politisi dan aktifis lembaga, mengacak tatanan hidup beragama dengan kedok persatuan.
Bukan menganggap beliau lebih baik, tapi dulu dimasa pak Harto korupsi itu hanya dilakukan segelintir orang. Amplop menghilang di bawah meja. Tapi sekarang, dari pintu depan sampai ruang eksekutif semua bebas menagih biaya, dan bukannya amplop menghilang di bawah meja...bahkan meja-mejanya ikut hilang!
Bangsa ini besar, dan berpotensi menjadi lebih besar. Bangsa ini kaya, dan mampu memberikan keadilan dan kesejahteraan bagi rakyatnya. Andai saja kita mau kembali menghargai bangsa kita. Membuang sikap buruk dan akar busuk dari batang tubuh bangsa. Dan itu bisa kita lakukan, bukannya tak bisa.
Dalam setiap training yang saya isi, selalu dan selalu saya ucapkan. Berjuanglah menjadi orang yang memberikan yang terbaik, bukan meminta yang terbaik.
Biarlah, bila ada sekelompok orang mencita-citakan diri jadi koruptor kelas kakap. Bukankah kita bisa menargetkan diri kita sebagai oposan, pihak oposisi bagi mereka.
Sungguh, saya ingin, bila bertemu mereka dari negara lain. Bisa berkata dengan bangga, Saya Orang Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H