Mohon tunggu...
fadhilarmada2306252755
fadhilarmada2306252755 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Sebagai seorang mahasiswa yang ambisius dalam dunia medis, saya memiliki tekad kuat untuk mencapai kesuksesan di bidang kesehatan. Saya berkeinginan untuk memperluas wawasan dan pengalaman dengan tinggal di luar negeri, yang memungkinkan saya untuk mengembangkan perspektif global tentang profesi medis. Selain itu, saya berkomitmen untuk menguasai lebih dari tiga bahasa, yang akan memperkaya kemampuan komunikasi saya dan memberikan keunggulan kompetitif dalam dunia medis yang semakin terhubung secara internasional.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Transformasi Peran dan Citra Profesi Perawat di Era Kemajuan Artificial Intelligence

30 Desember 2024   13:26 Diperbarui: 30 Desember 2024   13:44 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG


ABSTRAK
Kemajuan kecerdasan buatan (AI) telah membawa pengaruh besar dalam dunia keperawatan, khususnya dalam meningkatkan efisiensi serta kualitas layanan kesehatan. Transformasi peran perawat di era digitalisasi menyoroti pentingnya peran mereka sebagai pemimpin dalam inovasi layanan kesehatan, dengan perubahan citra dari tugas manual tradisional menjadi peran strategis berbasis teknologi. AI mendukung pengambilan keputusan yang didasarkan pada bukti, otomatisasi proses klinis, dan pengelolaan data pasien secara real-time, memungkinkan perawat untuk lebih memusatkan perhatian pada aspek kemanusiaan dalam perawatan. Di samping itu, inisiatif seperti "The New Script of Nursing" telah membantu membentuk persepsi positif tentang profesi ini dengan menampilkan perawat sebagai agen utama dalam transformasi digital. Saat ini, perawat berperan aktif dalam memberikan edukasi kepada masyarakat, mengembangkan sistem berbasis AI, dan mengintegrasikan teknologi dalam praktik sehari-hari, memperkuat posisi mereka sebagai penghubung utama antara teknologi dan kebutuhan pasien. Berdasarkan kajian pustaka, hasil menunjukkan bahwa AI tidak hanya memperluas peran perawat tetapi juga membantu menciptakan citra modern dan strategis dalam layanan kesehatan. Dengan demikian, AI memberikan peluang besar untuk meningkatkan kualitas serta efisiensi asuhan keperawatan tanpa menghilangkan aspek caring yang tetap menjadi inti profesi ini.
Kata Kunci: kecerdasan buatan, pengambilan keputusan berbasis bukti, otomatisasi klinis, pengelolaan data pasien, transformasi keperawatan, digitalisasi kesehatan, edukasi masyarakat, The New Script of Nursing, inovasi layanan, caring, perawat sebagai pemimpin, teknologi kesehatan, sistem berbasis AI, citra modern perawat.

PENDAHULUAN
Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan teknologi, khususnya kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), telah membawa perubahan besar di berbagai bidang, termasuk sektor kesehatan. AI memiliki peran signifikan dalam meningkatkan efisiensi dan akurasi layanan medis melalui pemanfaatan teknologi seperti analisis data berskala besar, sistem diagnosis berbasis otomatisasi, serta robot pendukung tugas medis (Alligood, 2014). Inovasi ini telah mengubah secara mendasar cara pelayanan kesehatan diberikan, sekaligus mendorong peran perawat untuk beradaptasi dengan teknologi AI yang terus berkembang. Judul "Masa Depan Perawat di Tengah Kemajuan AI: Transformasi Peran dan Citra Profesi Perawat di Era Digital" menggambarkan dengan jelas tema utama yang dibahas, yaitu dampak perkembangan AI terhadap peran dan citra profesi perawat di masa depan. Judul ini menyoroti transformasi mendalam yang sedang dan akan dialami profesi keperawatan akibat digitalisasi dan inovasi teknologi. Selain itu, penggunaan istilah "transformasi" dan "citra" menekankan perubahan signifikan yang melibatkan kemampuan adaptasi perawat dalam memanfaatkan teknologi, sembari tetap menjaga identitas dan nilai-nilai inti profesi. Contohnya, penerapan AI kini mampu menggantikan sebagian tugas administratif, menganalisis data pasien secara langsung, dan memberikan dukungan dalam pengambilan keputusan klinis, sehingga perawat dapat lebih memusatkan perhatian pada aspek empati serta interaksi dengan pasien (Vasquez et al., 2023). Meskipun demikian, perubahan ini memunculkan pertanyaan penting: bagaimana AI akan memengaruhi peran perawat di masa depan? Apakah teknologi ini akan menggantikan peran tradisional perawat, atau justru menciptakan peluang baru untuk kolaborasi? Selain itu, perawat dihadapkan pada berbagai tantangan, seperti keharusan memahami teknologi yang kompleks, menjaga etika dalam penerapan AI, dan tetap memberikan perawatan yang berpusat pada manusia (Lukkahatai & Han, 2024). Dengan demikian, penting untuk menelaah dampak AI terhadap profesi keperawatan, termasuk bagaimana transformasi ini dapat memengaruhi peran dan citra perawat di era digital.

ISI
Kemajuan kecerdasan buatan (AI) telah memberikan dampak signifikan dalam dunia kesehatan, khususnya dalam meningkatkan efisiensi dan kualitas asuhan keperawatan. Dengan kemampuan mengolah data secara cepat dan akurat, AI mendukung pengambilan keputusan berbasis bukti serta memungkinkan otomatisasi sistem yang mempercepat proses perawatan pasien (Buchanan et al., 2020). Teknologi seperti algoritma prediktif dan chatbot berbasis AI membantu dalam pengelolaan penyakit kronis dan diagnosis awal, memberikan nilai tambah dalam layanan kesehatan modern (Senthilkumar et al., 2023). Dengan kemampuannya untuk menganalisis data dalam jumlah besar, mendeteksi pola kompleks, dan memberikan rekomendasi berbasis algoritma, AI membantu perawat meningkatkan efisiensi dan akurasi layanan. Sebagai contoh, AI memungkinkan pengelolaan data pasien secara real-time, prediksi komplikasi, dan dukungan pengambilan keputusan dalam kasus klinis yang rumit (Vasquez et al., 2023). Dalam peran ini, perawat menjadi penghubung antara teknologi dan pasien, menerjemahkan data teknis menjadi intervensi yang relevan dan manusiawi, serta memastikan bahwa aspek-aspek etis dan praktis tetap terjaga. Penggunaan telehealth dan perawatan jarak jauh telah memperluas peran perawat, memungkinkan mereka memberikan perawatan secara lebih fleksibel, yang sangat bermanfaat dalam mengelola penyakit kronis dan memberikan perawatan akhir hayat. Selain itu, integrasi kecerdasan buatan (AI) dan robotika dalam praktik keperawatan turut mengubah alur kerja klinis, meningkatkan efisiensi, dan memperbaiki kualitas perawatan pasien. Teknologi ini mendukung perawat dalam berbagai tugas, mulai dari diagnosis hingga pemantauan pasien, sehingga meningkatkan efektivitas dan hasil perawatan yang diberikan (Tischendorf et al., 2024). Implementasi AI ini tidak hanya menempatkan profesi perawat dalam posisi yang lebih relevan, tetapi juga memperkuat peran mereka sebagai garda terdepan dalam transformasi digital di sektor kesehatan.
Peran perawat telah berevolusi secara signifikan seiring perubahan kebutuhan masyarakat dan kemajuan teknologi. Era digital telah secara signifikan mengubah citra profesi keperawatan, yang didorong oleh kemajuan teknologi dan integrasi alat digital dalam setting layanan kesehatan. Transformasi ini bersifat multifaset, memengaruhi berbagai aspek praktik keperawatan, pendidikan, dan persepsi publik. Pada awal perkembangannya, tugas perawat lebih berfokus pada aspek manual seperti pemberian obat, perawatan luka, dan pekerjaan pendukung lainnya dalam sistem kesehatan (Taylor et al., 2011). Namun, dengan kemajuan ilmu pengetahuan, peran ini berkembang menjadi lebih kompleks, mencakup pengelolaan data pasien, promosi kesehatan, hingga pengambilan keputusan klinis berbasis teknologi. Dalam peran yang lebih modern ini, perawat bertanggung jawab memastikan setiap intervensi didasarkan pada bukti ilmiah yang relevan serta mampu mengintegrasikan teknologi ke dalam praktik sehari-hari (Berman et al., 2016). Selain itu, transformasi yang semakin terlihat dari citra profesi perawat di era digitalisasi ini adalah perawat mengambil peran kepemimpinan dalam inisiatif kesehatan digital, yang tidak hanya meningkatkan visibilitas mereka tetapi juga menunjukkan peran krusial mereka dalam inovasi layanan kesehatan. Kepemimpinan ini dianggap sebagai cara untuk meningkatkan kualitas perawatan dan kepuasan pasien. Selain itu, kampanye media sosial seperti "The New Script of Nursing" turut berperan dalam menantang stereotip kuno mengenai profesi keperawatan dan menyoroti beragam peran perawat, menjangkau audiens yang lebih luas dan merubah persepsi publik tentang profesi ini (Navarro Martínez & Leyva-Moral, 2024).

Selain menjadi pengguna teknologi, perawat juga memainkan peran strategis dalam pengembangan dan evaluasi sistem AI. Alat digital memfasilitasi perencanaan dan koordinasi perawatan yang lebih baik, yang pada gilirannya mengarah pada peningkatan hasil pasien yang berdampak kepada citra profesionalisme perawat semakin tinggi kedepannya (Baixinho et al., 2024). Perawat menggunakan rekam medis elektronik dan sistem digital lainnya untuk merampingkan dokumentasi serta meningkatkan komunikasi dalam tim kesehatan. Selain itu, platform digital dan aplikasi memungkinkan perawat memberikan pendidikan pasien yang dipersonalisasi, sehingga meningkatkan keterlibatan pasien dan membantu mereka dalam manajemen diri, yang pada akhirnya mendukung perawatan yang lebih efektif dan hasil yang lebih baik (Rouleau et al., 2017). Dengan pemahaman mendalam tentang kebutuhan pasien, mereka dapat memberikan masukan penting untuk memastikan teknologi yang dikembangkan benar-benar sesuai dengan praktik keperawatan yang efektif dan etis. Perawat juga bertanggung jawab mengedukasi pasien dan keluarga mengenai pemanfaatan teknologi kesehatan, sehingga meningkatkan literasi digital masyarakat. Hal ini memperkuat posisi perawat sebagai elemen kunci edukator dalam sistem kesehatan yang semakin terintegrasi secara teknologi (Tischendorf et al., 2024).
Meskipun AI menawarkan berbagai manfaat, ada kekhawatiran bahwa teknologi ini dapat mengurangi relevansi perawat. Beberapa pihak berpendapat bahwa tugas seperti pengelolaan data pasien atau diagnosis awal dapat ditangani oleh AI tanpa keterlibatan langsung perawat (Alligood, 2014). Namun, penelitian menunjukkan bahwa sentuhan manusiawi tetap menjadi elemen esensial dalam keperawatan, perilaku yang diperlihatkan oleh perawat mencakup tindakan yang memberikan rasa nyaman, perhatian, kasih sayang, kepedulian, dukungan kesehatan, dorongan semangat, empati, minat, cinta, kepercayaan, perlindungan, kehadiran, bantuan, sentuhan fisik, hingga kunjungan langsung kepada klien (Watson, 2012, sebagaimana dikutip dalam Firmansyah, Noprianty, & Karana, 2019). Sikap seperti ini berperan penting dalam membantu klien mengalami perubahan positif dalam aspek fisik, psikologis, spiritual, dan sosial. Menurut Watson (2012) (sebagaimana dikutip dalam Firmansyah, Noprianty, & Karana, 2019) dalam Theory of Human Caring, terdapat sepuluh carative factors yang menggambarkan perilaku caring seorang perawat. Faktor-faktor tersebut meliputi: membangun sistem nilai yang humanistik-altruistik, menanamkan keyakinan dan harapan, mengembangkan sensitivitas terhadap diri sendiri dan orang lain, menciptakan hubungan saling percaya dan saling membantu, mendorong ekspresi perasaan baik positif maupun negatif, menerapkan pendekatan pemecahan masalah yang sistematis dalam pengambilan keputusan, meningkatkan proses belajar-mengajar interpersonal, menyediakan lingkungan yang mendukung serta melindungi atau memperbaiki kesejahteraan mental, sosial-budaya, dan spiritual, membantu memenuhi kebutuhan dasar manusia, serta mengembangkan kekuatan eksistensial fenomenologis. Hubungan yang berlandaskan empati, perhatian personal, dan kemampuan memahami emosi pasien tidak dapat digantikan oleh teknologi (Alligood, 2014). AI, oleh karena itu, seharusnya dilihat sebagai alat pendukung yang meringankan beban kerja teknis sehingga perawat dapat lebih fokus pada aspek-aspek kemanusiaan dalam perawatan.

PENUTUP
Kesimpulan
Penerapan kecerdasan buatan (AI) telah mengubah secara signifikan dunia keperawatan, meningkatkan efisiensi dan kualitas pelayanan kepada pasien. Melalui penggunaan berbagai teknologi seperti algoritma prediktif, chatbot, telehealth, dan perawatan jarak jauh, AI memperluas peran perawat dalam memberikan perawatan berbasis teknologi yang lebih efektif. Namun, aspek kemanusiaan dalam perawatan, seperti perhatian, empati, dan kehadiran, tetap menjadi inti dari profesi keperawatan. Keterkaitan antara AI dan transformasi citra serta peran perawat terletak pada pemanfaatan AI secara efektif dan tepat. Penggunaan teknologi ini dapat menciptakan citra positif bagi profesi perawat melalui kebijakan yang mendukung penerimaan kemajuan teknologi. Selain itu, perawat dapat mengambil peran kepemimpinan dalam inisiatif kesehatan digital, berperan sebagai edukator dalam mengembangkan pemahaman teknologi AI kepada pasien, serta meningkatkan profesionalisme mereka dalam penanganan pasien, yang pada gilirannya memperkuat posisi perawat sebagai elemen kunci dalam sistem pelayanan kesehatan modern. AI seharusnya dipandang sebagai alat yang mendukung untuk mengurangi beban tugas teknis, memungkinkan perawat lebih fokus pada aspek kemanusiaan. Dalam era digital ini, transformasi ini membuka peluang bagi profesi keperawatan untuk berperan lebih besar dalam inovasi teknologi dan penyediaan layanan kesehatan.

Saran
Perawat sebaiknya terus mengembangkan pemahaman dan keterampilan teknologi agar dapat memaksimalkan penggunaan AI dalam praktik keperawatan. Pendidikan keperawatan perlu memasukkan pelatihan mengenai teknologi dan AI dalam kurikulumnya, sehingga perawat masa depan dapat memahami dan mengintegrasikan teknologi dalam pelayanan kesehatan. Selain itu, pengembang teknologi harus melibatkan perawat dalam merancang dan menilai sistem AI, guna memastikan teknologi tersebut memenuhi kebutuhan praktik keperawatan. Penting pula untuk merumuskan regulasi yang jelas terkait penggunaan AI dalam sektor kesehatan, dengan tetap memperhatikan prinsip etika dan humanistik dalam profesi keperawatan. Kampanye edukasi kepada masyarakat tentang penggunaan teknologi kesehatan juga harus diperluas agar pasien dapat lebih memahami dan memanfaatkan AI dengan bimbingan dari perawat.

DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M. R. (2014). Nursing theorists and their work (Eighth ed). St. Louis: Elsevier Inc.


Baixinho, C. L., Costa, A., Nascimento, T., Loura, D., & Henriques, A. (2024). Preparing for a digital future: Student perceptions of innovation and technology in nursing. In Lecture Notes in Networks and Systems (Vol. 1061, pp. 245-256). Springer. https://remote-lib.ui.ac.id:2120/record/display.uri?eid=2-s2.0-85206220809&origin=scopusAI


Berman, A., Snyder, S. J., & Frandsen, G. (2016). Kozier & Erb’s Fundamentals of Nursing: Concept, Process, and Practice (10th ed.). New Jersey: Pearson Education.


Buchanan, C., Howitt, M. L., Wilson, R., Booth, R. G., Risling, T., & Bamford, M. (2020, April 16). Nursing in the age of artificial intelligence: Protocol for a scoping review. Journal of Advanced Nursing, 9(4), 567-575. https://remote-lib.ui.ac.id:2120/record/display.uri?eid=2-s2.0-85167685703&origin=scopusAI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun