Mohon tunggu...
fadhilahamatullah
fadhilahamatullah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya mahasiswa Universitas Airlangga fakultas Keperawatan

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Penting nya Komunikasi Terapeutik Dalam Asuhan Keperawatan

1 Januari 2025   16:47 Diperbarui: 1 Januari 2025   16:47 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto dengan perawat

Rumah Sakit Dr. Soetomo merupakan salah satu rumah sakit terkemuka di Indonesia yang menyediakan layanan kesehatan berkualitas tinggi. Dalam konteks pelayanan kesehatan, komunikasi yang efektif memainkan peran penting dalam memastikan penyampaian informasi yang akurat dan pemahaman yang tepat antara pasien, tenaga medis, dan staf lainnya. Komunikasi yang buruk dapat mengakibatkan kesalahpahaman, kebingungan, dan bahkan kesalahan dalam perawatan medis. Oleh karena itu Komunikasi terapeutik sendiri memegang peranan yang sangat penting dalam membantu pasien untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh pasien. Karena komunikasi bertujuan untuk terapi, maka komunikasi yang diberikan dalam pelayanan keperawatan disebut sebagai komunikasi terapeutik (Suryani, 2005).

Komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh perawat dapat meningkatkan keterbukaan antara perawat dengan pasiennya sehingga dapat menurunkan tingkat kecemasan pasien (Hidayat, 2007). Alasan yang dapat menyebabkan kecemasan pada pasien antara lain takut nyeri setelah atau saat pembedahan, takut terjadi perubahan fisik, dan takut operasi akan gagal.Mulyani(2008).

Melalui komunikasi berarti melibatkan berbagai aktivitas  fisik,  psikois,  dan sosial.  Penerapan  komunikasi  efektif  di  rumah  sakit  harus diterapkan dengan baik oleh seluruh tenaga kesehatan. Komunikasi bisa menjadi tidak jelas dikala orang yang berkomunikasi  mempunyai tingkat pemahaman yang berbeda,  pesan akan menjadi rancu apabila  kata-kata serta  cetusan yang digunakan tidak  dikenal oleh pendengar.  Maka dalam komunikasi efektif perlu dibentuk  aspek  kejelasan,  ketepatan, sesuai  dengan  konteks  dari  bahasa serta  informasi, alur  yang sistematis,  juga budaya. Komunikasi yang tidak efektif bisa menyebabkan risiko kesalahan dalam pemberian asuhan keperawatan. Komunikasi merupakan aspek penting yang harus dimiliki oleh pemberi jasa pelayanan keperawatan karena selama 24 jam berkesinambungan mendampingi pasien dan bekerjasama dengan anggota tenaga medis yang lain (Hilda, Noorhidayah 2017).

terdapat beberapa tantangan yang sering dihadapi oleh tenaga kesehatan, baik itu dokter, perawat, maupun terapis. Berikut adalah beberapa tantangan tersebut:

  • Keterbatasan Waktu: Tenaga kesehatan sering kali memiliki jadwal yang padat, sehingga waktu untuk berkomunikasi dengan pasien menjadi terbatas. Hal ini dapat menghambat kemampuan untuk membangun hubungan yang baik dan mendalam.
  • Stres dan Kecemasan Pasien: Pasien yang dirawat di rumah sakit sering kali mengalami stres, kecemasan, atau ketakutan terkait kondisi kesehatan mereka. Emosi ini dapat menghalangi komunikasi yang efektif, membuat pasien sulit untuk terbuka atau memahami informasi yang diberikan.
  • Perbedaan Bahasa dan Budaya: Dalam lingkungan rumah sakit, pasien berasal dari berbagai latar belakang budaya dan bahasa. Perbedaan ini dapat menyebabkan kesalahpahaman dan menghambat komunikasi yang efektif.
  • Keterbatasan Keterampilan Komunikasi: Tidak semua tenaga kesehatan memiliki keterampilan komunikasi yang memadai. Beberapa mungkin kesulitan dalam menyampaikan informasi dengan cara yang jelas dan empatik, yang dapat mempengaruhi pemahaman pasien.
  • Resistensi Pasien: Beberapa pasien mungkin menunjukkan resistensi terhadap saran atau rekomendasi dari tenaga kesehatan, baik karena ketidakpercayaan, pengalaman buruk sebelumnya, atau ketidakpahaman tentang pentingnya perawatan.
  • Kondisi Fisik Pasien: Beberapa pasien mungkin mengalami kesulitan dalam berkomunikasi akibat kondisi fisik, seperti kesulitan berbicara, pendengaran, atau kognisi yang terganggu, yang dapat menghambat proses komunikasi.
  • Teknologi dan Alat Medis: Penggunaan teknologi dalam komunikasi, seperti catatan medis elektronik, dapat menjadi tantangan jika tidak digunakan dengan baik. Terkadang, fokus pada perangkat dapat mengalihkan perhatian dari interaksi langsung dengan pasien.
  • Stigma dan Stereotip: Stigma terkait kondisi kesehatan tertentu, terutama kesehatan mental, dapat membuat pasien enggan untuk berbicara terbuka tentang masalah mereka, sehingga menghambat komunikasi yang efektif.

Menghadapi tantangan-tantangan ini memerlukan pendekatan yang strategis dan berfokus pada pengembangan keterampilan serta menciptakan lingkungan yang mendukung. Berikut adalah beberapa solusi yang dapat diterapkan:

  • Pelatihan Keterampilan Komunikasi: Memberikan pelatihan rutin bagi tenaga kesehatan tentang keterampilan komunikasi yang efektif, termasuk teknik mendengarkan aktif, empati, dan cara menyampaikan informasi dengan jelas. Pelatihan ini dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri dan kemampuan mereka dalam berinteraksi dengan pasien.
  • Membangun Hubungan yang Baik: Menciptakan hubungan yang baik dengan pasien sejak awal dapat membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan keterbukaan. Tenaga kesehatan dapat meluangkan waktu untuk mengenal pasien dan menunjukkan perhatian terhadap kebutuhan serta kekhawatiran mereka.
  • Menggunakan Bahasa yang Sederhana: Menghindari penggunaan istilah medis yang kompleks dan menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh pasien. Ini akan membantu pasien merasa lebih nyaman dan memahami informasi yang diberikan.
  • Mengatasi Perbedaan Budaya: Meningkatkan kesadaran tentang perbedaan budaya dan bahasa di antara pasien. Menggunakan penerjemah atau alat bantu komunikasi jika diperlukan, serta menghormati nilai-nilai dan kepercayaan budaya pasien.
  • Menciptakan Lingkungan yang Mendukung: Menciptakan suasana yang tenang dan nyaman di ruang perawatan untuk memfasilitasi komunikasi yang lebih baik. Mengurangi gangguan dan memberikan privasi saat berbicara dengan pasien dapat membantu mereka merasa lebih aman untuk berbagi.
  • Menggunakan Teknologi dengan Bijak: Memanfaatkan teknologi, seperti aplikasi komunikasi atau alat bantu visual, untuk membantu menjelaskan informasi kepada pasien. Namun, tetap menjaga interaksi manusiawi dan tidak mengabaikan komunikasi tatap muka.
  • Memberikan Waktu yang Cukup: Mengatur jadwal yang memungkinkan tenaga kesehatan untuk meluangkan waktu yang cukup dalam berkomunikasi dengan pasien. Ini dapat membantu mengurangi tekanan waktu dan meningkatkan kualitas interaksi.
  • Mendengarkan dengan Empati: Mengembangkan kemampuan untuk mendengarkan dengan empati dan memahami perasaan pasien. Ini dapat membantu pasien merasa dihargai dan didengar, yang pada gilirannya dapat meningkatkan keterbukaan mereka.
  • Mendorong Partisipasi Pasien: Mengajak pasien untuk aktif berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan terkait perawatan mereka. Ini dapat meningkatkan rasa kontrol dan kepuasan pasien terhadap perawatan yang mereka terima.
  • Dukungan Psikologis: Menyediakan akses ke dukungan psikologis bagi pasien yang mengalami stres atau kecemasan. Ini dapat membantu mereka mengatasi emosi yang menghalangi komunikasi yang efektif.
    Dengan menerapkan solusi-solusi ini, tenaga kesehatan dapat meningkatkan efektivitas komunikasi terapeutik di rumah sakit, yang pada akhirnya akan berdampak positif pada pengalaman dan hasil perawatan pasien.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun