Mohon tunggu...
Fadhila Chusna
Fadhila Chusna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menyukai travelling dan mencoba hal yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

As Shabuur Tahta Tertinggi Sifat Allah: Implementasi Sabar dalam Kehidupan Sehari-hari

16 Juni 2024   14:45 Diperbarui: 16 Juni 2024   14:48 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sabar adalah kata serapan dari bahasa Arab, yaitu sha/b/r, terdiri atas huruf shâd, bâ’, râ’. Kata shabr merupakan bentuk mashdar (pembendaan) dari kata sha/ba/ra. Dari segi leksikal, kata shabara memiliki beragam arti. Jika diikuti partikel ‘alâ bermakna sabar atau tabah hati, diikuti partikel ‘an berarti amsaka (menahan   atau   mencegah), diikuti partikel hu berarti akraha wa alzama (memaksa dan mewajibkan), dan bila diikuti partikel bi berarti kafala (menanggung). Sebagai contoh “shabartu ‘alâ mâ akrah wa shabartu ‘an mâ uhibb” (saya besabar atau tabah terhadap apa yang saya benci dan menahan atau mencegah diri dari apa yang saya sukai).

Menurut Al Quran, As Shabuur artinya Yang Maha Sabar. Penyabar, Dia yang tidak serta merta menghukum para pendosa. Allah adalah As-Sabur, Yang paling sabar dan tak mudah menyerah. Dia tidak bertindak dengan tergesa-gesa melainkan menunggu sampai waktu yang tepat. Dia tidak menghukum orang yang tidak taat dan tidak percaya, dia memberikan waktu bagi mereka untuk bertobat atau kesempatan untuk mengambil jalan yang benar.

Akar kata s-b-r dalam bahasa Arab klasik diartikan sebagai: bersabar, bersabar dalam menghadapi cobaan atau penderitaan dengan cara yang baik merasa ikhlas atas cobaan atau penderitaan tanpa menunjukkan keluhan tidak membedakan antara kenyamanan dan penderitaan dijalani dengan tenang, bersabar dan tabah, selalu untuk tabah, ikhlas, tabah, tabah akan sesuatu.

As Shabuur atau sabar disebutkan dalam beberapa ayat Al Quran. Al-Qur’an sebagai sumber segala ilmu pengetahuan telah menyinggung kata sabar di banyak surat dan ayat. Dalam hitungan para ulama, kata sabar di dalam Al-Qur’an disebutkan di dalam 70 ayat lebih atau 100 kata lebih. Beberapa diantaranya sebagai berikut: QS.  Al-Baqarah:153, “Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar”. QS Al-Asr:3, “kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran”. QS. Al-Imran:200, “Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap-siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung”. QS An-Nahl:127, “Dan bersabarlah (Muhammad) dan kesabaranmu itu semata-mata dengan pertolongan Allah dan janganlah engkau bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan jangan (pula) bersempit dada terhadap tipu daya yang mereka rencanakan”.

Kesabaran Allah diungkapkan dalam bentuk kata Yang Paling Tinggi, sebagaimana diungkapkan oleh orang yang paling mengerti tentang-Nya, dan paling sempurna dalam mensucikan-Nya. Nabi SAW bersabda, “Tidak ada seorang pun yang lebih sabar dari Allah atas cemoohan yang didengarnya. Mereka mengatakan bahwa Allah memiliki anak, namun Allah tetap member kesehatan dan rizki kepada mereka”. (HR. Bukhari Muslim). Sifat Ash Shabuur ini Allah pancarkan kepada jiwa semua manusia sehingga memiliki potensi untuk bersabar dalam menerima berbagai ujian dari musibah dari-Nya. Hendaklah kita bersabar dalam menyampaikan permohonan kepada Allah, seperti firman-Nya dalam QS. Al-Baqarah:153 dan An-Nahl:127. Dari kedua ayat tersebut, sangatlah jelas bahwa dalam memohon pertolongan atau berkomunikasi dengan Allah hendaklah kita bersabar. Karena dengan bersabar, Allah SWT akan menolong kita sehingga semua masalah yang kita hadapi, baik yang tampak secara lahiriah maupun yang tersembunyi secara batiniah, akan dapat diatasi dengan mudah (Firdastin, 2020).

Sejatinya, kesabaran adalah sifat Allah, oleh karena itu, orang yang sabar artinya dia memiliki pancaran sifat yang mulia ini. Orang yang sabar dapat mengidentifikasi hal-hal yang diperintahkan oleh hawa nafsu yang tidak dapat diterima oleh akal dan agama. Hakikat  lain  dari  As-Shabuur  adalah  Allah  lah  yang  Maha  Memberikan  kekuatan, kesabaran kepada hamba-hamba-Nya dalam menjalani kehidupan yang penuh ujian, baik ujian  yang  menyenangkan  ataumenyusahkan.  Dengan kesabaran tersebut, mentalitas seorang mukmin menjadi lebih tangguh dan kuat dalam menghadapi berbagai cobaan. Senantiasa berusaha untuk bersabar atas segala kejadian yang menimpa dirinya (Saudah & Hidayah, 2024).

Orang yang sangat sabar (As-Shabuur) adalah orang yang ketika disakiti orang lain sanggup menahan diri mengalahkan, menyerang, membalas, atau berdoa buruk bagi mereka, meskipun orang itu sanggup melakukan itu semua. Alih-alih melakukan balasan semacam itu, orang yang sangat sabar justru berdoa seperti Rasulullah “Ya Allah ampunilah kaumku! Sesungguhnya mereka tidak tahu”. Orang yang sabar semacam itu merupakan orang yang menginternalisasikan nama Allah Yang Maha Sabar pada dirinya.37 Perilaku yang mencerminkan Ash-Shabuur tidak jauh berbeda dengan perilaku Al-Haliim. Perbedaannya terletak pada tindakan yang dilakukan, jika nama Al-Haliim dapat diteladani dengan cara tetap diam dan bersabar ketika mendapat perlakuan buruk, sementara meneladani Ash-Shabuur ialah dengan cara mendoakan kebaikan terhadap orang yang telah memperlakukan dengan buruk atau tidak mendoakan keburukan terhadap orang tersebut (Isnaini et al., 2021).

Ditinjau dari sifat-sifat Allah (asmaul husna) yaitu As-Shabuur dalam pengimplementasian kehidupan sehari-hari di masyarakat tentu bisa diambil manfaatnya dan penerapannya dalam beraktivitas dan berperilaku dengan diri sendiri maupun masyarakat. Penelitian Subandi (2011) menemukan lima kategori yang tercakup dalam konsep sabar yaitu: 1) Pengendalian diri: menahan emosi dan keinginan, berpikir panjang, memaafkan kesalahan, toleransi terhadap penundaan. 2) Ketabahan, bertahan dalam situasi sulit dengan tidak mengeluh. 3) Kegigihan: ulet, bekerja keras untuk mencapai tujuan dan mencari pemecahan masalah. 4) Menerima kenyataan pahit dengan ihlas dan bersyukur. 5) Sikap tenang, tidak terburu-buru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun