Moxie merupakan film Netflix yang rilis pada 3 Maret 2021 dan disutradarai oleh Amy Poehler. Film ini menceritakan tentang remaja 16 tahun yang menerbitkan majalah anonim berjudul "MOXIE" untuk mengungkapkan kasus seksisme di sekolahnya, di mana korban dari kasus tersebut adalah siswi perempuan. Seksisme sendiri adalah prasangka atau diskriminasi berdasarkan jenis kelamin seseorang.
Film ini diperankan oleh Hadley Robinson, Lauren Tsai, Patrick Schwarzenegger, Sydney Park, Alycia Pascual-Pena, Nico Hiraga, Josephine Langford, Sabrina Haskett, Anjelika Washington, Gracie Bea Lawrence, Marcia Gay Harden, dan pemeran pendukung lainnya.Â
Cerita dalam film ini berawal dari seorang murid SMA bernama Vivian yang sudah merasa muak dengan melihat langsung kasus seksisme yang ada di sekolahnya yaitu Rockport High School. Di hari pertama Vivian kembali masuk ke sekolah setelah liburan, Vivian sudah melihat temannya bernama Lucy yang merupakan anak baru dan berkulit hitam dilecehkan oleh Mitchell Wilson yang berperan sebagai kapten tim base ball di Rockport High School. Lucy memilih melaporkan hal ini ke kepala sekolah karena dia merasa tidak terima atas kejadian yang menimpanya. Namun, kepala sekolahnya menganggap kalau kasus ini bisa diselesaikan secara bersama dan tidak menindak lanjuti kasus ini.Â
Dalam suatu acara menyambut Mitchell Willson dan Rockport Pirates, Vivian kembali melihat kasus seksisme, Di mana dalam acara tersebut tiba-tiba seluruh siswa dan siswi Rockport High School mendapatkan list nominasi yang sangat tidak senonoh. List nominasi tersebut berisi nama-nama siswa perempuan dengan nominasi tertentu, Misalnya Kiera Pascal yang mendapat nominasi "Bokong Terbaik", Kaitlynn Price "Dada Terbaik", Emma Cunningham "Paling Layak Ditiduri". Setelah list nominasi itu tersebar, Seorang siswa laki-laki menghampiri Kiera dan memukul bokongnya secara sengaja dan pergi begitu saja. Vivian yang sudah tidak tahan dengan hal tersebut dan memutuskan untuk pergi dari acara tersebut dan pulang ke rumah.
Di rumah, Vivian memulai rencananya untuk membuat pemberontakan dengan membuat majalah anonim berjudul "MOXIE" majalah tersebut berisikan tentang rasa tidak terima atas kasus seksisme yang sudah tidak wajar lagi di kalangan sekolahnya. Rencana ini terinspirasi dari ibu Vivian yang pernah melakukan pemberontakan pada masa sekolahnya dahulu. Di sekolah Vivian mulai menyebarkan majalah itu secara diam-diam untuk melihat respons dari teman-temannya akan majalah yang dia buat. Ternyata teman-temannya menanggapi majalah tersebut dengan respons yang positif terutama di kalangan siswi perempuan.
Karena banyak yang mendukung pemberontakan melalui majalah tersebut, Vivian pun tetap merahasiakan bahwa dia sebenarnya yang telah membuat majalah anonim itu dan mencoba berbaur dengan teman-temannya yang sangat antusias untuk ikut melakukan pemberontakan itu. Majalah "MOXIE" kembali beredar, kali ini dalam majalah tersebut terdapat ajakan kepada siswi perempuan untuk menggunakan tank top di hari yang sama.
Dalam adegan ini terdapat pesan yang bisa diambil, yaitu siswi perempuan berhak merasa aman dan nyaman ketika di sekolah dengan menggunakan pakaian apapun itu dan jangan salahkan pakaian apa yang dikenakan oleh siswi perempuan tetapi pikiran para pelaku seksisme yang seharusnya diubah, karena siswi perempuan yang tidak memakai pakaian feminim pun tetap saja bisa menjadi korban kasus seksisme ini.
Singkat cerita, Nama Moxie mulai tedengar di lingkungan sekolah, kepala sekolah Rockport High School mulai mencari tahu siapa sebenarnya pendiri Moxie karena dirasa aksi pemberontakan ini semakin membuat kacau lingkungan sekolah. Kepala sekolah pun memanggil siswi yang sekiranya terkait dalam pembuatan majalah "MOXIE". Vivian adalah salah satu siswi yang dipanggil oleh kepala sekolah, namun sayangnya dia belum mengakui bahwa dia yang telah membuat majalah "MOXIE" dan memilih untuk berpura-pura tidak tahu siapa yang telah membuat majalah itu. Karena hal tersebut, Claudia sahabat Vivian dihukum untuk tidak masuk sekolah karena Claudia tetap bungkam ketika ditanya siapa yang telah membuat Moxie walaupun dia tahu bahwa Vivian yang telah membuat Moxie.
Vivian menyadari bahwa ia tidak boleh tinggal diam dan harus bertanggung jawab atas perbuatannya. Vivian dan teman-temannya berkumpul di depan sekolah. Di sana Vivian akhirnya berani mengatakan di depan umum bahwa dia lah yang telah mendirikan Moxie. Selain itu, Emma selaku korban pemerkosaan Mitchell Wilson akhirnya berani berbicara di depan umum dan menceritakan kronologi kejadian yang menimpanya. Hal ini membuat siswi perempuan di Rockport High School berterima kasih, karena dengan adanya Moxie mereka bisa menyuarakan isi hati mereka dan menceritakan kasus seksisme yang telah dialami mereka tanpa rasa takut. Dengan banyaknya bukti yang telah terkumpul membuat kepala sekolah bertindak untuk kasus ini, di awali dengan memanggil Mitchell Wilson karena telah melakukan pelecehan kepada siswi perempuan.
Film ini menggambarkan sebuah kisah yang sangat realistis dengan kehidupan nyata, Di mana representasi perempuan dalam film ini dijadikan sebagai objek seksual oleh laki-laki. Tentunya perlakuan seperti itu bisa membuat korban merasa tidak aman dan tidak nyaman ketika berada di ruang publik. Dalam kehidupan sehari-hari juga masih sering terjadi kasus pelecehan seksual yang tidak ditindak lanjuti dengan baik, Terkadang yang menjadi korban malah disalahkan atas terjadinya kasus pelecehan seksual. Ini membuat korban merasa takut untuk berbicara dan menyampaikan apa yang telah dialaminya di depan umum.