Mohon tunggu...
Fadhila azzahraSalsabila
Fadhila azzahraSalsabila Mohon Tunggu... Relawan - pelajar/mahasiswa

saya seorang mahasiswa ilmu komunikasi universitas muhammadiyah malang. saya mahasiswa yang cukup aktif, adaptif dan komunikatif

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Etika Jurnalis Ketika Meliput Berita Bencana

22 Juni 2023   19:00 Diperbarui: 22 Juni 2023   19:04 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Etika Jurnalis Ketika Meliput Berita Bencana

Indonesia memiliki tingkat risiko bencana yang cukup tinggi karena merupakan negara kepulauan yang rentan terhadap bencana alam seperti banjir, tsunami, dan gempa tektonik akibat letaknya di lempeng patahan dunia (Wekke, 2021). Indonesia secara geografis adalah negara yang terdiri dari kepulauan dengan pertemuan empat lempeng tektonik, yaitu Benua Asia, Australia, Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Bagian selatan Indonesia terdapat sabuk vulkanik yang memanjang dari Pulau Sumatra ke Jawa ke Nusa Tenggara hingga ke Sulawesi yang setiap sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan daratan rendah dengan rawa-rawa. Indonesia juga memiliki 129 gunung aktif, dan 5.590 daerah aliran sungai. Kondisi tersebut berpotensi menimbulkan bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir, dan tanah longsor. Selain itu, Indonesia terletak di daerah iklim tropis dengan dua musim yaitu panas dan hujan dengan ciri-ciri adanya perubahan cuaca, suhu dan arah angin yang cukup ekstrim. Kondisi iklim seperti ini digabungkan dengan kondisi topografi permukaan dan batuan yang relatif beragam, baik secara fisik maupun kimiawi dapat menimbulkan beberapa akibat buruk bagi manusia seperti terjadinya bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, kebakaran hutan dan kekeringan. Bencana yang terjadi tentunya seiring dengan berkembangnya waktu dan meningkatnya aktifitas manusia yang cenderung tidak peduli terhadap lingkungan.

 Dalam menghadapi bencana alam di Indonesia, manajemen bencana membutuhkan bantuan dari media massa untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat. Bahkan, publik sangat bergantung pada media massa untuk memperoleh informasi mengenai bencana yang sedang berlangsung. Media masa saat ini mempermudah akses masyarakat terhadap informasi penting mengenai bencana yang dapat membantu efektivitas manajemen bencana. Pendidikan tentang bencana dan upaya pencegahannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat, dan media massa dapat menjadi sarana untuk mendukung pendidikan tersebut (Anapisa, 2018). Seiring dengan berjalannya waktu dan banyaknya bencana yang terjadi, muncul genre baru dalam bidang jurnalistik yang dikenal sebagai jurnalisme bencana. Jurnalisme bencana dapat diartikan sebagai cara media melaporkan bencana kepada masyarakat. Jurnalisme bencana juga   berusaha untuk menginformasikan berita bencana dengan akurat dan sesuai dengan etika jurnalistik yang berlaku, dengan harapan bahwa informasi yang disampaikan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi mengenai bencana.

Harapannya, media akan memiliki peran yang signifikan dalam setiap kejadian bencana. Sebagai penghubung bagi semua pihak yang terlibat, media massa dapat berperan dalam situasi prabencana, selama bencana terjadi, dan setelahnya. Menurut Rattien (1990), media massa dapat berfungsi sebagai alat pendidikan bagi masyarakat tentang kebencanaan, meningkatkan kesadaran masyarakat melalui isu mitigasi bencana, memberikan informasi tentang cara menghadapi bencana dan proses evakuasi, serta membantu dalam proses rekonstruksi pasca-bencana (Sanusi, 2018). Adanya peran media massa yang lebih kuat dalam mengedukasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat, dapat membantu mengurangi dampak bencana dan mempercepat proses pemulihan pasca-bencana. Namun, Banyak kritik yang ditujukan kepada redaksi media terkait liputan bencana, karena praktek jurnalisme pada saat terjadi bencana di media Indonesia masih terfokus pada dramatisasi berita. Topik pemberitaan bencana selalu terfokus pada pemberitaan yang memicu rasa trauma dan dramatis, yang berisi tangisan, ekspresi sedih, dan kesulitan para penyintas.

 Ada empat prinsip yang seharusnya diterapkan oleh media dalam meliput dan menulis berita bencana. Keempat prinsip tersebut adalah (1) akurasi, maksudnya adalah media menjelaskan rumor suatu bencana yang berlangsung itu harus sesuai dengan fakta dan seakurat mungkin, sesuai dengan kelengkapan unsur berita. (2) Humanis khususnya prinsip suara korban, maksudnya adalah media harus memberikan kesempatan yang sama kepada semua pihak, terutama perempuan, anak-anak, dan kaum difabel, untuk mengungkapkan pandangan mereka. (3) Komitmen menuju rehabilitasi, maksudnya adalah semua jenis pemberitaan yang tidak sesuai dengan visi media harus diminimalkan, termasuk pemberitaan yang dramatis dan menimbulkan trauma. (4) Kontrol dan advokasi, maksudnya adalah Media harus secara konsisten dan terus menerus melaporkan bencana serta masalah-masalah yang muncul, seperti distribusi bantuan yang belum selesai. Keempat prinsip ini dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk menilai seberapa besar kepedulian media dalam meliput peristiwa bencana, karena masyarakat sangat bergantung pada informasi yang disampaikan oleh media massa.

Pada dasarnya, seorang jurnalis harus memahami tiga aspek penting dalam melaporkan berita bencana, selain empat prinsip yang telah disebutkan sebelumnya. Pertama, jurnalis harus memiliki pemahaman yang baik terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam profesi jurnalistik, jurnalisme bencana, dan jurnalistik bencana. Kedua, jurnalis harus mampu menginterpretasikan dan menjelaskan prinsip-prinsip jurnalistik yang harus diterapkan saat melaporkan bencana. Mereka juga harus mampu membedakan jenis liputan yang perlu dilakukan pada setiap tahap bencana, serta memahami tentang mitigasi bencana, Kode Etik Jurnalistik, dan P3SPS. Ketiga, jurnalis harus memiliki kemampuan ekstrapolasi yang tinggi, yang memungkinkan mereka untuk membuat kesimpulan yang terkait dengan implikasi dan konsekuensi bencana dalam jurnalistik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun