Mohon tunggu...
Fadhila AuliaRachma
Fadhila AuliaRachma Mohon Tunggu... Akuntan - Politeknik Negeri Semarang

Gamer yang suka mendengarkan ceramah politik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Perang Dagang AS dan Dampak Perbedaan Gaya Kepemimpinan Trump vs Biden

21 November 2023   21:35 Diperbarui: 21 November 2023   21:43 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sejak kepemimpinan Presiden Amerika Serikat ke-45 Donald Trump, pergerakan Amerika lebih kepada perubahan dalam bidang perekonomian. Terlebih Trump adalah seorang pebisnis yang tentunya lebih mengutamakan pada keuntungan. Bahkan, AS dibawah kepemimpinan Trump memutuskan perjanjian-perjanjian dengan Negara Asia yang membuktikan bahwa ia seorang anti-multilateral. Terciptanya istilah "Perang Dagang" Amerika-China dialibikan sebagai bentuk perlindungan dan penyeimbangan terhadap industri perekonomian Amerika serta mengurangi defisit perdagangan Amerika dengan negara lain  khususnya China.

Pada tingkat makroekonomi, perang dagang dapat mengakibatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat dan volatilitas di pasar keuangan. Kepercayaan investor dapat menurun, yang menyebabkan fluktuasi pasar saham dan depresiasi mata uang. Selain itu, ketegangan perdagangan dapat merusak sentimen bisnis dan mengurangi kesediaan investor untuk mengambil risiko. Efek gabungan ini dapat berdampak buruk pada stabilitas ekonomi, sehingga lebih sulit bagi negara-negara untuk mencapai pertumbuhan berkelanjutan dan tujuan pembangunan dalam jangka panjang

Selain itu, perang dagang dapat mengganggu rantai pasokan global yang sangat penting bagi berbagai industri. Banyak perusahaan multinasional bergantung pada jaringan pemasok dan produsen di berbagai negara, dan pengenaan pembatasan impor dapat mengganggu hubungan ini. Hal ini dapat menyebabkan penundaan produksi, peningkatan biaya, dan pada akhirnya, mengurangi daya saing. Selain itu, perang dagang dapat memicu tindakan pembalasan, yang semakin memperburuk dampak negatif pada berbagai industri dan meningkatkan konflik-konflik lainnya. Dengan pengenaan tarif dan peningkatan biaya barang impor, membuatnya kurang kompetitif di pasar domestik. Pendekatan proteksionis ini dapat memberikan profit sementara bagi industri dalam negeri, tetapi juga membatasi pilihan konsumen dan sering menyebabkan harga barang dan jasa yang lebih tinggi. Selain itu, tindakan pembalasan oleh negara-negara yang terkena dampak dapat meningkatkan situasi, menciptakan gangguan perdagangan lebih lanjut dan merusak hubungan ekonomi.

Berganti pada masa kepemimpinan Presiden Amerika Serikat selanjutnya, yakni Joe Biden. Presiden Biden dibawah kepemimpinannya, AS kembali mempererat hubungan kerjasama baik Bilateral, regional maupun multilateral. Biden lebih berfokus pada perbaikan atas perpecahan yang terjadi. Melalui pendekatan kepemimpinan yang empati dan inklusif, ia telah bekerja untuk menciptakan lingkungan yang lebih harmonis di mana orang-orang dari semua latar belakang merasa dihargai dan didengar.

Biden mengakui pentingnya ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif, dan dia telah menjadikannya aspek sentral dari agenda pemerintahannya. Dia memahami bahwa ekonomi yang berkembang harus berjalan seiring dengan mengatasi tantangan sosial dan lingkungan yang terjadi.

Selain itu, Biden telah menjadikan perubahan iklim sebagai prioritas utama pemerintahannya. Dia bergabung kembali dengan Perjanjian Iklim Paris pada hari pertamanya menjabat, menggarisbawahi komitmennya untuk memerangi krisis iklim global. Rencana ambisius Biden untuk mencapai emisi karbon nol bersih pada tahun 2050 dan berinvestasi dalam infrastruktur energi bersih tidak hanya menempatkan Amerika Serikat kembali ke jalurnya untuk memenuhi tujuan iklimnya tetapi juga telah menginspirasi negara-negara lain untuk mengambil tindakan yang lebih agresif.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun