Mohon tunggu...
Diah Rahmawati F
Diah Rahmawati F Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Trying to fight the unfortunate condition and change it into fortunate. Always moving forward .

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kegamangan Bahasa Indonesia di Mata Pemakainya

8 Juni 2012   12:32 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:14 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepanjang sejarah, bahasa Indonesia selalu mengalami perkembangan. Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia tidak menampik kenyataan terhadap masuknya bahasa lain. Hal ini terlihat dari banyak kata-kata serapan dari bahasa daerah asli dan bahasa asing. Akan tetapi justru dengan adanya bahasa-bahasa yang masuk itu dapat memperkaya bahasa Indonesia terutama dari segi perbendaharaan kata.

Dewasa ini akibat pesatnya perkembangan teknologi, komunikasi, dan transportasi mulai menghapus sekat-sekat pembeda. Sebagai contoh bahasa daerah semakin tergerus keberadaanya akibat bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Namun bukan tidak mungkin bahasa Indonesia sendiri akan tergeser oleh bahasa asing Internasional seperti bahasa Inggris dan bahasa Mandarin. Sehingga butuh usaha untuk mempertahankan eksistensinya. Bahasa Indonesia bukan sekedar sebagai identitas bangsa namun hendaknya juga sebagai alat penghubung atau komunikasi antar manusia.

Kenyataan memang tak bisa dipungkiri, meski sudah ditetapkan aturan baku mengenai bagaimana berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Namun tidak sedikit masyarakat Indonesia yang seakan acuh dengan hal tersebut. Bahkan, gejala merendahkan bahasa sendiri semakin nyata. Hal ini dapat kita lihat dari perilaku berbahasa masyarakat kita saat ini. Sehingga terjadi dilematis, dimana di satu pihak kita menginginkan bahasa Indonesia menjadi bahasa modern, dan dapat mengikuti perkembangan zaman serta mampu merekam ilmu pengetahuan dan teknologi global, tetapi di pihak lain kita telah melunturkan identitas dan citra diri itu dengan lebih banyak mengapresiasi bahasa asing sebagai lambang kemodernan. Atas dasar itu, tidak heran jika para remaja masa kini lebih cenderung menggunakan bahasa asing atau bahasa gaul sebagai bagian dari hidupnya jika mereka tidak ingin disebut ketinggalan zaman.

Kecenderungan mengunggulkan identitas asing akhir-akhir ini telah menjadi-jadi, tidak terkecuali bahasa. Hampir setiap gedung-gedung megah di Indonesia, terpampang tulisan-tulisan asing sebagai lambang kemodernan, sedangkan pemakai bahasa Indonesia dianggap kampungan dan telah ketinggalan zaman. Sikap yang demikian ini tentu akan melunturkan citra dan identitas bangsa.

Sebagai bahasa nasional dan juga sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia wajib digunakan dalam segala kegiatan resmi kenegaraan. Demikian pula di semua jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi, bahasa Indonesia dijadikan sebagai bahasa pengantar. Kebijaksanaan itu dimaksudkan agar bahasa Indonesia dapat berkembang secara wajar di tengah masyarakat pemakainya. Selain itu, upaya tersebut diharapkan pula dapat menjadi perekat persatuan suku yang ribuan jumlahnya ini menjadi satu bangsa yang besar yakni, bangsa Indonesia. Hal ini bisa dilakukan dengan cara mengadakan sayembara tulis menulis tentang sastra, kebudayaan asli Indonesia sejak dini guna memperkenalkan budaya asli Indonesia kepada generasi muda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun