Film dokumenter adalah film yang memberikan suatu informasi yang terjadi di masa lalu agar orang dapat mengetahui atau memahami suatu peristiwa. Film juga dapat berfungsi sebagai sarana edukasi agar seseorang dapat mengambil atau memetik pelajaran dalam film tersebut.
Salah satu film dokumenter yang terkenal yaitu "Indonesia Calling" film ini bercerita tentang perjuangan rakyat atau lebih tepatnya aktivis Indonesia yang berjuang agar Indonesia dapat mencapai kemerdekaannya, dengan dibantu bangsa-bangsa lain. Indonesia calling berlatar belakang waktu antara tahun 1945-1949 era agresi militer setelah kemerdekaan di proklamirkan oleh pendiri bangsa. "Indonesia calling" mempunyai alur mundur, yaitu menceritakan kejadian masa lalu yang telah terjadi.
Pada awalnya kapal Indonesia berlayar menyelamatkan diri pergi ke Australia karena beberapa aktivis Indonesia diasingkan di berbagai tempat akibat melawan Belanda. Daerah tempat pengasingan yang biasanya digunakan Belanda yaitu Ende(Flores), berastagi, parapet (Sumatera Utara), Pulau Bangka, Boven Digoel(Papua), Banda Neira(Maluku Tengah), Pulau Buru. Sebelum berlayar terdapat 1 perwakilan perserikatan buruh dari Australia yang memberikan bendera dengan mengatakan bahwa bendera tersebut sebagai simbol atau dukungan para buruh di Australia untuk Indonesia yang waktu itu belum merdeka. Tak hanya dukungan itu saja para buruh Australia juga memberikan janji bahwa tidak akan menurunkan kapal yang berisikan rakyat Indonesia ke Pelabuhan Belanda.
Hari demi hari terlewati akhirnya sampai juga kapal yang berlayar di Australia. Mereka mendapatkan sambutan yang hangat dari pejabat maupun rakyat Australia. Rakyat Indonesia yang waktu itu juga merupakan seorang aktivis mampu beradaptasi dengan baik kepada rakyat Australia dan mereka diterima dengan baik sebagai pendatang. Tak hanya dianggap sebagai pendatang, mereka juga diterima sebagai teman, dan sesama penduduk kota. Hal ini menunjukkan bahwa rakyat Australia waktu itu sangat menerima kedatangan Indonesia dengan baik di Australia. Para penduduk menganggap rakyat Indonesia juga merupakan penduduk juga, mereka tidak membeda-bedakan darimana dan dengan bahasa apa. Semua dianggap sama pada waktu itu sehingga tidak terjadi perpecahan.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamasikan kemerdekaan. Para aktivis yang berada di Australia mendengar kabar tersebut melalui radio yang disiarkan oleh Indonesia. Satu hari setelah proklamasi, para aktivis tersebut mengucapkan janji bahwa mereka akan membela bangsa dan tanah kelahirannya dan akan menjaga kemerdekaan Indonesia untuk seterusnya. Begitulah ucap aktivis yang berada di Australia.
Setelah proklamasi 17 Agustus 1945, rakyat atau aktivis Indonesia yang berada di Australia merayakan kemerdekaan Indonesia dengan menari tarian kesatria dan tarian putri kerajaan. Tarian kesatria yaitu tarian yang mengartikan bahwa kendali hidup berada di tangan kita sendiri. Artinya kita sendiri yang menentukan nasib baik atau buruk yang akan didapat. Secara gerakan tarian kesatria terinspirasi dari burung elang yang melambangkan ketegasan. Tarian putri kerajaan adalah tarian dimana menceritakan seorang putri yang lahir dari istri ketujuh kemudian terdampar di suatu tempat kemudian ia dikejar-kejar oleh seorang laki-laki yang ingin memperistri walaupun putri tersebut telah memiliki seorang suami. Putri tersebut adalah putri yang gagah perkasa dan juga pandai bertarung. Tarian ini juga sudah sejak lama sebelum bangsa portugis datang ke Indonesia.
Beberapa alat musik yang digunakan untuk mengiringi tarian kesatria dan putri kerajaan yaitu gamelan digul. Gamelan digul merupakan sebuah alat musik tradisional yang dibuat dengan menebang pohon untuk papan dan juga tiang dan besi-besi yang sudah berkarat.
Setelah itu Belanda kembali berniat untuk menyerang Indonesia dengan cara menyelundupkan beberapa senjata kedalam kapal pedagang dari India yang akan melewati Indonesia. Aktivis Indonesia pada waktu itu mengetahui kejadian tersebut. Tak tinggal diam, aktivis Indonesia langsung meminta agar kapal pedagang dari India langsung kembali ke negara mereka. Walaupun ada beberapa resiko yaitu kelaparan di India sebagai resiko karena telah menolak perintah dari Belanda.
Beberapa negara yang membantu Indonesia yaitu China, India, Australia, Inggris dan Malay tidak tinggal diam. China adalah salah satu negara yang membantu bangsa India keluar dari Kelaparan yang melanda akibat resiko menolak perintah dari Belanda. China berhasil menjadi pemasok makanan untuk India. Para pekerja di berbagai negara mendukung Australia agar negara pasifik yaitu Indonesia agar segera merdeka dari jajahan Belanda. Dan beberapa negara seperti India dan Uni Soviet juga memprotes penggunaan pasukan bersenjata untuk menekan bangsa Indonesia.
Prinsip dari Atlantic Charter yaitu bahwa Indonesia telah berjuang Bersama melawan fasisme di kawasan Pasifik. Oleh karena itu Indonesia dibantu oleh beberapa negara besar seperti china, Amerika, Rusia, Australia, Selandia baru dan India saat menghadapi imperialisme dari Belanda.
Pelaut China telah menggaang dana lagi sekitar 1100 pundsterling atau sekitar 20 juta. Mereka membantu bangsa Indonesia dengan sepenuh hati, karena sudah sepenuh hati untuk membela atau membantu melawan fasisme.
Kita dapat mengambil nilai kemanusiaan dan nilai heroisme dari China yaitu memberikan bantuan atau memasok bahan pangan sebagai bentuk kemanusiaan terhadap warga India. Dan memiliki nilai heroisme yaitu karena telah berkorban untuk membantu India sebagai negara yang kelaparan pada saat itu untuk bisa berdiri lagi. Selain nilai heroism dari China, India juga mempunyai nilai heroisme yaitu mau berkorban untuk Indonesia walaupun banyak resiko yang diterima.
Indonesia merupakan negara dengan berbagai suku, adat, budaya, ras, dan agama. Mari kita sebagai bangsa Indonesia sudah sepantasnya untuk melebur menjadi satu dengan nama Indonesia. Kita patut mencontoh bangsa-bangsa pada film tersebut, saling tolong menolong terhadap sesama dan tidak membeda-bedakan latar belakang seseorang. Indonesia memerlukan orang yang jujur dan loyal bukan membutuhkan orang yang pintar. Salam Nasionalisme!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H