Mohon tunggu...
Muhammad Fadhil
Muhammad Fadhil Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Mahasiswa salah satu Universitas di Indonesia yang selalu ingin tahu hal baru Gmail: muhammadfadhil094@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature

Kenapa Sih Kebakaran Hutan Lahan Gambut Sulit Dipadamkan?

16 September 2019   13:29 Diperbarui: 16 September 2019   13:31 771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebakaran hutan tentu merupakan bencana yang sangat merugikan berbagai hal, tentunya bagi manusia yang tinggal disekitarnya dan bagi hewan yang bertempat tinggal disana. tapi kenapa sih kebakaran hutan di Indonesia khususnya di Kalimantan susah untuk dipadamkan? bahkan kebakaran ini bisa berlangsung berbulan-bulan.

1. Lahan Gambut

Seperti yang kita ketahui bahwa sebagian besar lahan di Pulau Kalimantan memiliki tanah yang merupakan gambut. sebelum kita lanjut, apa sih sebenarnya gambut itu? tanah gambut merupakan tanah yang komposisinya banyak tersusun atas kandungan bahan organik atau bisa dibilang kadar bahan organiknya cukup tinggi. lalu kenapa kalau bahan organiknya tinggi? secara definisi bahan organik merupakan senyawa yang memiliki unsur utama berupa karbon (C). sebagian besar senyawa karbon akan mudah terbakar karena senyawa ini pada umumnya memiliki temperatur swabakar yang rendah. tapi apabila dibakar dengan pembakaran biasa tentu senyawa karbon akan lebih mudah terbakar karena direaksikan dengan oksigen dalam reaksi pembakaran

lalu dari mana asalnya senyawa organik tersebut? senyawa tersebut bisa berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang telah mati kemudian setengah membusuk. bahkan apabila kita gali didalam tanah gambut masih bisa ditemukan daun, ranting, bahkan batang kayu yang belum membusuk secara sempurna. hal ini disebabkan tanah disekitarnya bersifat asam dan anaerob (lingkungan dengan sedikit/tidak ada oksigen bebas). bahkan dalam keadaan yang tepat, tanah gambut ini bisa menjadi batu bara. karena alasan tersebutlah di Kalimantan merupakan sumber daripada Batu bara. bahkan di negara skandinavia tanah gambut digunakan sebagai sumber energi panas yang digunakan untuk memasak.

maka dari itu, apabila sudah dipadamkan hingga tidak ada api di atas tanah, namun bagian bawah tanah tetap membara mengeluarkan asap dan energi panas yang cukup tinggi layaknya batu bara.

2. Musim Kemarau

pada bulan seperti bulan agustus dan september merupakan bulan yang termasuk dalam musim kemarau. sehingga penduduk di Kalimantan biasanya akan kekurangan air bersih. selain itu air-air di sungai atau bahkan di selokan akan berkurang debitnya. dalam keadaan seperti ini orang akan lebih berhati-hati dalam menggunakan air untuk memenuhi kebutuhan hidup. bahkan, karena sulitnya mendapatkan air bersih yang layak, kebanyakan orang terpaksa menggunakan air yang bisa dibilang tidak layak untu kebutuhan sehari-hari. dari hal tersebut dapat kita simpulkan bahwa air yang digunakan untuk memadamkan api sangat sulit untuk didapatkan.

3. Infrastruktur kurang memadai

hutan yang terbakar bisa jadi hutan yang sangat jarang dilalui orang atau bahkan belum pernah dilalui oleh orang. sehingga akan sulit untuk membawa kendaraan berat seperti kendaraan pemadam kebakaran dan lainnya karena tidak adanya akses menuju ke titik kebakaran tersebut. mungkin kendaraan tersebut bisa dipaksakan untuk menuju titik kebakaran, namun mengingat sebagian besar lahan merupakan lahan gambut yang memiliki tekstur yang empuk, maka akan sangat sulit bagi kendaraan berat untuk dikendarai karena ban kendaraan berpeluang untuk terjebak dalam tanah yang empuk tersebut.

Itu lah 3 alasan kenapa kebakaran hutan di lahan gambut sangat sulit sekali untuk dipadamkan, semoga kebakaran hutan yang terjadi cepat dipulihkan seperti semula dan saya harap tidak akan pernah terjadi lagi kebakaran hutan. Terima Kasih (Muhammad Fadhil)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun