Cimahi (13/07) - Universitas Diponegoro kembali menggelar salah satu program Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu Pengabdian Masyarakat dalam bentuk Kuliah Kerja Nyata (KKN).
Intensitas hujan yang cukup tinggi sejak awal tahun 2022 membuat banyaknya genangan pada beberapa titik di  RW 14 ,Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi. Di daerah perkotaan, yang padat penduduk dan bangunan, kemampuan tanah untuk menyerap air hujan telah berkurang drastis. Air hujan yang turun sebagian besar menumbuk bidang-bidang keras selain tanah, seperti jalanan beraspal atau bangunan. Karena tidak terserap air hujan ini kemudian menggenang atau mengalir sebagai banjir. Khususnya di daerah RW 14 Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi. Sebenarnya banyak hal yang dapat dilakukan dalam upaya menguranginya. Salah satunya adalah dengan membuat lubang resapan biopori di lingkungannya masing-masing.
Dengan pembuatan lubang resapan biopori di lingkungan RW 14 Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi, setidaknya kita telah meringankan beban masyarakat dalam dua hal, yaitu mencegah banjir dan mengurangi sampah.
Salah satu mahasiswa dari Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro yang bernama Fadhel Muhammad Yunelv dengan Dosen Pembimbing Lapangan Drs. Dul Muid, M.Si., Akt. membuat sebuah solusi untuk mengurangi genangan dan sampah organik supaya tidak menjadi tempat berkembang biaknya vector penyakit seperti nyamuk dengan cara pembuatan lubang biopori. Tidak lupa, selama pelaksanaan program KKN ini, mahasiswa KKN bersinergi dengan pihak berwenang setempat, yaitu Bapak Kasmiran selaku Ketua RW Ade Mulyani
Biopori adalah lobang resapan air yang berfungsi untuk membantu air dalam meresap ketanah. Bahan yang digunakan adalah pipa diameter 3-4 inch dan tutup pipa. Program ini dilaksanakan secara door to door kerumah masyarakat yang sering terjadi genangan air saat terjadi hujan. Dari program ini harapannya genangan air tidak terjadi lagi dan meningkatkan kesuburan tanah.
Pembuatan biopori sangat mudah, yaitu dengan menggunakan pipa paralon diameter 3-4 inch (8-10 cm) yang dilubang-lubangi menggunakan bor listrik dan ditutup menggunakan tutup pralon yang juga dibuat berlubang. Selanjutnya tanah di lubangi menggunakan bor tanah/ linggis dengan kedalaman kurang lebih (80-100 cm). Kemudian pipa paralon tersebut ditanam ke dalam lubah tanah. Setelah ditanam, lubang tersebut diisi oleh sampah-sampah organik contohnya daun.
Dari program pembuatan biopori tersebut diharapkan dapat mengurangi genangan-genangan air yang dapat terbentuk saat musim hujan dan juga dapat mengurangi sampah organik.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI