Sering kali, dalam momen-momen keputusasaan atau tragedi yang mendalam, kita terjebak dalam sebuah pertanyaan besar yang mengganggu pemahaman kita tentang dunia ini: "Jika Tuhan itu Mahabaik dan Mahakuasa, mengapa ada kejahatan di dunia?"
  Bayangkan sebuah bencana alam yang menghancurkan sebuah kota, menyebabkan ribuan nyawa tak berdosa hilang begitu saja. Atau seorang anak yang tak berdosa harus menderita karena penyakit yang tak dapat disembuhkan.
  Ketika kita menyaksikan penderitaan semacam itu, gambaran kita tentang Tuhan yang penuh kasih dan kuasa menjadi terasa rapuh. Problem Kejahatan---sebuah permasalahan yang mengajukan pertanyaan apakah Tuhan yang Maha Baik dan Mahakuasa mungkin membiarkan kejahatan terjadi---menjadi lebih nyata daripada sekadar diskusi filosofis.
Baca Juga: Keadilan Tuhan vs Keadilan Manusia: Adakah Kesenjangan?
  Dalam tradisi agama, Tuhan sering digambarkan sebagai pencipta yang baik hati dan penguasa segalanya. Tetapi, mengingat banyaknya kejahatan yang menguasai dunia ini, bagaimana kita bisa menjelaskan keberadaan Tuhan dalam konteks tersebut? Bukankah ada ketegangan yang tidak bisa kita abaikan antara kepercayaan kepada Tuhan yang baik dan kenyataan adanya kejahatan?
  Jenis-Jenis Kejahatan
  Kejahatan hadir dalam berbagai bentuk dan dampaknya terhadap umat manusia sangatlah beragam. Untuk memahami lebih jauh, kita bisa mengklasifikasikan kejahatan menjadi tiga jenis utama: kejahatan moral, kejahatan alam, dan penderitaan yang tidak dapat dijelaskan.
  Kejahatan Moral
  Kejahatan moral adalah kejahatan yang dilakukan oleh manusia melalui tindakan-tindakan kejam atau tidak adil. Ini termasuk pembunuhan, penyiksaan, penindasan, dan tindakan kriminal lainnya yang didorong oleh kehendak bebas manusia.
  Kejahatan moral menantang gagasan kita tentang Tuhan yang Mahakuasa, karena jika Tuhan memang menginginkan dunia yang lebih baik, mengapa Ia membiarkan manusia memilih untuk melakukan kejahatan? Bukankah seharusnya Tuhan mengintervensi untuk mencegah tindakan jahat ini?
  Penting untuk merenungkan apakah Tuhan seharusnya campur tangan dalam setiap keputusan manusia.
  Jika Tuhan mencegah manusia untuk berbuat jahat, apakah manusia akan tetap memiliki kebebasan untuk memilih antara baik dan buruk? Konsekuensinya adalah, meskipun kehendak bebas memungkinkan manusia memilih, kebebasan tersebut datang dengan harga---penderitaan yang tak terelakkan bagi mereka yang menjadi korban kejahatan.