Kejahatan Alam
  Sementara kejahatan moral terkait dengan pilihan manusia, kejahatan alam merujuk pada bencana alam yang tidak bisa dikendalikan oleh manusia, seperti gempa bumi, tsunami, dan badai besar. Kejahatan alam ini tampak lebih acak dan tidak memihak, menyebabkan penderitaan bagi siapa saja tanpa memandang latar belakang moral mereka.
  Dengan demikian, bencana alam ini memunculkan keraguan tentang sifat Tuhan yang Mahakuasa. Jika Tuhan memiliki kekuatan untuk mengendalikan segala sesuatu, mengapa ia membiarkan bencana-bencana ini terjadi?
  Ada pandangan yang mengatakan bahwa kejahatan alam ini justru bagian dari dunia yang diciptakan Tuhan untuk tujuan tertentu. Dunia ini, dengan segala keterbatasannya, mungkin masih merupakan dunia terbaik yang bisa Tuhan ciptakan.
  Mungkin, di balik bencana yang merenggut banyak nyawa, ada alasan yang lebih besar yang tidak kita pahami. Namun, meskipun itu bisa menjadi penjelasan teologis, kita tak dapat mengabaikan kenyataan bahwa penderitaan yang dialami oleh para korban sangatlah nyata dan tidak bisa diabaikan begitu saja.
  Ada juga jenis penderitaan yang lebih sulit dijelaskan, seperti penyakit kronis yang tak bisa disembuhkan, kehilangan yang mendalam, atau penderitaan psikologis yang tidak tampak oleh orang lain.
  Penderitaan semacam itu sering kali tidak memiliki alasan yang jelas, dan ini bisa memunculkan kesan bahwa Tuhan tidak peduli atau bahkan tidak ada sama sekali. Jika Tuhan benar-benar penuh kasih, mengapa Ia membiarkan penderitaan yang tidak berdasar seperti ini terjadi?
  Respons Teologis terhadap Kejahatan
  Teologi agama mencoba memberikan berbagai respons terhadap masalah kejahatan ini. Salah satu cara yang paling umum digunakan untuk menjelaskan masalah ini adalah melalui teodisi, yaitu usaha untuk membenarkan Tuhan meskipun kejahatan ada di dunia.
Baca juga: Isaac Newton: Antara Teologi Tauhid vs Trinitas
  Salah satu teodisi klasik yang terkenal adalah Teodisi Kehendak Bebas, yang menyatakan bahwa Tuhan memberi kebebasan kepada manusia untuk memilih antara kebaikan dan kejahatan. Kejahatan muncul sebagai akibat dari penyalahgunaan kebebasan ini.
  Namun, penjelasan itu memunculkan pertanyaan penting: jika kebebasan menyebabkan kejahatan, apakah Tuhan seharusnya memberi kebebasan itu sama sekali, mengingat potensi kehancurannya? Bukankah lebih baik jika Tuhan menciptakan dunia tanpa kejahatan, tanpa kebebasan yang memungkinkan manusia untuk memilih?