Buku Tuhan Tidak Perlu Dibela karya Abdurrahman Wahid, atau yang dikenal luas sebagai Gus Dur, adalah salah satu karya sastra intelektual yang menggugah pemikiran dalam melihat agama dan peran spiritualitas di Indonesia. Buku ini tak sekadar kumpulan esai, melainkan adalah sebuah kritik tajam terhadap fanatisme yang sering muncul di balik alasan agama.Â
Gus Dur, yang telah lama dikenal sebagai tokoh pluralisme dan toleransi, memperjuangkan ide bahwa agama tidak memerlukan pembelaan manusia untuk "melindungi" atau "mempertahankannya". Dalam konteks yang lebih luas, buku ini mengeksplorasi konsep kebebasan beragama, toleransi, dan bagaimana keagamaan seharusnya bersifat inklusif, bukan eksklusif.
Di Indonesia, di mana isu keberagaman dan konflik antaragama masih sering terjadi, buku ini seolah menjadi panduan dalam memahami esensi spiritualitas sejati. Gus Dur menulis dengan harapan dapat mendorong masyarakat untuk melihat agama sebagai jalan menuju kedamaian, dan bukan sebaliknya. Buku ini sangat relevan di tengah kondisi global saat ini, di mana agama seringkali disalahgunakan untuk membenarkan tindakan kekerasan atau diskriminasi.
Dapatkan Ebook: Tuhan Tidak Perlu Dibela
Mengenal Pemikiran Abdurrahman Wahid: Dari Budaya hingga Teologi
Abdurrahman Wahid adalah sosok yang dikenal bukan hanya sebagai ulama, tetapi juga sebagai tokoh intelektual yang mampu memadukan berbagai perspektif, baik dari segi budaya, sosial, hingga teologi. Ia membawa pengaruh besar sebagai presiden ke-4 Indonesia, dan sepanjang hidupnya Gus Dur banyak berkontribusi dalam bidang kemanusiaan, demokrasi, dan kebebasan beragama.
 Sejak dini, Gus Dur terpapar berbagai disiplin ilmu, mulai dari pendidikan agama di pesantren hingga studi politik di luar negeri. Pemikirannya dalam Tuhan Tidak Perlu Dibela menunjukkan pemahamannya yang mendalam terhadap nilai-nilai Islam yang damai dan inklusif.
Pemikiran Gus Dur dipengaruhi oleh latar belakang pesantren yang mengutamakan toleransi dan keterbukaan dalam berdialog dengan budaya dan agama lain. Selain itu, pengalamannya dalam melihat ketidakadilan di masyarakat juga membuatnya menyadari bahwa banyak hal yang dianggap "pembelaan" agama justru sering kali menjadi bentuk pembenaran untuk tindakan intoleransi.Â
Oleh karena itu, buku ini bukan hanya sekadar kritik teologis, tetapi juga kritik sosial dan politik yang relevan bagi kehidupan masyarakat plural seperti Indonesia.
Kebebasan Beragama dan Tantangan dalam Masyarakat Modern
Gus Dur dalam bukunya menyoroti kebebasan beragama sebagai hak asasi yang fundamental dan harus dihormati oleh semua lapisan masyarakat. Menurut Gus Dur, setiap individu berhak memilih keyakinannya tanpa harus merasa terancam oleh lingkungan sekitarnya. Dalam pandangannya, kebebasan beragama tidak hanya berarti bebas untuk beribadah, tetapi juga bebas untuk tidak diserang atau dipaksa mengikuti ajaran tertentu.Â
Di Indonesia, di mana terdapat berbagai agama dan keyakinan, Gus Dur mengakui bahwa masalah ini cukup rumit, terutama dalam masyarakat yang masih berpegang teguh pada norma-norma tradisional dan memiliki rasa kepemilikan yang tinggi terhadap identitas keagamaan.