Mohon tunggu...
Fadh Ahmad Arifan
Fadh Ahmad Arifan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Pernah bersekolah di MI Attaraqqie. Penggemar mie ayam dan Jemblem

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Superhero dalam Reuni Mujahid 212

5 Desember 2018   10:25 Diperbarui: 5 Desember 2018   11:08 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendengar kata "reuni", apa yang terbayang dalam pikiran kita? kumpul-kumpul kembali di sebuah tempat dengan orang-orang yang sama. Sama-sama pernah satu sekolah, satu kampus bahkan satu rasa dan misi. Pada artikel kali ini, saya ulas Reuni aksi 212. Aksi 212 bukanlah peristiwa biasa. Ia adalah aksi lanjutan dari aksi demo 411. Kedua aksi massa ini sasaran tembaknya adalah Ahok. Gara-gara pidatonya saat di pulau seribu, dia menista surah Al Maidah ayat 51.

Lewat siaran TV One, jutaan peserta aksi reuni memadati lapangan Monas, stasiun KRL dan bundaran Hotel Indonesia (HI). Kawan facebook saya, Reka pamungkas yang memantau dari dekat reuni 212 memberi tahu bahwa jumlah massa membludak seperti pada aksi 212 tahun 2016. Mantan Ketum Pemuda Muhammadiyah, Dr. Dahnil Anzar Simajuntak pun terlihat ikut serta dalam reuni ini. Bahkan tak canggung memunguti sampah bersama peserta aksi reuni 212.

Reuni 212 ini bukan sekedar nostalgia biasa. Nostalgia yang saya maksud adalah keberhasilan jutaan massa menyeret penista surah al-Maidah ayat 51 ke meja hijau. Jika tahun 2017 panitia reuni 212 menggabungkannya dengan momen Maulid Nabi, maka tahun ini suasananya berbeda. Perayaan Maulid Nabi diadakan terpisah di masjid Istiqlal. Kabarnya acara tersebut mendatangkan Gus muwafiq. Entahlah berapa banyak orang yang menghadiri acara di masjid Istiqlal tersebut.

Reuni Mujahid 212 adalah "panggung" bagi pihak tertentu. Pertama, reuni 212 adalah panggung eks-HTI menunjukkan kembali eksistensinya. Dibuktikan dengan kehadiran Da'i muda Felix siauw dan Ir. Ismail Yusanto dalam reuni 212. mereka hadir dengan mengenakan topi tauhid. Dari beberapa foto yang beredar di beranda facebook, terlihat sebagian besar peserta reuni mengibarkan panji al Liwa dan ar Royah.

Tentang panji al Liwa dan ar Royah, eks-HTI  bagaikan Superhero yang berjasa mempopulerkan panji al Liwa dan ar Royah. Biarlah mereka mengklaim begitu. Itu adalah hak mereka menyuarakan pendapat di alam demokrasi. Coba simak tulisan berjudul "AIR BAH HTI". Tulisan ini karangan Dr. Ibnu C. Ma'ruf. Sang penulis menyatakan begini, "Jika kemarin orang tidak mengenal al Liwa dan ar Royah, lalu HTI mengkampanyekannya dengan program Masirah Panji Rasulullah. Memang, saat itu HTI dihadang, dipersekusi, dan diintimidasi. HTI legowo dengan perlakuan tersebut. Tapi lihatlah sekarang, siapa yang tidak kenal al Liwa dan ar Royah? Bahkan, al Liwa dan ar Royah dikibarkan dengan gagah oleh umat yang bahkan belum pernah bersentuhan dengan HTI. Lihatlah di sepanjang jalan di dekat Monas, al  Liwa dan ar Royah dijual oleh pedagang asongan seperti kacang goreng. Saya yakin, aktivis HTI melihatnya dengan rasa syukur yang tiada duanya."

Kedua, Jika petahana dengan mudahnya meraih dukungan di kalangan pondok pesantren, keluarga Gus dur dan kaum Tarekat (misalnya JATMI), maka reuni Mujahid 212 adalah "panggung" paslon nomor dua meraih dukungan. Dilansir dari laman IDN Times (2/12/2018), "Saya tidak boleh kampanye. Jadi saya hanya ingin mengucapkan terima kasih bahwa saya diundang oleh panitia. Ini kehormatan bagi saya. Saya bangga melihat jutaaan umat Islam damai dan tertib," ucapan paslon nomer dua tersebut langsung disambut teriakan peserta reuni 212 yang memanggil-manggil namanya. "Prabowo.. Prabowo.. Prabowo.." teriak puluhan peserta.

Dukungan untuk Paslon nomor dua juga datang dari Dr. Habib Rizieq shihab. "Saudaraku, di pilpres dan pileg ini, haram memilih capres yang diusung partai pendukung penista agama. Saudaraku, ayo pilih capres dan cawapres hasil ijtima ulama," kata Habib Rizieq melalui sambungan interkom yang disiarkan lewat pengeras suara. Sekalipun tak menyebut nama, ijtima ulama secara tidak langsung menunjuk Paslon nomor dua sebagai calon presiden.

Anggota Bawaslu, Ratna Dewi Pettatolo, mengaku telah mendengarkan pernyataan Imam besar FPI itu. Ia berpendapat, pidato itu tak bisa serta merta dihubungkan dengan peristiwa lain di luar Reuni 212. Merujuk pengawasan lapangan yang dilakukan Bawaslu, baik terhadap pidato Rizieq maupun Prabowo, Ratna menyimpulkan Reuni 212 tak melanggar tahapan kampanye terbuka. "Dari hasil pengawasan, kami tidak menemukan unsur kampanye di reuni itu," ujar Ratna seperti diberitakan laman BBC News Indonesia.

Lantas dimanakah sang Petahana? mengutip laman Tempo.co, petahana batal diundang panitia karena dianggap Anti aksi 212 dan dinilai berupaya mengkriminalisasi ulama dan aktivis 212. Terakhir, sebelum mengakhiri artikel ini, reuni 212 merupakan "panggung" bagi gubernur DKI Jakarta Dr. Anies baswedan. 

Di lapangan Monas, kurang dari tujuh menit Anies berpidato sambil memaparkan pencapaian atas janji-janji semasa kampanye Pilgub. Selain itu, beliau menegaskan kepada peserta reuni bahwa Monas ini milik umum. "Tempat ini tempat untuk kita semua. Karena itu tak ada kewajiban punya KTP untuk masuk ke daerah ini. Katanya semalam beredar itu ya [kewajiban memperlihatkan KTP sebelum masuk ke Monas]? Karena sudah pasti yang masuk ke sini warga negara Indonesia. Jadi saudara sekalian, ini tempat milik umum, milik semua. Monas adalah milik seluruh warga Indonesia." Ucapnya. Wallahu'allam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun