Mohon tunggu...
Fadh Ahmad Arifan
Fadh Ahmad Arifan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Pernah bersekolah di MI Attaraqqie. Penggemar mie ayam dan Jemblem

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

SMA Nasional Riwayatmu Kini

9 April 2018   14:46 Diperbarui: 10 April 2018   13:29 743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Hari jumat 6 april 2018, saya mengikuti penandatanganan Pakta Integritas pengawas ujian nasional di SMAN 5 Malang. Ujian nasional berbasis komputer (UNBK) tahun ini ditugaskan ke SMA Nasional. Awalnya saya berharap ditempatkan di SMA Wesley, tapi takdir berkata lain.

Besoknya saya meninjau lokasi SMA Nasional. Pasalnya selama ini saya tahunya lokasi atau letak SMK nasional. Ternyata dekat Universitas Kanjuruhan (Unikama). Pada hari pertama datang ke SMA yang dipimpin Bapak Drs. Rusdi M.Si saya disambut sekuriti yang ramah dan menunjukkan lokasi UNBK. UNBK digelar di aula sekolah. Terdiri dua sesi dan diawasi 2 pengawas utama, 1 pengawas cadangan dan 2 Proktor UNBK. Salah satu proktor di sana ternyata menjabat waka Kurikulum.

Ruang tunggu pengawas di lantai dua. Di ruang yang sudah tertata rapi dan dilengkapi dekorasi anime Naruto shipuuden. Di dinding dipajang piagam penghargaan dari tahun 2017 hingga februari 2018. Penghargaan di kategori "Pendidikan indonesia Terbaik" diperoleh dari Pusat rekor Indonesia. Penghargaan lain dari Lembaga penghargaan Indonesia. 

Bapak Rusdi, Kepala sekolah (kepsek) yang ternyata seorang muballigh itu berkisah kepada para pengawas tentang masa redup sekolah ini. Tahun 2012-2013 cuma punya 14 murid. Ketika beliau ditunjuk menjadi Kepsek, meminta agar dijalankan dengan nilai nilai keislaman. Karena disini guru dan karyawan mayoritas Muslim. Disini ada program sehari menyisihkan 500 rupiah. Sebulan mampu meraup 8 juta rupiah. Semua untuk keperluan sosial (bantu keperluan masjid) dan mengucurkan dana bagi wali murid SMA Nasional yang ingin berwirausaha. 

Kesan yang saya tangkap ketika berinteraksi dengan murid disana adalah mereka sopan dan mencium tangan guru internal dan pengawas dari luar. Nuansa santri ala NU cukup kentara. Ketika saya pamitan menuju ke lantai bawah dan lanjut ke parkiran pun ada salah satu murid bernama Bobby yang berada di dekat parkiran ia langsung menghampiri dan mencium tangan saya. Ingat, ini murid laki-laki yang boleh mencium tangan saya. Sementara perempuan saya hindari. Bobby ini murid asal Lumajang, di kota Malang ia mengaku tinggal dengan mbahnya.

Gebrakan setelah bangkit dari kondisi redup, Bapak rusdi menggelar seleksi kepada calon pendaftar di SMA nasional. Memajang aturan menerima calon murid rangking 1-10. Menurut salah satu guru yang saya tanyai, calon murid berasal dari Wagir, Pakisaji, dan kecamatan Dau. 

Biaya bulanan tahun ajaran 2018-2019 sebesar 500 ribu rupiah dan dikenakan uang gedung. Sebelumnya 100 ribu hingga 200 ribu rupiah. Dikarenakan sebagian besar dari kalangan menengah ke bawah. Ekskul yang tersedia disini diantaranya futsal, pencak silat, karya ilmiah remaja (KIR), dll

Sekolah ini berani mengeluarkan guru yang hobi menggunjing kepsek dan guru lain. Guru yang memaki maki juga bakal dikeluarkan oleh bapak rusdi. Beliau tidak mentoleransi guru yang menggunjing rekan kerjanya dihadapan murid. Guru semacam ini membuat iklim sekolah tidak kondusif dan kompak.  "Kalau kompak, Allah bakal bantu" ujar Kepsek yang sukses menempuh jenjang Strata dua di bidang Sosiologi.

Demi menjaga kewibawaan lembaga, SMA Nasional berani mengeluarkan muridnya jika tak masuk 3 hari berturut-turut. Di lokasi UNBK ada dua siswa yang tidak hadir. Setelah saya cari informasi, ternyata salah satu dari mereka pindah ke sekolah swasta di dekat SMAN 7 kota Malang.

Gebrakan berikutnya yang dijalankan kepseknya. Setelah UN, siswa didampingi guru untuk membuat surat lamaran kerja. Contoh : hari jumat dan biasanya menanti jawaban dari perusahaan pada hari rabu.

Memajukan sekolah swasta butuh inovasi inovasi yang sesuai dengan kebutuhan murid. Contohnya sekolah membolehkan murid mendekorasi interior kelas dengan motif atau gambar anime Naruto. Pihak yayasan dan guru-guru di dalamnya harus mendukung penuh manakala inovasi itu demi kemajuan sekolah. Sebagus apapun inovasi kepala sekolah, takkan ada wujudnya jika dua pihak tadi tidak solid dan mendukung penuh.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun