Mohon tunggu...
Fadh Ahmad Arifan
Fadh Ahmad Arifan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Pernah bersekolah di MI Attaraqqie. Penggemar mie ayam dan Jemblem

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Lebih Baik Mengulang Tes Ketimbang Menyuap

4 November 2017   12:57 Diperbarui: 4 November 2017   13:16 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari kamis 2 November 2017, tak disangka bisa bertemu dengan ust Hamzah utama saat mengurus perpanjangan SIM A & C. Sayangnya beliau harus mengulang lagi. Entahlah ini sudah mengulang ke berapa kali. Lebih baik mengulang tes daripada menyuap polisi atau lewat jalur belakang. Jangankan ust Hamzah... sekelas Valentino rossi bahkan Mark Marquez pun belum tentu lulus ujian untuk mendapatkan SIM C.

Bapak polisi bernama Saman sudah mahir, boleh jadi karena sudah berlatih berkali kali. Sementara pemohon SIM yang jarang latihan terpaksa praktek dengan minim pengalaman. Yang mampu sekali tes dan dinyatakan lulus, itu semata mata karena ikhtiar dan pastinya pertolongan dari Allah swt. Tanpa doa, tak menutup kemungkinan kegagalan bakal menghampiri kita saat menjalani suatu pekerjaan bahkan ujian.

Dalam tes yang saya saksikan sambil menanti panggilan masuk untuk foto SIM, hanya ditemukan 3 peserta yang terlihat mulutnya komat kamit untuk berdoa. Sisanya langsung tes dan bila gagal langsung pulang dengan muka masam. Kegagalan peserta selain minim latihan, juga karena buruknya kondisi sepeda motor yang dipakai untuk tes. Maklum sepeda motor tersebut barang bukti (BB). Jarang perawatan atau service berkala. Ada suzuki Hayate, Honda supra dan Suzuki shogun 125. Sementara untuk calon pemohon SIM A harus sabar dan cekatan saat diuji memakai mobil Daihatsu Grand max. Mereka diuji parkir mundur dan membawa mobil ke tempat semula.

Melihat sistem pengurusan SIM di kota malang, saya rasakan terlalu lama dan tak efisien. Dari jam 6 pagi antri, baru jam 8 dapat nomer antrian. Jam 10.25 wib dipersilahkan masuk ke ruang tunggu. Menunggu lagi 20 menitan sampai salah satu petugas megambil berkas. Bila ada yang terlewat, harus melengkapi berkas yang diminta. Pk 11.40 wib baru dipanggil untuk ambil sidik jari, tanda tangan plus foto. Selanjutnya membayar Rp 155 ribu untuk 2 SIM yang saya perpanjang. Usai membayar ke loket BRI, saya antri sejenak menunggu kartu SIM dicetak oleh 2 polisi perempuan yang murah senyum. Dari pk 06.00 wib hingga dhuhur adalah waktu yang amat melelahkan untuk mengurus perpanjangan SIM. Sungguh tak efisien!. Saya hrap polisi memperbaiki sistem pengurusan SIM.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun