Mohon tunggu...
Fadh Ahmad Arifan
Fadh Ahmad Arifan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Pernah bersekolah di MI Attaraqqie. Penggemar mie ayam dan Jemblem

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Fadh Ahmad - Surat Teguran Kepada Prof Franz Magnis Suseno

3 Juli 2014   05:33 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:43 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Assalamualaikum pembaca…

Saat ini lagi musimnya orang menulis Surat terbuka untuk Capres tertentu. Tasniem fauzia adalah pelopornya di jagat media sosial. Namun baru baru ini ada surat terbuka yang menyita perhatian saya karena ditulis oleh Tokoh Serikat Jesuit, Prof Franz Magnis Suseno PhD. Ini adalah surat teguran yang saya tujukan kepada Guru besar filsafat di STF Driyarkara. Sebelumnya saya membaca isi surat beliau yang dimuat di situs solopos.com pada 2 Juli 2014. Intinya beliau ini “phobia” terhadap Islam garis keras dan ucapan tokoh Muhammadiyah tentang “perang Badar”.

Beliau dalam surat terbukanya menganggap kawan-kawan PKS dan FPI sebagai “islam garis keras” atau “ekstrimis”. Dinyatakan pula di masjid-masjid ada khotibnya yang mengharamkan mencoblos Capres jagoan anda. Realitanya, sewaktu saya menunaikan sholat jum’at di masjid dekat rumah, hanya ada seorang ustadz alumni PP Tebu ireng yang memberi panduan dalam memilih pemimpin pada 9 juli nanti. Ustadz tersebut berpesan kepada jamaah masjid bahwa:

1. Golput tidak disarankan untuk pilpres 2014.

2. Ketika ada 3 orang yang mau berpergian, oleh Rasulullah disuruh memilih pemimpin, apalagi dalam konteks bernegara

3. Pilihlah pemimpin berdasarkan 2 kriteria yaitu, bagaimana kebijakannya kedepan terhadap umat Islam dan pilihlah pemimpin yang bisa memberi rasa aman kepada rakyatnya.

Sebagai Muslim, saya terusik ketika Profesor melabeli saudara seiman saya dengan “Ekstrimis”. Anda sendiri khawatir dengan bangkitnya rezim Orba tapi disatu sisi memakai istilah-istilah khas Orba yang phobia terhadap Islam. Wahai Profesor yang ahli dalam ilmu Filsafat. Bukankah filsafat itu salah satu tujuannya membuat orang yang mempelajarinya meraih kebenaran yang dia cari sehingga menjadi seorang bijak? Saya sedih sekali membaca surat anda tidak mencerminkan seseorang yang lama belajar Filsafat bahkan sampai ke Jerman pula tapi tidak kunjung bijak dalam menilai umat Islam.

Apa bedanya cara pandang anda dengan Penjajah di masa lampau yang memandang Islam dalam tiga perspektif: Islam yang ritual biarkan saja, sedangkan Islam yang bergerak di ranah politik, pendidikan dan Ekonomi wajib dibinasakan!. Wahai Profesor, sebelum menutup surat ini, saya berdoa kepada Allah swt, supaya anda mendapat Hidayah sehingga membuat anda berfikir lebih jernih akan suka duka Umat Islam di Negeri 1000 kubah ini. Wallahu’allam bishowwab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun