Mohon tunggu...
Fadh Ahmad Arifan
Fadh Ahmad Arifan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Pernah bersekolah di MI Attaraqqie. Penggemar mie ayam dan Jemblem

Selanjutnya

Tutup

Politik

Fadh Ahmad - Membayangkan Indonesia di Tangan Jokowi

23 Juli 2014   19:34 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:27 987
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanda-tanda kemenangan pria asal Jawa Tengah ini sudah terendus jauh-jauh hari. Salah satu buktinya adalah berpihaknya media asing di Amerika termasuk pula mesin pencari Google. Dalam tulisan saya yang berjudul, “Mesin politik Prabowo versus Jokowi”, terlihat dengan jelas Jokowi unggul dari sisi relawan dan tim pencitraan. Inilah dua resep keunggulan jokowi meski hanya diusung 4 partai. Dengan relawan yang melimpah, pemberitaan Jokowi amat mendominasi di media sosial Facebook dan twitter. Sebatas yang saya ketahui, hanya kader-kader PKS yang mampu mengimbanginya.

Dari hasil resmi KPU, Jokowi-Kalla unggul lebih dari 6 juta suara dari Prabowo. Ucapan selamat dari pemimpin dunia mulai bermunculan dari PM Singapura, PM Australia hingga Menlu AS John Kerry. Hingga detik ini, Prabowo belum memberi ucapan selamat atas kemenangan Jokowi. Kabar terakhir yang sempat menghebohkan jagat twitter, Prabowo mengundurkan diri dari proses rekapitulasi KPU yang dinilai penuh kecurangan. Saat menyaksikan penjelasan anggota tim Koalisi Merah Putih Mahendradata di NET 12, di hadapan media asing, Mahendradata mengatakan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa berencana mengajukan permohonan perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) ke MK pada hari Jumat 25 Juli 2014. Secara pribadi saya sesalkan keputusan Prabowo yang mundur disaat injury time. Ini akan menjadi catatan sejarah bangsa yang nantinya dibaca anak cucu kita bahwa pernah ada seorang Calon presiden yang balik badan dan akan dikenang selamanya sebagai sosok yang tidak "legowo".

Pasca Jokowi ditetapkan sebagai pemenang oleh KPU, sebagai warga negara yang lama memantau jejak rekam pria asal Jawa tengah ini, terbesit tiga pertanyaan kira-kira seperti apa kepemimpinan Jokowi? Kemudian mau dibawa kemana negeri kita? Bagaimana realisasi janji-janji Jokowi di masa kampanye yang akan membangun tol laut, buy back saham Indosat, membeli Drone hingga membereskan Jakarta.

Mencoba menjawab 3 pertanyaan tersebut, saya punya bayangan begini: Jokowi tetap petugas partai sedangkan yang berperan adalah Jusuf kalla dan Megawati. Boleh jadi selama 5 tahun kepemimpinannya kita akan melihat dia rajin blusukan. Diliput media-media yang selama ini mengorbitkannya ketika Pilkada DKI hingga Pilpres 2014. Namun seberapa efektif aksi blusukannya itu? Jangan-jangan seperti sidaknya Gubernur Jawa tengah yang marah-marah ke petugas di jembatan timbang dan ujung-ujungnya tidak jelas solusinya.

Mau dibawa kemana negeri kita oleh Jokowi yang sejatinya tidak berdaulat menjadi presiden RI. Saya khawatir negeri ini menjadi autopilot. Ada pemimpin tapi tidak ada kepemimpinan sama sekali karena dikendalikan orang-orang yang lebih powerfull dari jokowi. Saya yakin, orang-orang dibelakang Jokowi berperan besar dalam mengendalikan gerak-geriknya sebagai presiden selama 5 tahun kedepan. Sebut saja JK, Rini Soemarno hingga Cukong yang menyumbangnya.

Bukan hanya itu yang saya khawatirkan, seperti yang kita ketahui Jokowi ini didukung aliran Syiah dan LDII. Takutnya, penganut aliran sesat ini meminta timbal balik dari perjuangannya mendukung Jokowi. Contoh terbaru, Di headline koran Surya tgl 22 Juli 2014, pengikut Syiah Tajul Mulk meminta kepada presiden baru supaya bisa pulang ke Sampang, Madura. Jika permintaan mereka dituruti Jokowi, bisa membangkitkan amarah warga Nahdliyin di Sampang, Madura. Saya juga pesimis Jokowi akan melarang aktivitas dan penyebaran aliran syiah di Indonesia sebagaimana yang dilakukan oleh Malaysia.

Selain persoalan Syiah, bisa saja pendirian gereja illegal kian marak di bawah kepemimpinan Presiden baru ini. Saya khawatir dengan merajalelanya gereja illegal dapat memicu permasalahan baru. Umat islam yang dirugikan dengan gereja-gereja liar itu dituding tidak toleran alias diskriminatif ketika berusaha menertibkannya seperti yang terjadi di Bekasi. Saya himbau, umat Islam dimana pun perlu mengkritisi kebijakan Jokowi tentang pendirian gereja ini.

Terakhir mengenai janji-janji pria asal Jawa tengah ini. Perlu diingat sewaktu debat Capres-Cawapres, Jokowi melontarkan gagasan tol laut, membeli kembali (buy back) saham Indosat, membeli Drone hingga menjamin porsi kaum profesional bakal lebih banyak mengisi Kabinetnya. Membangun tol laut jauh lebih rumit dari gagasan membangun jembatan Selat sunda. Sampai sekarang tidak jelas bagaimana kelanjutan dari proyek pembangunan jembatan Selat sunda. Yang unik adalah buy back saham Indosat. Sebagaimana yang kita ketahui BUMN in dijual di era Megawati. Belum tentu Singapura mau melepaskan saham Indosat. Alangkah baiknya dana buy back itu dapat dialokasikan untuk membeli satelit baru kemudian dapat dititipkan ke Telkom atau juga BRI.

Di 10 hari terakhir bulan puasa kali ini, tak lupa saya berdoa kepada Allah swt supaya umat Islam sebagai mayoritas penduduk di negeri ini kehidupannya makin membaik dan tidak mengalami hambatan ketika menjalankan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Wallahu’allam bishowab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun