Mohon tunggu...
Fadgham Azka Novanda
Fadgham Azka Novanda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Teknik Biomedis Universitas Airlangga

Topik konten favorit saya adalah kesehatan, teknologi dan sejarah

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Peran EMG dan MRI dalam Diagnosis Bell's Palsy

13 Juni 2022   15:23 Diperbarui: 13 Juni 2022   15:35 1263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alat medis EMG. Sumber gambar: biopac.com

1. EMG (Elektromiografi)

EMG digunakan untuk mendeteksi dan memastikan adanya kerusakan saraf, serta mengukur aktivitas listrik otot sebagai respons terhadap stimulasi dan sifat serta kecepatan konduksi impuls listrik di sepanjang saraf. Neuron motorik mengirimkan sinyal listrik ke otot yang menyebabkan otot berkontraksi atau bereaksi dengan cara tertentu. Pada tes EMG, sinyal listrik dan respon otot terhadap rangsangan saraf inilah yang kemudian diukur untuk membantu menemukan masalah pada saraf dan otot. Melalui tes tersebut, elektroda digunakan untuk menerjemahkan sinyal listrik ini menjadi grafik, suara, atau nilai numerik yang kemudian dapat diinterpretasikan oleh tim medis. Umumnya, prosedur ini dilakukan oleh psikiatri atau dokter rehabilitasi medis atau dokter spesialis neurologi.

2. MRI (Magnetic resonance imaging) & CT (Computerized Tomography)-Scan

Alat medis MRI. Sumber gambar:ahcc.co.id
Alat medis MRI. Sumber gambar:ahcc.co.id
Alat medis CT-scan. Sumber gambar: rsud-kelet.jatengprov.go.id
Alat medis CT-scan. Sumber gambar: rsud-kelet.jatengprov.go.id

CT-Scan digunakan apabila paresis menjadi progresif dan tidak berkurang, sedangkan MRI mendiagnosa gangguan paralisis lainnya. MRI dalam mendiagnosis Bell's palsy akan menunjukkan pembengkakan dan peningkatan yang merata dari saraf fasialis dan ganglion genikulatum. Selain itu, MRI juga dapat menunjukkan adanya pembengkakan saraf fasialis akibat schwannoma, hemangioma, atau meningioma, serta untuk mencari sumber tekanan lain pada saraf wajah, seperti patah tulang tengkorak. Dokter melakukan diagnosa kondisi wajah dan gerakan otot wajah ketika memejamkan mata, mengangkat alis, memperlihatkan gigi dan mengerutkan dahi. Untuk memastikan diagnosa dilakukan dengan bioimaging seperti MRI, CT Scan, dan X-ray. Magnetic Resonance lmaging (MRI) akan memberitahu jika terdapat tanda fisiknya yang berbeda, tidak ada perbaikan paralisis fasial, kehilangan pendengaran, defisit saraf kranial dan gejala paralisis anggota gerak atau gangguan sensorik. Pemeriksaan MRI ini juga dapat dilakukan untuk memastikan tidak ada kelainan pada otak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun