Mohon tunggu...
Fadel Muhammad
Fadel Muhammad Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Tak ada yang mustahil

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kisah Hidup Aristoteles

7 Mei 2024   10:39 Diperbarui: 7 Mei 2024   10:50 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Aristoteles, seorang filsuf Yunani kuno, memiliki peran yang sangat signifikan dalam bidang filsafat, sains, metafisika, sastra, dan teori politik. Gaya berpikirnya dihargai secara luas dan dipelajari oleh banyak orang hingga saat ini, menjadikannya salah satu tokoh intelektual terpenting dalam dunia klasik. Kontribusinya yang luas membentuk dasar bagi banyak konsep dan teori penting dalam berbagai disiplin ilmu, menjadikannya figur yang terus dipelajari dan dihormati dalam sejarah pemikiran manusia.

Aristoteles lahir di kota Stagira, wilayah Chalcidice, Thracia, Macedonia Tengah pada tahun 384 SM. Ayahnya adalah seorang tabib pribadi bernama Nicomacus, yang merupakan tabib raja Amyntas III. Ayahnya meninggal ketika Aristoteles berusia 15 tahun, dan ia kemudian diasuh oleh pamannya, Proxenus. Pada usia 17 tahun, Aristoteles pergi ke Athena untuk belajar di Akademi Plato dan menjadi murid Plato. Ia kemudian diangkat sebagai guru di Akademi tersebut selama 20 tahun.

Setelah Plato meninggal pada tahun 347 SM, Aristoteles meninggalkan Athena dan belajar selama 12 tahun. Selama periode ini, ia mendirikan Akademi di Assus dan menikah dengan Phytias, yang kemudian meninggal tidak lama setelahnya. Kemudian, ia menikah lagi dengan Herpyllis dan memiliki seorang anak laki-laki yang dinamai Nicomacus, seperti ayahnya. Pada tahun berikutnya, ia mendirikan Akademi di Mytilene. Selama tiga tahun, ia menjadi guru Alexander Agung.

Pada tahun 335 SM, setelah Alexander naik takhta, Aristoteles kembali ke Athena dan mendirikan sekolah di Lyceum. Selama 12 tahun di sini, ia memberikan kuliah, berpikir, melakukan penelitian, eksperimen, dan membuat catatan dengan tekun dan cermat. Meskipun Alexander Agung tidak meminta nasehatnya, ia menyediakan dana untuk riset dan eksperimen Aristoteles. Hal ini mungkin merupakan contoh pertama dalam sejarah di mana seorang ilmuwan menerima dana besar dari pemerintah untuk tujuan penelitian.

Meskipun begitu, hubungan antara Aristoteles dan Alexander Agung dipenuhi dengan berbagai kontroversi. Aristoteles menentang pemerintahan otoriter Alexander, terutama ketika Alexander menghukum mati sepupu Aristoteles dengan tuduhan pengkhianatan. Alexander khawatir bahwa Aristoteles terlalu demokratis dan bahkan mencurigai bahwa Aristoteles berencana membunuhnya. Namun, Aristoteles memiliki hubungan yang erat dan dipercayai oleh orang-orang Athena, sehingga Alexander mengurungkan niatnya.

Alexander meninggal pada tahun 323 SM, dan kelompok anti-Macedonia berkuasa di Athena. Aristoteles kemudian dituduh menghina dewa karena penelitian yang ia lakukan. Karena takut akan pembunuhan oleh pendukung Alexander yang benci, Aristoteles melarikan diri ke Chalcis. Setahun kemudian, pada tahun 322 SM, Aristoteles meninggal dunia pada usia 62 tahun.

Aristoteles menganggap filsafat ilmu sebagai akar dari segala pengetahuan, meliputi ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika. Ia menyebut filsafat sebagai "Theologi" karena itu merupakan hasil dari refleksi manusia atas realitas dan lingkungannya, dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti keluarga, sosial, alam, dan potensi individu.

Di Akademi Plato, Aristoteles menjadi murid terkemuka dan sangat dihormati oleh Plato. Ia belajar berbagai topik seperti matematika, retorika, dan politik. Namun, Aristoteles dikenal karena pemikirannya yang unik dan kontribusinya pada logika dan filsafat. Setelah beberapa tahun, Aristoteles menjadi guru di Akademi, mengembangkan pemikirannya sendiri dan menarik banyak pengikut.

Saat mengajar di Lyceum, Aristoteles menjadi guru pribadi Alexander Agung, raja Makedonia yang kemudian menjadi salah satu pemimpin militer terbesar dalam sejarah. Aristoteles memberikan pelajaran tentang filsafat, etika, dan politik kepada Alexander Agung, yang kemudian menerapkan gagasan-gagasan tersebut dalam kekuasaannya.

Aristoteles meyakini bahwa makna hidup terletak pada pencapaian kebahagiaan dan kebaikan. Bagi Aristoteles, kebahagiaan bukan sekadar tujuan hedonis atau material, tetapi pencapaian kesempurnaan moral dan intelektual. Ia berpendapat bahwa kebahagiaan dapat dicapai melalui pengembangan potensi manusia dan penerapan etika dalam kehidupan sehari-hari.
 Aristoteles merupakan sosok yang sangat menginspirasi dalam mencapai kesuksesan melalui kecerdasan dan dedikasi. Ia adalah pemikir brilian yang memberikan kontribusi besar dalam berbagai bidang. Meskipun beberapa ideanya kontroversial, tak dapat dipungkiri bahwa Aristoteles adalah salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah pemikiran.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun