Mohon tunggu...
fadel hil hakim
fadel hil hakim Mohon Tunggu...

pembelajar tanpa henti, praktisi kajian strategis pemerintah

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Timnas U19 yang Tidak Muncul di Media (Indra Sjafrie)

11 September 2014   20:30 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:59 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

masih tentang semangat dan keyakinan untuk bisa tampil lebih menjadi jatidiri bangsa kita!! sedikit rekaman yang saya bisa cuplik dan saya rekam, “Sedikit kami sampaikan mengapa timnas U19 ini bisa seperti sekarang ini, pertama karena keyakinan kami. Kami yakin sekali Indonesia ini adalah negara yang sangat besar disemua sektor termasuk sepakbola. Kami diuji oleh Tuhan waktu itu 2011 yang dari ujian itu muncul evaluasi dimana tahun 2011 kami hadir di PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) diberi tanggungjawab untuk membentuk tim nasional U16 mengikuti kualifikasi piala AFC (Asian Football Confederation) di Thailand. Saat itu kita disodorkan pemain oleh PSSI berjumlah 65 orang pemain. Kami latih selama 2 bulan, termasuk saat itu juga sudah masuk bulan ramadlannya. Kita berangkat ke Thailand, alhamdulillah kita gagal total disitu. Itulah titik awal kami melakukan evaluasi, saat itu belum ada Guntur Utomo, hanya 3 orang waktu itu, karena PSSI ketika itu berpikir bahwa sepakbola itu hanya bisa diselesaikan oleh segilintir orang. 3 orang ketika itu ada saya, Kujarot (pelatih kiper), dan Nur Saelan (pelatih fisik). Waktu itu di media massa dan jejaring sosial dibilangnya trio jin; Jarot, Indra, dan Nur Saelan. Tapi memang tidak cukup kalau hanya jin yang menyelesaikan sepakbola Indonesia. Setelah itu baru kami evaluasi semua pemain, rupanya titik permasalahannya kenapa kita Indonesia tidak berprestasi selama ini karena tidak adanya kejujuran, kejujuran dalam  memilih pemain,” jelas Indra Sjafrie. “Dari 65 pemain yang disodorkan kepada kami waktu itu, yang bertahan sampai sekarang hanya 1 orang, yaitu Hargianto. Sisanya tereliminasi. Kami maju dengan presentasi ke PSSI, pada presentasi itu kami canangkan timnas U-17 menuju Piala Dunia 2015, dengan target 2012 mengikuti event-event, kita juara 2 kali di Hongkong, itu cikal bakal. Tetapi tidak ada ekspos media, tidak ada sponsor, tidak ada tur nusantara yang disiarkan oleh televisi, dan tidak ada uang yang milyar-milyaran. Kami makan nasi bungkus, kami pernah tidur di masjid, kami pernah tidur di hotel yang tidak berbintang. Dua yang kami minta ke PSSI saat itu, satu; kami tidak mau lagi mengelola timnas secara tradisional, yang kedua; kami tidak mau lagi membuat tukang tendang bola, karena tukang tending bola sudah sangat banyak di Indonesia. Kami mau membuat pemain-pemain profesional yang suatu saat dia jadi idola, idola bisa jadi panutan orang banyak, itu persyaratan yang saya ajukan ke PSSI waktu itu, kalau PSSI mau itu target yang kami canangkan, satu; juara AFF (Asean Football Federation), yang kedua; lolos Piala Asia, yang ketiga; lolos Piala Dunia. Dengan kerja benar, ikhlas, jujur, 2 target tercapai. Setelah 23 tahun Indonesia tidak pernah mengecap satu gelarpun, dan alhamdulillah mendapatkan gelar juara AFF. Dalam hitungan bulan, lolos Piala Asia, dan mereka kalahkan tim yang 12 kali juara Asia, yaitu Korea Selatan. Makanya sorotan lampu ini mengingatkan saya pada suasana saya meluluh lantahkan tim nasional Korea Selatan.” “Satu lagi yang belum tercapai, yang akan kita wujudkan Myanmar nanti, yaitu lolos Piala Dunia. Tidak mudah memang. Tetapi kami official beserta pemain, tidak pernah sedikitpun tidak yakin itu bisa tercapai, dengan keyakinan itu kami bekerja setiap hari, berlatih setiap hari untuk mewujudkan itu. Pertama harus yakin, kedua kami bekerja cerdas. Kami tidak lagi sendiri, kami didampingi oleh orang-orang yang memang ahli dibidangnya, kita punya mental coach Guntur Utomo dari UGM (Universitas Gadjah Mada), kita punya dokter tim, kita punya psikoterapi, kita punya pelatih penjaga gawang, kita punya pelatih teknik, kita punya tim analis yang membantu kami, ada sekitar 15 tim yang saling membahu, yang saling satu niat tadi, yang bekerja setiap hari memikirkan bagaimana kita bisa lolos ke Piala Dunia. Insya Allah program sudah berjalan sekitar 6 bulan, kerja cerdas tadi kami terjemahkan dalam bentuk periodesasi persiapan timnas U-19 menghadapi Piala Asia dibagi 3 tahapan, sekarang masuk tahap kedua, tahap pertama yang lalu, selama 2 bulan kami di Batu, Malang, hanya untuk meningkatkan kondisi fisik,“ sambung Indra Sjafrie. “Ada Syahrul, anak Ngawi, yang orangtuanya memetik daun teh di Gunung Lawu. Jadi ada program setiap hari rabu namanya Cross Country, yaitu lari jarak jauh di semua gunung yang ada di kota Batu, seperti gunung Panderman. Saya kadang kasihan melihat mereka, dan saya pernah tanya kepada Syahrul, ‘apa kamu tidak capek Rul?’, ‘Jangankan Gunung Panderman, Coach, gunung mau meletuspun saya akan panjat kalau kita mau lolos piala dunia’, Itu dia sampaikan ke saya. Coach, saya setiap hari mulai dari kelas 6 SD itu sudah turun naik gunung dibelakang itu ada daun teh, kecil lah ini coach. Jadi, mungkin hampir seluruhnya, dari pelatih hingga pemainnya, timnas U-19 itu adalah orang desa. Yang dulu pernah mandi di sungai,” cerita Indra Sjafrie dengan bangga. “Kemarin Agum Gumelar mengkritisi, mungkin karena beliau tidak mengikuti 100% U-19, kata beliau harusnya timnas U-19 kalau mau juara itu diturunkan di kompetisi. Pertanyaan saya, ada tidak kompetisi yang seumur anak-anak U-19 ini. atau dia masuk ke kompetisi liga. tidak realistis. Sekarang coba lihat mereka belajar dari kompetisi yang kami desain sendiri, ada namanya tur nusantara, ada namanya tur timur tengah, ada namanya tur eropa, kalau ada tur akhirat kami bikin. Apa itu menurut pak Agum itu tidak lebih hebat dari liga Indonesia. Wasitnya masih wasit yang tidak terkontaminasi, dalam artikata, dia tidak harus mementingkan siapa yang menang, dia memimpin dengan sportif, jujur, dan manfaatnya jauh lebih besar dari kompetisi manapun.” “Kami menganggap sepakbola tidak hanya bicara kalah dan menang. Sepakbola bisa mengangkat harkat martabat bangsa. Keluarga bagi kami, individu untuk para pemain dan official semua, mempersatukan bangsa. Bayangkan kami ke Aceh, sebelum sampai di Aceh saya sempat ngobrol dengan pelatih fisik. Kita ditonton orang Aceh atau tidak nanti kira-kira. Karena melihat sejarah dari dulu tidak pernah mereka  merespon baik tentang sepakbola Indonesia. Kami berpikir dan berdiskusi dengan official lain kita mau bikin statement begitu turun dari pesawat biasanya kan banyak media pasti akan bertanya. Apa yang kami lakukan ketika itu, kami bilang ke media, tolong besok bikin berita sebesar-besarnya di koran-koran anda, kekuatan timnas U-19 30% diisi oleh anak terbaik Aceh, dan kapten kesebelasan adalah Sandi, orang Aceh. Itu semua dimuat, dan apa yang terjadi 50.000 orang masuk ke stadion Harapan Bangsa. Dan ada yang masuk hanya untuk memeluk Evan Dimas. Bisa mempersatukan bangsa. Datang juga bekas komanda GAM (Gerakan Aceh Merdeka), coach saya baru sekali ini merasakan memiliki Indonesia katanya. Dan seluruh di stadion itu tidak ada keributan, belum lagi 25.000 berada diluar stadion menunggu kita pulang. Dari stadion butuh waktu 2 jam untuk kami sampai ke hotel, hanya melayani dari balik kaca saja untuk melambaikan tangan, dan mereka hanya sekedar mengelus bis. Bisa mempersatukan bangsa, bisa mengangkat harkat martabat bangsa.” “Dulu kalau sudah mulai berhadapan dengan Malaysia, kita punya anggapan Malaysia sebagai musuh bebuyutan, dan lain sebagainya. Kami sama official bilang, saya pikir kita yang tidak mau hebat. Kita selalu lebih senang menghebat-hebatkan orang lain, menghebat-hebatkan bangsa lain daripada bangsa sendiri. Lawan Malaysia saja dibilang musuh bebuyutan. Tetapi apa yang saya bilang ketika kita melawan Malaysia dan tertinggal 1-0. Di ruang ganti kami bicara ke pemain, kalian sekarang tertinggal 1-0, 25.000 menonton, kalian ingin malu atau kalian ingin kepala kalian tegak dilapangan nanti, dengan negara lain kalian mungkin bisa kalah, tapi jangan dengan Malaysia. Para pemain jadi kaget dan mulai terbakar, sampai ada yang berkata, Malaysia itu cocoknya jadi provinsi ke 34 Indonesia. Hampir 45 menit kita hajar habis Malaysia dan draw, akhirnya kita yang masuk final. Keyakinan, itu yang benar-benar mereka miliki sekarang,” tukas Indra Sjafrie disambut tawa dan tepuk tangan yang meriah dari jamaah. “Saat lawan Korea Selatan, ini banyak yang tidak terungkap di media, wartawan kita selalu tanya, coach Indra apa langkah-langkah atau strategi yang coach akan gunakan supaya nanti lawan Korea bisa memperkecil kekalahan, begitu katanya. Saya bilang ke teman-teman, ini orang Indonesia atau orang Malaysia. Besok mau pertandingan, malamnya ada pertanyaan itu, saya bilang ke dia, sekarang kalian berangkat ke hotelnya Korea, bilang ke Korea itu, siap-siap mereka kalah tanggal 12 nanti, saya sempat was-was ketika itu, takabur atau optimis. Malamnya saya tidak bisa tidur juga ketika itu, kalau kita kalah, Indra Sjafrie pasti orang sombong, karena setelah statement itu paginya dikoran-koran tertulis; pelatih timnas U-19 arogan, sombong, dan macam-macam. Malam saya tidak bisa tidur, tapi saya mendengar dari ustad-ustad yang belajar agama sedikit-sedikit, kata Tuhan kan begini, kalau kamu bertemu lawan jangan mundur, hadapi. Tapi syarat sebut namaKu banyak-banyak. Sampai pagi itu saya hanya meminta ke Tuhan, saya sudah membayangkan, lampu, penonton puluhan ribu, tolong ya Tuhan, saya dzikir sampai tertidur. Dan pagi kita latihan, malam harinya pertandingan, saya pikir itulah titik awal kebangkitan persepakbolaan kita. Saya tidak banyak berteriak pada pertandingan itu, diluar saya hanya menyebut nama Allah. Main seolah-olah ada yang mengatur, saya hanya mengatakan kepada Evan Dimas dan kawan-kawan, yang kamu lawan adalah Korea, dia tinggi, jangan main bola atas, setiap bola dari winger, saya tidak mau tahu kamu harus berada dititik pinalti, cuma itu yang saya kasih tahu, dan Tuhan aminkan itu. Tiga gol, dan tiga-tiganya terjadi begitu, kalau Tuhan berkehendak. Setelah itu menang kita, wartawan yang tidak optimis tadi dan orang Indonesia termasuk yang ada disini tidak optimis tadi mulai optimis. Sekarang kalau saya bilang kalau kita diijinkan Tuhan lolos Piala Dunia, mungkin separuh masih ragu, makanya Indonesia itu tidak akan pernah juara dunia, karena orang Indonesia tidak yakin dengan kehebatannya, tapi kalau malam ini semua yakin kita lolos Piala Dunia, Kun..!!!, Jadi…!!!” jamaah secara spontan mengamini harapan Indra Sjafrie. “Kenapa kita tidak pernah hebat, dulu kita pernah berkiblat ke Eropa, pelatih dari Jerman masuk. Besok kiblat ke Amerika Latin, pelatih dari sanapun masuk. Karena Jepang mulai maju, kita berkiblat ke Jepang, datang pelatih darisana. Australia, Timor Leste dan seterusnya. Kerja kita hanya berkiblat ke orang lain. Akhirnya yang muncul adalah kriteria-kriteria yang tidak muncul di Indonesia, pemain tinggi, hidung harus mancung, kulit harus putih, ya mana ada itu di Indonesia. Itu kami hilangkan, kalau mau hebat, ya dari hebat orang Indonesia. Kita tidak berkiblat kepada negara lain sepakbola kita. Pada saat mengalahkan Korea Selatan, enak saja mereka menyamakan kita dengan Barcelona. Kita bukan Barcelona, Indonesia lebih hebat dari Barcelona. Saat itu terucaplah Indonesia bukan tiki taka, tapi pepepa (pendek pendek panjang),“ ujar Indra Sjafrie.

begitulah kira2 tentang timnas kita gambaran, impian, kekuatan yang melebur jadi satu untuk kembali merengkuh kejayaaan kita di masa lalu!! semoga saja, minimal kita panjatkan doa untuk timnas u19 kita!! semoga jaya!! satria garuda!! sumbernya memang banyak dapat kita rasakan dan kita harus gaungkan dari dalam diri kita bahwa kita bisa merajai dunia

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun