Mohon tunggu...
Fadli Eko Setiyawan
Fadli Eko Setiyawan Mohon Tunggu... -

Inilah saya,,,(Anonim)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan klaim Sudi Silalahi pada sejarah 1998

24 September 2011   13:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:39 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Boleh saja Sjafrie Sjamsoeddin menyebut Brigjend Sudi Silalahi, waktu itu Mei 1998, menyebut sebagai dinamisator yang dianggap berhasil membujuk para mahasiswa yang saat berjumlah ribuan sampai puluhan ribu pada pendudukan DPR/MPR oleh mahasiswa sebagai simbol jatuhnya Orde Baru yang dipimpin (alm) H. Soeharto. Pada buku yang ditulis A.A. Ritonga "Jenderal Batak dari Tanah Jawa" menyebutkan sebagai Kepala Staff Kodam Jaya, Sudi berhasil membersihkan mahasiswa yang saat itu hampir seminggu tanpa ada tindakan apa selanjutnya setelah Pak Harto lengser.

Di buku tersebut Sudi sang dinamisator membawa keluar mahasiswa. Pada kenyataannya, waktu itu mahasiswa sengaja di sisir oleh pasukan TNI dari pintu belakang dekat lapangan tembak, bukan oleh kerja Sudi Silalahi untuk membujuk ribuan mahasiswa. Pasukan TNI dengan bersenjata laras panjang menakuti mahasiswa yang sedang berjaga di pintu belakang tersebut yang habis bergantian berjaga pada waktu hampir tengah malam. Saya salah satu saksi mata pada waktu mahasiswa digiring keluar dari Gedung DPR/MPR ke Universitas Katholik Atma Jaya, Semanggi, Jakarta.

Malah, sebelum disisir oleh pasukan TNI terdengar isu TNI AD sedang dalam perjalanan dari Lapangan Monas menuju DPR/MPR dengan persenjataan lengkap. Namun, pada 2009 saya mendengar langsung dari saksi mata yang saat itu sedang rapat di Cendana, kediaman Pak Harto, agar jangan menggunakan senjata, apalagi sampai jatuh korban akibat tembakan.

Para jenderal yang rapat di sana pun berdebat, sampai akhirnya Kopassus berjaga-jaga di seputar Taman Ria dan Manggala. Ini semata-mata agar penanganan tidak oleh pasukan yang bersenjata lengkap dan menimbulkan jatuhnya korban lagi dari pihak mahasiswa. Bahkan, Pak Harto waktu itu menyetujui agar tidak jatuh korban.

Dan, saking mahasiswa tidak mau meninggalkan Gedung DPR/MPR, banyak tekanan mental dengan menggunakan senjata laras panjang untuk ditakut-takuti dan ditendang. Riil, waktu itu saya hampir menjadi salah satu korban kekerasan tersebut.

Jadi saat ini jangan seolah-olah sok menjadi pahlawan yang mengklaim keberhasilan sang dinamisator Sudi Silalahi menjadi opini baru berhasil membersihkan DPR/MPR dari pendudukan mahasiswa. Boleh saja A.A. Ritonga menulis hal tersebut, tapi perlu diingatkan sejarah tersebut kebenarannya tidak seperti yang Anda katakan yang dirilis Antaranews.com (http://m.antaranews.com/berita/276842/gedung-mpr-bersih-dari-mahasiswa-berkat-sudi-silalahi?utm_medium=facebook&utm_source=twitterfeed) hari ini.

##

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun