Fachry Hamdani (21107020080)
Sosiologi B (UTS)
Di kontrakan tempat Syafa'atul Huda (Huda) tinggal, yang terletak di Jl. Siliwangi Jl. Ring Road Utara, Jombor Lor, Sendangadi, Kec. Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Ada beberapa pemuda desa yang meresahkan warga penghuni kontrakan dan warga sekitar. Di kontrakan tersebut di tinggali Huda dan dua penghuni yang berasal dari luar Pulau Jawa, yang tinggal di Yogyakarta. Mereka sering nongkrong di perempatan yang sering dilewati oleh pendatang. Mereka bermain gitar, bernyanyi, mengobrol dengan keras, hingga mabuk-mabukan sampai tertidur di perempatan tersebut. Tentu Hal ini meresahkan untuk pendatang dan juga masyarakat sekitar, belum lagi mereka melakukan hal tersebut sepanjang malam hari sampai menjelang subuh. Bahkan sempat ada kejadian tetangga kontrakan Huda dipukuli hingga babak belur, hal ini disebabkan oleh para oknum dalam pengaruh minuman beralkohol.
"Takut sih ngga ya, tapi lebih ke ngeri aja gitu. Kan kita gatau ya, siapa tau mereka tiba-tiba mukul terus kita dalam keadaan sendirian gaada yang tau kita kenapa-kenapa. Jadi ya ngeri aja si, selagi dia manusia juga gaada yang perlu ditakutin". Ujar Huda saat diwawancarai di kontrakannya.
Huda menjelaskan, kengeriannya tersebut disebabkan oleh para pemuda desa yang sering melakukan tindakan kekerasan terhadap pendatang baru.
Huda menjelaskan, bahwa warga desa akhirnya turun tangan dan memberi tindakan tegas kepada para pemuda yang sering nongkrong tersebut dan mereka dilarang untuk mengganggu warga pendatang. Tindakan tegas tersebut akhirnya berdampak pada kesejahteraan warga pendatang dan juga warga sekitar.
Jika diamati, apa yang dialami oleh warga lokal Yogyakarta mengarah pada suatu gejala yaitu Cultural Trauma seperti yang dikemukakan oleh Jeffrey C. Alexander.
Cultural Trauma adalah gejala yang terjadi ketika masyarakat terlukai oleh peristiwa yang mengerikan sehingga kesadaran kolektif mereka setuju untuk menandai ingatan tersebut sepanjang hidup, dan mengubah identitas masa depan masyarakat secara fundamental dan tidak dapat diubah. Teori yang lebih relevan terhadap kejadian ini adalah pendapat Herbert Blumer tentang Interaksionisme Simbolik dalam konteks Perspektif Sosiologi Modern.
Herbert Blumer adalah sosiolog sekaligus psikolog yang mewarisi ide dari George H. Mead, gurunya. Pemikiran Mead sangat terlihat dominan di teori yang dikemukakan Blumer. Hal ini dapat diketahui di masyarakat terdapat simbol, interpretasi terhadap suatu hal yang dimaknai agar dapat dipahami.
Dari pemikiran Blumer tersebut, dapat dikatakan bahwa masyarakat lokal Yogyakarta memaknai keberadaan kelompok tersebut sebagai hal yang negatif. Mereka berbicara keras, mabuk-mabukan, bergerombol dan nongkrong seenaknya, tidak peduli dengan sekitar, dan lain sebagainya.
Mengamati apa yang dialami warga Yogyakarta adalah sebuah budaya Hal ini menyebabkan satu gejala: trauma. Trauma budaya adalah gejala yang terjadi ketika orang dirusak oleh peristiwa mengerikan, sehingga kesadaran kolektif mereka setuju untuk membentuk ingatan seumur hidup, membuat identitas masa depan masyarakat menjadi fundamental dan tidak dapat diubah. konteks perspektif sosiologi kontemporer.