Mohon tunggu...
Fachruly Trigustiwan
Fachruly Trigustiwan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Hallo semua Perkenalkan Nama saya Fachruly Trigustiwan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Perjuangan Seorang Buruh Pabrik Batu Bata demi Menghidupi Keluarganya

9 Januari 2024   19:22 Diperbarui: 17 Januari 2024   06:37 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi (yang bersangkutan meminta untuk disamarkan)

Di sebuah desa kecil yang terletak di kabupaten Bandung, hiduplah seorang buruh pabrik batu bata bernama Ahmad (nama samaran). Ahmad tinggal bersama istri dan satu anaknya, di sebuah rumah kecil yang sederhana. Meskipun hidup dalam keterbatasan, semangat perjuangan Ahmad untuk menghidupi keluarganya tak pernah padam.

Pagi-pagi , sebelum matahari menyinari langit, Ahmad sudah bangun dari tempat tidurnya yang pas-pasan. Dengan pakaian kerja yang sudah lusuh, dia bersiap-siap untuk pergi ke pabrik batu bata tempatnya bekerja. Di meja makan yang sederhana,

Keluarga kecil itu duduk bersama sambil menikmati sarapan sederhana yang terdiri dari nasi dan lauk pauk yang sederhana. Ahmad bercerita kepada anaknya tentang betapa pentingnya bekerja keras untuk mencapai impian dan memberikan kehidupan yang lebih baik bagi mereka.

Setelah sarapan, Ahmad meninggalkan rumahnya dan berjalan kaki ke pabrik batu bata. Pabrik itu terletak agak jauh dari rumahnya, tetapi Ahmad tak pernah mengeluh. Setiap langkah yang diambilnya adalah langkah perjuangan untuk keluarganya.

Sehari-hari, Ahmad bekerja keras di pabrik. Meskipun pekerjaannya terkadang melelahkan dan berdebu, dia tetap bekerja dengan penuh semangat. Setiap batu bata yang dihasilkan oleh tangannya adalah bukti kerja kerasnya yang tak terelakkan. Ahmad tahu bahwa pekerjaannya tidaklah glamor, tetapi dia selalu ingat bahwa setiap batu bata yang diproduksi membantu membangun impian dan masa depan keluarganya.

Ahmad menerima gaji harian sekitar 50 rb sampai 100rb per hari tergantung produksi  batu bata tersebut. Meskipun jumlahnya tidak besar, Ahmad selalu berusaha mengelola keuangan keluarganya dengan baik. Sebagian besar gajinya digunakan untuk kebutuhan pokok, seperti makanan, kebutuhan anak, dan kebutuhan rumah tangga.

Setelah seharian bekerja, Ahmad kembali pulang ke rumah. Wajahnya yang lelah tak pernah menyurutkan semangatnya untuk menyapa keluarganya dengan senyuman hangat. Ahmad selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi anaknya, meskipun dalam keterbatasan. Ahmad selalu mencari cara untuk menabung agar bisa memberikan pendidikan yang layak bagi anaknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun