Mohon tunggu...
Fachrul Khairuddin
Fachrul Khairuddin Mohon Tunggu... Akuntan - Akuntan

Terus Menulis!!!

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Terpesona Kemewahan Wisata Kota Batu

12 Mei 2015   10:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:08 985
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Turen dari depan. Keren, bukan? (foto: Muhardi Achmad)

Kamis, 30 April 2015, hujan sore menyambut saya di Bandara Juanda Surabaya. Suasana cukup ramai. Maklum, liburan panjang akhir pekan. Banyak orang berlibur ke luar kota, termasuk saya dan teman-teman dari Makassar. Kami berencana berwisata ke kota Batu, Malang, Jawa Timur. Bus yang telah disiapkan pihak travel menyambut kami di halaman depan bandara. Bus itu mengantar kami terlebih dahulu menikmati sajian seafood di restoran Koki Kita Surabaya. Baru setelahnya, bus itu melaju menuju kota Batu, kampung halaman penyanyi Krisdayanti dan Yuni Shara. Jarak tempuhnya kurang-lebih tiga jam. Tiba di kota Batu, kami menginap di Toetie Boutique, villa milik seorang Belanda yang terletak di daerah pegunungan. Dalam kompleks villa itu terdapat jajaran rumah dimana setiap rumah bisa dihuni 20-an orang. Cukup elegan. JUMAT, 1 Mei 2015, pagi sangat cerah. Pemandangan gunung Arjuna tampak megah dari halaman villa. Ya, Batu merupakan kota yang dikelilingi pegunungan. Makanya, suhunya cukup dingin. Air Conditioner (AC) pun 'tak dibutuhkan di ruangan villa. Selain gunung Arjuna, gunung terkenal lainnya adalah gunung Batu. Masjid Turen yang Keren Pada hari pertama ini, kami akan mengunjungi Masjid Turen, masjid yang desainnya -katanya- tidak masuk akal. Informasi yang beredar di masyarakat: Masjid Turen tiba-tiba ada. Yang paling ekstrem, Masjid itu diduga dibangun oleh sekawanan jin. Masjid itu memiliki desain unik bergaya Persia, keren, dan tinggi bertingkat-tingkat, tapi masyarakat -katanya- ‘tak sekali pun pernah melihat mobil material atau mobil beton masuk ke dalam kompleks masjid yang berada di dalam sebuah lorong berukuran kecil. Saking kecilnya, hanya satu mobil kecil yang bisa melewati lorong itu. [caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Masjid Turen dari depan. Keren, bukan? (foto: Muhardi Achmad)."][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="Lorong kecil menuju Masjid Turen (foto: Aristan)."]

Lorong kecil menuju Masjid Turen (foto: Aristan).
Lorong kecil menuju Masjid Turen (foto: Aristan).
[/caption] Namun, informasi itu dibantah oleh pengurus Masjid Turen. “Itu hanya isu,” kata pengurus itu. Yang benar, Masjid Turen dibangun dari hasil swadaya Kyai Ahmad rahimahullah dan santri-santrinya. Adapun desainnya yang bergaya Persia diperoleh dari hasil sholat istikharah Sang Kyai, tanpa bantuan gambar dan tanpa sentuhan seorang arsitek. Bangunan Masjid Turen yang di dalamnya juga terdapat Pondok pesantren telah dibangun sejak tahun 1980-an dan kemudian mengalami perkembangan pembangunan secara bertahap. Pusat Oleh-oleh Brawijaya Sore selepas dari Masjid Turen, kami diajak berbelanja di pusat oleh-oleh Brawijaya. Oleh-oleh andalan khas Batu adalah kripik buah-buahan: apel, nangka, buah naga, dan lainnya. Selain itu, ada juga ragam kerajinan khas Jawa: suling, angklung, kendi, dan lainnya. Teman-teman perempuan cukup beruntung berkunjung ke Brawijaya ini, pasalnya ada aktor Thomas Djorgi. Kesempatan berfoto bersama pun 'tak mereka lewatkan. Tapi kalau dilihat-lihat, gagahnya Thomas Djorgi memang sudah penyakit. Batu Night Spectacular Malam selepas Maghrib, kami masih bersemangat untuk berjalan-jalan. Tujuan kami kali ini adalah Batu Night Spectacular (BNS). BNS adalah tempat wisata yang menyiapkan ragam wahana bermain, dari yang biasa sampai yang ekstrem, dari yang untuk anak-anak sampai dewasa. Boleh dikata, wahananya cukup lengkap. Yang suka bermain-main, dijamin puas setelah mengunjungi BNS. Jajaran toko yang menjajakan souvenir khas Malang tersaji di jalan keluar BNS. Sepertinya pengelola paham betul cara memaksimalkan bisnis. Kebun Buah-buahan SABTU, 2 Mei 2015, cuaca kembali cerah. Perjalanan hari ke-2 kami berlanjut. Hari ini, kami akan mengunjungi kebun buah-buahan. Dalam perjalanan menuju kebun, kami melihat pemandangan kota batu dari balik kaca bis. Di kota dimana Dr. Azhari (terduga teroris) ditembak itu sepertinya sedang mengalami pembangunan pesat. Salah satunya -yang kami lihat sedang dibangun- sebuah hotel yang menurut informasi milik Krisdayanti. [caption id="attachment_365515" align="aligncenter" width="500" caption="Suasana di sekitar kebun apel (foto: Arsul Ardiansyah)."]
14314008342029261761
14314008342029261761
[/caption] 'Tak lama, kami pun tiba di kebun buah-buahan. Cukup luas. Di dalamnya ada kebun jambu, strawberry, buah naga, dan apel. Setiap pengunjung diberi kesempatan memetik dua buah-buahan di setiap kebun dan memakannya secara gratis. Bagi yang mau membeli, penjual siap melayani. Dijamin murah dan segar, bisa bertahan sampai satu minggu ke depan. Harga buah apel Rp 25.000 per dua kilo dan untuk buah jambu Rp 10.000 per dua kilo. Cukup murah, bukan? Terpesona Museum Satwa Selepas dari kebun apel, kami berangkat menuju Jatim Park 2. Awalnya saya mengira Jatim Park 2 itu tempat bermain air, tapi perkiraan saya lain. Di dalam Jatim Park ada empat tempat utama: Museum Satwa, Batu Secret Zoo, Pohoninn Hotel, dan Eco Green Park. Saya terpesona melihat gedung Museum Satwa yang berada di dalam kompleks Jatim Park 2. Sangat besar dan mencolok. Didesain dengan gaya eropa klasik dengan ornamen patung gajah di kanan-kirinya. [caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Museum Satwa tampak depan (foto: Ivan Subagyo)."]
Museum Satwa tampak depan (foto: Ivan Subagyo).
Museum Satwa tampak depan (foto: Ivan Subagyo).
[/caption] Saya pun bertanya-tanya dalam hati: apa yang ada di dalam museum itu sehingga gedungnya sedemikian rupa mewah dan mahalnya. Seberapa mahal? Cat tembok gedungnya saja yang anti lumut saya perkirakan menelan biaya ratusan juta rupiah. Mewah, bukan? Masuk ke dalam gedung, kalimat selamat datang seolah terlontar dari replika satwa purba jenis dinosaurus: Apatosaurus, Tyrannosaurus-Rex, dan Stegosaurus. [caption id="" align="aligncenter" width="281" caption="Selamat datang! (foto: Ivan Subagyo)."]
Selamat datang! (foto: Ivan Subagyo).
Selamat datang! (foto: Ivan Subagyo).
[/caption] Menurut informasi, replika itu dibuat oleh seniman lokal dari bahan khusus. Sangat eksotik, setidaknya menambah gairah dan rasa penasaran saya untuk mengikuti rute museum selanjutnya sampai selesai. Dalam perjalanan melewati rute demi rute yang cukup panjang, saya melihat ragam satwa asli yang diawetkan beserta informasinya dari balik kaca. Satwa-satwa itu -katanya- didatangkan dari seluruh benua di dunia: Asia, Amerika, dan bahkan Afrika. [caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Bagaimana cara mengawetkan Singa dan Zebra ini? (foto: Muhardi Achmad)."]
Bagaimana cara mengawetkan Singa dan Zebra ini? (foto: Muhardi Achmad).
Bagaimana cara mengawetkan Singa dan Zebra ini? (foto: Muhardi Achmad).
[/caption] Rasa-rasanya, hampir semua jenis satwa tersaji di Museum: jenis burung, reptil, mamalia, dan sebagainya. Saya pun membatin: berapa banyak uang yang harus dikeluarkan untuk mengadakan satwa itu semua? Batu Secret Zoo, Labirin Kaya Satwa Selepas melalui rute Museum Satwa yang panjang, saya lalu memasuki Batu Secret Zoo: sebuah kebun satwa. Setelah mata ini dimanjakan oleh ragam satwa yang diawetkan beserta informasinya, kini saatnya menikmatinya secara langsung, hidup-hidup. [caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="Ini itip apa bebet, yah? Ah bukan, ini hamza (foto: Muhardi Achmad). "]
Ini itip apa bebet, yah? Ah bukan, ini hamza (foto: Muhardi Achmad).
Ini itip apa bebet, yah? Ah bukan, ini hamza (foto: Muhardi Achmad).
[/caption] Rute Batu Secret Zoo seperti Labirin. Jalananya bertingkat-tingkat, memutar, lalu memanjang dan memutar lagi hingga bertemu di titik yang sama. Tingkatan paling atas adalah jalan masuk dan tingkatan paling bawah adalah jalan keluar. Desain yang sangat unik dan menarik, bukan? Dalam perjalanan melalui rute panjang seperti Labirin itu, mata ini disuguhkan ragam jenis satwa di kanan-kiri: tikus raksasa, monyet dan segala jenisnya, burung-burung, reptil, rusa, jerapah, gajah, singa, macan, panther, kucing hutan, jaguar, ceetah, dan lainnya. Pokoknya ramai. Dijamin puas lihat satwa. [caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Kambing, domba, apa anak onta, yah? (foto: Arsul Ardiansyah)."]
Kambing, domba, apa anak onta, yah? (foto: Arsul Ardiansyah).
Kambing, domba, apa anak onta, yah? (foto: Arsul Ardiansyah).
[/caption] Kembali hati ini membatin: berapa banyak uang yang telah dikeluarkan untuk mendatangkan satwa itu semua? Belum lagi uang yang dikeluarkan untuk membuat kebun dan kandangnya. Luar biasa! Tidak hanya kebun satwa yang ada di dalam Batu Secret Zoo. Pada titik tertentu, terdapat wahana tempat bermain, dari yang ekstrem sampai yang khusus untuk anak-anak: Tornado, Gurita, Rumah Hantu, Bola Air, mobil-mobilan, waterpark, keliling naik onta, dan lainnya. [caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Gurita yang bikin pusing (foto: Azis Yudianto)."]
Gurita yang bikin pusing (foto: Azis Yudianto).
Gurita yang bikin pusing (foto: Azis Yudianto).
[/caption] Bagi pengunjung yang lapar, tempat makan tersaji ramai di sepanjang rute, ringan maupun berat. Bagi yang capek berjalan kaki, tukang pijat refleksi pun ada dan siap melayani. Semua diatur lengkap guna melayani pengunjung dan memaksimalkan potensi bisnis tentunya. Kepincut Museum Angkut Saat diajak mengunjungi Museum Angkut di Batu, Malang, dalam pikiran saya langsung terbayang Museum Lagaligo di Makassar: membosankan! Awalnya, saat memasuki museum, pikiran saya itu sepertinya benar, namun lama kelamaan -setelah saya melalui rute museum yang sangat panjang- pikiran saya berubah. Saya justru kepincut sama Museum Angkut. Memasuki pintu depan museum, pengunjung disajikan kendaraan tua bersejarah dari segala jenis, merek, dan tahun produksi: mobil Volkswagen, motor Harley Davidson, pesawat perang Nazi, becak tempo dulu, dan lainnya. Bahkan motor Honda tahun 60-an pun ada. [caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Penulis di antara mobil dan motor antik (foto: Aristan)."]
Penulis di antara mobil dan motor antik (foto: Aristan).
Penulis di antara mobil dan motor antik (foto: Aristan).
[/caption] Yang menarik, mobil listrik Tucuxi yang penyok akibat kecelakaan saat dikendarai Dahlan Iskan juga tersaji otentik di Museum. Tidak hanya itu, museum juga menyajikan replika keadaan jaman dulu dari kota-kota besar dunia: Paris, London, New York, dan lainnya. Halaman depan Istana Buckingham milik Kerajaan Inggris pun ada replikanya. Luar biasa kreatif! [caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Jajaran mobil antik (foto: Ivan Subagyo)."]
Jajaran mobil antik (foto: Ivan Subagyo).
Jajaran mobil antik (foto: Ivan Subagyo).
[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Gaya Hollywood (foto: Ivan Subagyo)."]
Gaya Hollywood (foto: Ivan Subagyo).
Gaya Hollywood (foto: Ivan Subagyo).
[/caption] Sekeluar dari Museum, Pasar Apung siap melayani pengunjung yang kelaparan. Toko-toko yang menjual souvenir khas Malang dan barang-barang kesenian murah, seperti kendi, gelang, topeng, asbak, dan lainnya, juga siap memanjakan para pengunjung. Dijamin puas! Rumah Terbalik Di samping kanan Batu Secret Zoo, masih dalam kompleks Jatim Park 2, terdapat Eco Green Park. Sebuah taman yang di dalamnya terdapat beberapa tempat menarik. Salah satunya adalah rumah terbalik. Namanya juga terbalik, memasukinya pengunjung akan merasakan sensasi keadaan dalam rumah yang serba terbalik. Lumayan uniklah buat foto-foto. [caption id="attachment_365523" align="aligncenter" width="500" caption="sensasi rumah terbalik (foto: Hariyani)."]
14314015451984649717
14314015451984649717
[/caption] Sosok di Balik Kemewahan Wisata Kota Batu Batu Night Spectacular, Museum Satwa, Batu Secret Zoo, Eco Green Park, dan Museum Angkut, semua itu adalah tempat wisata mewah yang membuat wisata kota Batu menjadi menarik. Tapi tahukah kita, ternyata semua itu hanya dikendalikan oleh satu orang. Ya, dialah Paul Sastro Sandjojo. Melalui perusahaan Jatim Park Group miliknya, Sastro mengelola itu semua. Pengusaha berdarah Tiongkok itu melakukan investasi secara luar biasa dan menghasilkan kemewahan wisata yang luar biasa pula. Anda tidak percaya, silahkan berkunjung ke kota Batu, Malang, Jawa Timur, dan datangi tempat itu semuanya. Dijamin puas!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun