Mohon tunggu...
Fachrul Khairuddin
Fachrul Khairuddin Mohon Tunggu... Akuntan - Akuntan

Terus Menulis!!!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Soeharto dan Soedono Salim, Kisah Bersatunya Kekuasaan dan Uang

18 Desember 2020   09:54 Diperbarui: 18 Desember 2020   10:06 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Film Janur Kuning (1979) adalah kisah kepahlawanan. Yang kita tahu dari film itu: perjuangan tentara Indonesia pimpinan Soeharto melawan tentara Belanda dan sekutunya yang ingin mengganggu kemerdekaan Indonesia. Perang terjadi di Jogjakarta pada 1949. Dikenal juga dengan sebutan Serangan Umum 1 Maret.
 
Tidak banyak yang tahu, di momen itulah Soeharto bersua dengan Liem Sioe Liong. Liem, pengusaha asal Semarang, menjadi pemasok logistik ke markas tentara Indonesia di pebukitan Jawa Tengah.
 
Empat belas tahun kemudian, keduanya kembali bersua. Kali ini di level tertinggi: Soeharto yang baru saja menjadi Presiden butuh pengusaha yang bisa membantunya membangun bangsa. Liem menawarkan diri.

Keduanya klop dari sisi sifat dan sikap. Soeharto menginginkan kekuasaan, Liem menginginkan uang. Keduanya pun saling menyangga satu sama lain. Tanpa neko-neko. Soeharto melindungi bisnis Liem; Liem mendanai segala kebutuhan Soeharto, keluarganya, kroni-kroni, dan pemerintahannya.

Dan kerja sama keduanya bertahan hingga tiga dekade.
 
Liem dan Soeharto sudah seperti saudara. Saat Liem mengubah namanya menjadi nama Indonesia, Soehartolah yang memberinya nama: Soedono Salim. Diambil dari kata Soe yang berarti baik dan Dono yang berarti uang atau dana.
 
Kini, keduanya sudah berada di alam lain. Tapi warisannya masih terlihat. Bisnis-bisnis Liem masih berdiri megah dengan nama Salim Group. Sementara anak-anak Soeharto masih eksis dengan gayanya masing-masing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun