Sudah lama saya penasaran dengan yang namanya Lava Bantal, walaupun sudah pernah lihat seperti apa bentuknya, tapi rasa penasaran ini semakin besar karena keinginan untuk mengexplore lebih jauh tentang sisi lain dari Lava Bantal. Akhir pekan kemarin, rasa penasaran itu akhirnya terjawab dengan ajakan dari teman-teman Kompasianer Jogja untuk menjajal wahana wisata baru di sekitar Lava Bantal, yaitu "Geo Tubing Lava Bantal". Karena memang akhir-akhir saya kurang piknik, ajakan itu sepertinya akan sulit untuk ditolak,yah sekedar untuk merefresh otak dari segala hiruk pikuk rumitnya kehidupan, hehehe...Piknik gak usah jauh-jauh, asal bisa bikin bahagia dan tertawa, jadilah agenda saya pada weekend waktu itu (18/02/2017) #sabtublusuk.
Sebagai pengenalan untuk teman-teman yang belum tahu, Lava Bantal terletak di Jalan Berbah, Dusun Watuadeg, Desa Jogotirto, Berbah, Sleman. Wisata yang sudah diremikan oleh Sri Sultan Hamengkubowono X pada bulan Mei 2016 ini merupakan pijaran lava yang sudah jutaan tahun mengendap di wilayah tersebut dan memiliki nilai sejarah yang sangat penting. Dinamakan Lava bantal karena bentuk strukturnya yang menyerupai bantal. Nah, tumpukan batu-batu ini adalah lava gunung berapi yang sudah membatu dan keberadaannya sudah ada sejak 30 tahun yang lalu. Bahkan, Lava Bantal lebih tua dibandingkan dengan Gunung Api Purba Nglanggeran yang berada di kabupaten Gunung Kidul. Lava Bantal ini terbentuk dari lelehan lava akibat erupsi yang bersentuhan dengan air laut. Konon, daerah itu dulunya bekas gunung api purba yang berada di laut.
Sedangkan Geo Tubing Lava Bantal adalah sebuah wahana wisata baru yang digagas oleh Badan Promosi Pariwisata Kabupaten Sleman bersama masyarakat setempat sebagai bagian dari pengembangan kawasan wisata Lava Bantal. Setelah diresmikan oleh Bupati Sleman Sri Purnomo pada Tanggal 18 Desember 2016, Geo Tubing Lava Bantal ditetapkan sebagai  wisata yang bersifat fun dan edukatif karena menggabungkan antara olahraga tubing dan wisata geo heritage. Wisata ini memang sedikit menguji adrenalin, apalagi bagi saya yang baru pertama kali mencoba jenis wisata seperti ini. Mengarungi derasnya aliran Sungai Opak, sambil leyeh-leyeh diatas ban karet sendiri, ngeri-ngeri asyik. Untuk cerita bagaimana asyik dan serunya 10  Kompasianer Jogja menjajal Geo Tubing Lava Bantal, mari kita ikuti cerita dibawah ini.
Sesampainya di sekretariat, kita sudah disambut hangat oleh teman-teman pengelola wisata. Â Salah satunya adalah Bapak Sarwoto Dwi Atomojo yang bertugas menjelaskan kepada kita semua tentang informasi seputar wisata Lava Bantal, penjelasannya sangat bermanfaat untuk membuka wawasan kita tentang tempat ini yang ternyata memang mempunyai nilai historis yang sangat tinggi dan wajib untuk dijaga dan dilestarikan. Setelah informasi yang diberikan cukup, kini saatnya melakukan berbagai persiapan untuk terjun ke sungai. Persiapan dimulai dengan pengenalan dari pihak pemandu pada alat-alat untuk melakukan aktivitas tubing, kemudian dilanjutkan dengan melakukan brirfing, Â pemanasan atau peregangan otot sampai berdoa bersama agar semuanya dapat berjalan lancar dan aman.Â
Pergerakan ban yang saya naiki tidak selamanya tenang, mau tidak mau harus menuruti kehendak sang tuan rumah. Kadang saya harus berputar-putar, bahkan hampir menabrak pinggiran sungai yang dipenuhi sampah dan ranting-ranting pohon, untung ada mas wahyu, pemandu kita yang sigap membantu membetulkan arah ban saya. Suasana seakan tidak pernah sepi karena tawa dan keceriaan para teman-teman kompasianer jogja. Suasana tambah pecah saat kita menepi ke pinggir sungai untuk sekedar beristirahat sebentar, ketika itu ada salah satu teman yang memang sepertinya sedang panik dan tiba-tiba bannya terlepas dan terbalik, sontak teman saya tersebut menjerit dan terlihat ketakutan, padahal dia sudah memakai pelampung dan kondisi air sungai yang kita buat menepi itu dangkal #Aduhh. kami yang melihat kejadian itu, bukannya menolong malah tertawa dengan kerasnya. Usut punya usut, ternyata waktu itu memang ada yang sengaja ngerjain untuk membalikkan bannya, maaf ya, bukan saya lho, hahaha...Â
Beberapa menit sebelum menuju titik finish, bau tidak sedap tiba-tiba tarasa menusuk hidung, teman saya disebelah juga merasakan hal yang sama, sehingga harus menutup hidung dengan kerah bajunya. "Wah, bau apa ini mas kok gak enak banget..!" tanya saya pada mas Wahyu pemandu kami, "Maaf mas, ini bau dari dari pabrik pemotongan ayam, limbah bulu ayamnya dijemur sehingga menimbulkan bau yang gak enak kayak gini" ujar mas wahyu, sambil tangannya menujuk  ke arah kiri seberang sungai. Lokasi pabrik memang sangat dekat dengan lokasi wisata Lava Bantal, sehingga hal ini menurut saya sangat mengganggu kenyamanan para wisatawan. Menurut artikel yang saya baca di antarayogya.com, persoalan pencemaran limbah bulu ayam di sekitar Lava Bantal itu sudah pernah dibicarakan oleh Pokdarwis kepada pemilik pabriknya hingga sampai ke kelurahan, namun ternyata tidak ada tanggapan. penjemuran limbah bulu ayam itu baru bisa berhenti ketika ada pejabat tinggi yang datang berkunjung ke Lava Bantal. Setelah selesai, kemudian diulangi kembali. Semoga kedepannya persolan ini cepat selesai, antara pengelola pabrik dan wisata Lava Bantal bisa mencapai titik temu untuk bisa menghadirkan wisata yang nyaman tanpa mengganggu kenyamanan para wisartawan