Dalam bukunya yang berjudul "Jazz, Parfum, dan Insiden", Seno Gumira Ajidarma pernah menuliskan sebuah ungkapan yang menarik tentang senja, yaitu "Setiap hari ada senja, tapi tidak setiap senja adalah senja keemasan, dan setiap senja keemasan itu tidaklah selalu sama". Dia juga membayangkan akan adanya sebuah negeri senja, dimana langit selalu merah keemas-emasan dan setiap orang di negeri itu lalu lalang dalam siluet. Dalam bayangan seorang Seno, Negeri Senja itu tak pernah mengalami malam, tak pernah mengalami pagi dan tak pernah mengalami siang.
Benar juga apa yang diungkapkan oleh Seno Gumira Ajidarma diatas. Setiap hari kita melihat senja, tapi disetiap kemunculannya senja selalu datang dengan membawa wujud dan sensasi yang berbeda. Senja keemasan bagi saya adalah senja sesungguhnya, di dalamnya saya dapat merasakan kepuasan dan perenungan terhadap kemahakuasaan sang pencipta.
Sore itu (10/11/2017) langit jogja terlihat suram, gumpalan awan hitam berarakan seolah mengiringi perjalanan saya dalam melawan padat dan macetnya jalanan jogja. Tujuan utama sebenarnya ingin menuju ke sebuah tempat yang katanya mempunyai spot keren untuk mengabadikan senja, tapi ketika melihat situasi langit yang tidak bersahabat, saya jadi sedikit pesimistis untuk bisa menikmati senja bila cuacanya seperti ini.
Satoria Hotel Yogyakarta adalah tujuan saya sore itu, sebuah hotel berbintang 4 yang berada di Jl. Laksda Adisucipto Km.8. Kebetulan pihak manajemen hotel tersebut mengundang saya dan kawan-kawan dari blogger jogja untuk berbaque-an dan menikmati senja di rooftop hotel. Tentu ini akan menjadi pengalaman menarik dan bisa mendapatkan sudut pandang berbeda ketika bisa menikmat sunset dari atas ketinggian hotel.
Dari target awal sampai lokasi pukul 17.00, jadinya harus molor sekitar  20 menit karena jalanan yang lumayan macet dan sebelumnya memang ada  acara yang juga saya ikuti. Sesudah memarkir motor di basement hotel,  saya langsung masuk lift  untuk menuju rooftop yang berada di lantai 9.  Ketika lift sudah terbuka, sebuah dinding bertuliskan Vue Bar yang di  kanan-kirinya dihiasi cahaya ungu menjadi pemandangan pertama yang saya  lihat.
Melihat pemandangan seperti itu, saya beserta kawan-kawan blogger tentu tidak tinggal diam. Kami pun mengabadikan momen tesebut dengan kamera masing-masing, mengambil angle dari berbagai sudut demi bisa mendapatkan hasil jepretan yang maksimal. Ibarat seperti negeri senja yang diimpikan oleh Seno Gumira Ajidarma, dari tempat ini, di bawah langit merah keemas-emasan, kami berpose bak model dan berlalu lalang dalam siluet. Mentari memang sudah tak tampak lagi, tapi saya cukup puas bisa menikmati sisa-sisa keindahannya yang tetap memukau mata.
Karena kami bukan hidup di negara senja, maka mau tak mau malam juga akan menghampiri dan terpaksa menghapus indahnya senja. Suara adzan magrib samar-samar terdengar, ini menandakan waktunya untuk menjalankan kewajiban shalat magrib bagi kami yang beragama muslim. Setelah shalat di musholla yang ada di basement, kami pun kembali lagi ke rooftop untuk mengikuti acara selanjutnya.
*****