Mohon tunggu...
Fachrizal Fazza Ashari
Fachrizal Fazza Ashari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Teknik Informatika semester 5 yang sedang mendalami dunia pengembangan aplikasi dan AI. Berminat dalam membangun sistem yang efisien dan handal, serta terus belajar teknologi-teknologi terbaru dalam bidang ini.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Repository Digital BIM Core: Menjamin Kelangsungan Informasi Konstruksi di Era Digital

16 September 2024   10:50 Diperbarui: 16 September 2024   11:04 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Repositori Digital BIM Core: Menjamin Kelangsungan Informasi Konstruksi di Era Digital

Dalam dunia konstruksi modern, kemajuan teknologi telah membawa perubahan yang signifikan terhadap cara kita mendokumentasikan dan mengelola data bangunan. Salah satu inovasi terbesar adalah Building Information Modeling (BIM), sebuah metode yang tidak hanya memungkinkan kita untuk merancang, membangun, dan memelihara bangunan secara digital, tetapi juga membantu dalam menjaga informasi penting terkait siklus hidup bangunan. Namun, di balik kemajuan ini, muncul tantangan besar terkait bagaimana memastikan kelangsungan dan aksesibilitas data BIM dalam jangka panjang.

Penelitian yang dilakukan oleh Uwe M. Borghoff, Eberhard Pfeiffer, dan Peter Rdig (2024) dalam artikel berjudul "Unveiling BIM Core: Enhancing Long-Term Usability of Digital Building Documentation with an Advanced Representation Information Repository" yang dipublikasikan di Journal of Information Technology in Construction (ITcon) menyoroti isu utama ini. 

Mereka menunjukkan bahwa pelestarian dokumentasi digital jangka panjang, terutama dalam konteks konstruksi, sangat penting untuk memastikan pemeliharaan bangunan, renovasi, dan bahkan dekomisioning. Salah satu data menarik dari penelitian ini adalah bahwa pada tahun 2015, Otoritas Bangunan Bavaria menghabiskan rata-rata 3 euro per meter persegi Gross Floor Area (GFA) untuk digitalisasi aset bangunan mereka, mencakup 27 juta meter persegi GFA dari 16.320 bangunan (Borghoff et al., 2024). 

Lebih jauh lagi, artikel ini mengusulkan pengembangan repositori informasi representasi yang disebut BIM Core, yang bertujuan untuk menjawab tantangan tersebut. Repositori ini diharapkan dapat menyimpan data BIM secara lebih terstruktur dan menjamin penggunaannya dalam jangka waktu yang lama, terutama dalam hal pengelolaan digital yang efisien.

Metode yang digunakan oleh Borghoff, Pfeiffer, dan Rdig dalam penelitian ini sangat menarik, terutama dalam cara mereka mengadopsi model referensi OAIS (Open Archival Information System) untuk menjaga kelangsungan data BIM. OAIS pada dasarnya adalah standar internasional yang telah diadopsi di berbagai sektor untuk pengelolaan dan pelestarian informasi digital jangka panjang. Di dalam konteks BIM, standar ini memberikan kerangka kerja untuk menjaga keutuhan data digital, seperti yang ditunjukkan dalam penanganan elemen-elemen data penting dalam repositori yang mereka kembangkan.

Salah satu poin kunci dari penelitian ini adalah bahwa dokumen dan dataset digital seringkali kehilangan relevansi atau aksesibilitas seiring waktu karena format yang sudah usang. Penulis mengidentifikasi lebih dari 23 elemen inti dalam BIM Core yang dapat membantu menjamin kelangsungan dokumen digital ini, termasuk nama format, versi, keterbukaan spesifikasi, dan hak cipta (Borghoff et al., 2024). Di sini, solusi yang mereka tawarkan melibatkan penyimpanan metadata yang kaya informasi, sehingga data BIM dapat terus diakses dan digunakan tanpa memerlukan format asli yang sudah tidak lagi didukung.

Menariknya, mereka juga menggarisbawahi peran besar yang dimainkan oleh format-format file, seperti IFC (Industry Foundation Classes), dalam menjamin interoperabilitas di seluruh sistem BIM. IFC, yang pertama kali diperkenalkan pada tahun 1996 dan distandardisasi ISO pada 2024, telah menjadi andalan dalam pengelolaan data BIM. Namun, penulis menekankan bahwa keterbatasan format ini juga dapat menimbulkan tantangan di masa depan, terutama karena BIM menjadi semakin kompleks dengan penerapan teknologi baru seperti data dinamis dan sensor bangunan.

Data yang mereka kumpulkan juga menunjukkan bahwa, meskipun digitalisasi telah meningkatkan efisiensi sektor konstruksi, tantangan besar masih ada, terutama dalam hal menjaga aksesibilitas jangka panjang. Pada tahun 2021, sebuah penelitian yang dikutip oleh Borghoff menunjukkan bahwa sekitar 30% model BIM mengalami kehilangan informasi atau degradasi kualitas ketika harus dikonversi ke format lain untuk tujuan pelestarian jangka panjang (Alshammari et al., 2021). 

Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk memastikan BIM dapat berfungsi sebagai standar universal yang tidak hanya efektif untuk proyek jangka pendek tetapi juga dapat bertahan untuk dekade ke depan.

Dengan BIM Core, penulis berharap dapat mengurangi fragmentasi format dan memastikan bahwa semua data yang berkaitan dengan bangunan, mulai dari desain awal hingga pemeliharaan jangka panjang, dapat diakses oleh generasi mendatang tanpa memerlukan interpretasi yang kompleks atau perangkat lunak khusus yang sudah tidak didukung lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun