Keluar dari area pemakaman, Julian melanjutkan perjalanan menuju toko Bu Ida. Hari ini ia akan bekerja keras seharian untuk menghasilkan uang yang cukup untuk kebutuhan sekolahnya dan Gita. Sekaligus rencananya untuk membelikan kue di hari ulang tahun Gita.
Sesampainya di toko Bu Ida, Julian turun dari sepeda dan langsung mengahampiri Bu Ida. “Pagi, Bu! Itu barang di depan dipindahin ke mana?”
Bu Ida tampak terkejut melihat kehadiran Julian di tokonya sepagi ini. Harusnya anak satu itu pergi ke sekolah, bukan malah ke tokonya. “Kamu nggak sekolah, Julian?"
“Libur dulu, Bu. Sengaja ke sini lebih awal biar dapat upah banyak.”
Bu Ida geleng-geleng kepala. “Ya sudah, barang yang ada di depan tolong pindahin ke gudang belakang ya. Sekalian rapihin. Besok-besok Bu Ida nggak mau lihat kamu bolos sekolah buat ke sini, kecuali hari libur. Kalau hari-hari sekolah ke sininya pas pulang aja ya, An,” tutur Bu Ida kepada Julian
“Iya bu siap. Julian ganti baju dulu baru angkatin barang-barangnya.”
Julian pun beranjak pergi sesuai perintah dari Bu Neni. Setelah itu, ia mulai mengangkati barang-barang kebutuhan toko. Kardus demi kardus ia pindahkan dari yang semula berada di depan toko ke dalam gudang. Ya seperti inilah kebiasaannya sepulang sekolah. Bekerja paruh waktu demi menghidupi Dirinya dan Adiknya.
Tak terasa, cahaya jingga terlihat dari langit sebelah barat. Keringat yang mengalir dari kening, Julian usap dengan tangannya. Seluruh pekerjaannya juga telah usai. Hingga akhirnya......, Bu Ida datang menghampiri Julian.
Bu Ida mengulurkan sebuah amplop putih kepada Julian. “Ini upah hari ini. Semoga cukup, ya, An.” ucapnya.
Julian menerima amplop itu. “Wah, makasih banyak Bu. Semoga tokonya rame terus!” Ia tersenyum lebar hingga kedua matanya menyipit seperti bulan sabit.
Bu Ida mengangguk turut senang. “Aamiin. Ya sudah, kamu pulang sana gih! Gita pasti udah nungguin kamu.”