Mohon tunggu...
Fachrialhabsy
Fachrialhabsy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

"Satu-satunya kebijaksanaan sejati adalah mengetahui bahwa Anda tidak tahu apa-apa." - Socrates

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Apa yang terbesit di pikiran netizen ketika mendengar nama "gus" di zaman sekarang?

27 Januari 2025   05:45 Diperbarui: 27 Januari 2025   05:36 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kita tidak asing lagi dengan sebutan "Gus" atau sebutan lainnya "Lora" dari bahasa Madura. Gus sendiri merupakan gelar yang diberikan kepada seseorang yang memiliki status sebagai anak kandung Kiai, atau bisa juga seseorang anak laki-laki yang menjadi mantu dari Kiai pengasuh pesantren, walaupun tidak ada garis keturunan Kiai. Dan jika seorang Gus menggantikan posisi ayahnya sebagai pengurus pesantren, maka gelar Gus yang dia miliki akan hilang dan akan digantikan dengan gelar Kiai.

Apa tujuan dari penggunaan gelar Gus? Sebenarnya tujuan utama dari pemberian gelar ini adalah sebagai pertanda penghormatan terhadap seseorang yang memiliki garis keturunan ulama atau nabi dan yang akan menjadi penerus mereka. Tetapi di zaman sekarang, paradigma masyarakat terhadap sebutan "Gus" ini terkesan buruk. Hal ini disebabkan karena ada beberapa perbuatan buruk yang mereka lakukan dan tidak mencerminkan akhlak atau keilmuan seorang "Gus". Sehingga mengubah pandangan masyarakat yang tadinya baik menjadi buruk.

Suatu kasus yang melibatkan seorang Gus yang mengolok-olok tukang es teh kaki lima beberapa hari yang lalu menjadi salah satu contoh perbuatan buruk dari seseorang yang disebut dengan Gus di zaman sekarang. Adapun juga seseorang yang ikut tersorot, yaitu Gus Zaidan, karena pada saat itu beliau duduk di sebelah Gus Miftah dan ikut tertawa terbahak-bahak. Padahal dulunya Gus Zaidan ini sempat viral di media sosial dikarenakan beliau memiliki wajah yang tampan dan suara yang indah. Tetapi sekarang setelah kasus itu, image beliau yang tadinya bagus sekarang menjadi hancur. Tersebar luas lah berita-berita yang menunjukkan sisi gelap dari Gus Zaidan ini, seperti candaannya saat berada di pengajian yang jorok dan tidak mengedepankan akhlak. Dan juga tersebar video lamanya yang tidak tidur selama 2 hari 2 malam tetapi tetap memiliki mata yang fresh, sehingga netizen menuntut Gus Zaidan untuk melakukan tes urine dan menyebut Gus Zaidan ini dengan sebutan "anak ajaib" atau "anak BNN", karena dicurigai bahwa ia menggunakan narkoba.

Tetapi satu hal yang harus kita ketahui, bahwasanya tidak semua Gus yang ada di zaman ini mengalami degradasi akhlak. Masih banyak Gus-Gus di luar sana yang masih konsisten dalam menjaga perilakunya di masyarakat. Seperti contoh Gus Baha dan Gus Wafi, beberapa belakangan ini, dua tokoh ini sering disebut di platform media sosial karena mereka memiliki penampilan yang sangat sederhana tetapi memiliki ilmu yang luar biasa. Tak sedikit masyarakat mengomentari penampilan Gus Wafi yang, karena kesederhanaannya, jika orang yang tidak tahu dengan Gus Wafi akan menganggap bahwa ia hanya jamaah biasa. Maka dari itu, saat ini kita masih bisa mengandalkan "Gus" sebagai referensi ilmu kita, tetapi kita masih harus memfilter apakah perilaku dia mencerminkan akhlak Al-Qur'an dan Hadis atau tidak.

Gelar "Gus" seharusnya tetap dihargai sebagai simbol penghormatan terhadap seseorang yang memiliki garis keturunan ulama atau nabi, serta sebagai penerus tradisi keilmuan. Namun, seiring berjalannya waktu, sebagian orang yang mengaku sebagai Gus telah menunjukkan perilaku yang tidak mencerminkan akhlak yang seharusnya dimiliki oleh seorang pemimpin agama. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk belajar menjaga akhlak dalam bermasyarakat dan tidak serta-merta menganggap gelar "Gus" sebagai hal yang buruk hanya karena beberapa tindakan individu yang tidak mencerminkan nilai-nilai tersebut. Masih banyak Gus-Gus yang tetap menjaga akhlak dan memberikan teladan yang baik. Kita harus lebih bijak dalam menilai seseorang berdasarkan akhlaknya, bukan hanya berdasarkan gelar yang disandang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun