Mohon tunggu...
Fachrezi Havid
Fachrezi Havid Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa yang aktif dalam organisasi dan suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kekayaan yang Kita Buang

21 Juni 2023   14:56 Diperbarui: 21 Juni 2023   14:58 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Meskipun Indonesia memiliki banyak kekuatan geopolitik, kita dianggap sebagai negara dunia ketiga. Mengapa hal ini terjadi? Pertama-tama, ini disebut sebagai "fenomena geopolitik", yaitu ketika kinerja suatu negara tidak memenuhi syarat untuk kekuatan geopolitiknya. Ini akan mencakup pemahaman tentang geopolitik, contoh kekuatan geopolitik Indonesia, dan strategi untuk menjaganya.
Perjuangan untuk mendominasi entitas geografis internasional dan global untuk keuntungan politik dikenal sebagai geopolitik. Analis geopolitik mempelajari bagaimana geografi memengaruhi peristiwa nasional dan internasional dan mempelajari aktor—individu, organisasi, perusahaan, dan pemerintah negara lain—dan perilaku politik, ekonomi, dan keuangan mereka. Karakteristik kinerja investasi seperti volatilitas pasar, pertumbuhan ekonomi, dan kinerja bisnis dipengaruhi oleh hubungan ini.

Kekuatan geopolitik negara:

Lebih dari 16.000 pulau terletak di Indonesia, yang merupakan kepulauan terbesar di dunia, dengan luas lebih dari 3 juta mil persegi. Nilai strategis Indonesia datang dari alam. Sangat penting karena berada di jalur perdagangan laut global. Bisa menutup laut India dan Pasifik dan menghubungkan chokepoints. Ada empat selat yang menghubungkan Indonesia: Selat Malaka, Selat Sunda, Selat Lombok, dan Selat Ombai-wetar. Selat Malaka menghubungkan rute minyak Teluk Persia, dan selat Lombok dan Ombai-wetar digunakan oleh kapal tanker yang mengangkut barang dari Asia ke Afrika. Koridor laut ini bertanggung jawab atas setengah dari perdagangan dunia. Ini memberi Indonesia posisi teratas dalam perdagangan lintas laut dunia. Selatnya melewati samudra Hindia dan Pasifik.

Sumber daya alam Indonesia kaya. Kopi, karet, kayu, minyak kelapa sawit, kakao, teh, gula, kopra, rempah-rempah, dan tembakau adalah produk utama Indonesia. Tidak ada negara yang tidak memiliki kelemahan. Meskipun Indonesia memiliki banyak sumber daya alam, 11,2% penduduknya hidup di bawah garis kemiskinan. Perkembangan ini tidak sebanding dengan Singapura, Taiwan, dan Korea Selatan yang memiliki sumber daya yang kurang. Di negara-negara yang kaya sumber daya, pola yang serupa dikenal sebagai "fenomena sumber daya alam". Fenomena ini menggambarkan kinerja ekonomi suatu negara dibandingkan dengan kekayaan sumber daya alamnya. "Penyakit Belanda" terjadi ketika pertumbuhan sektor tertentu mengikuti penurunan sektor lain.

Karena kinerjanya yang buruk, Indonesia tidak dapat bersaing dengan negara maju meskipun memiliki semua kelebihan itu. Misalnya, masalah nikel yang hilang di WTO dan kewajiban Indonesia untuk mengekspor nikel mentah adalah bukti bahwa kekuatan geografis Indonesia tidak dimanfaatkan dengan baik. Contoh lain juga seperti kacang kedelai. Pada tahun 2010, 2.647 ton kedelai dikonsumsi di Indonesia. Tapi kami hanya memproduksi 907 ton, jadi kami mengimpor 1.740 ton pada akhirnya. Ini menunjukkan bahwa meskipun kita sangat menyukai tempe, kita tidak bisa membuatnya.

Kesimpulannya, geopolitik dapat digambarkan sebagai pertarungan untuk menguasai entitas geografis yang memiliki dimensi internasional dan global, selain penggunaan entitas tersebut untuk tujuan mencapai keuntungan politik.Dan salah satu alas an keterbelakangan nya Indonesia adalah ketidak tanggung jawaban kita sendiri terhadap kekayaan yang di berikan kepada kita sendiri. Bahwa tidak penting berapa banyak kekayaan yang kita miliki karena, " with great powers come great responsibility", dan jika kita tidak dapat mempertahankan apa yang sudah kita miliki, maka semua Harta Ibu Pertiwi akan sia-sia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun