Tingginya animo berbagai komponen untuk menjadi pemimpin menunjukkan kuatnya demorasi dan tumbuhnya kesadaran politik. Namum itu saja tidaklahcukup buat mereka untuk menunjukkan kesadaran kepedulian terhadap rakyat. Karena yang terpenting adalah keselarasan niat dengan rakyat haruslah seimbang, seyogya-nya untuk apa mereka bertarung tapi rakyat mereka sendiri yang dikorbankan dalam pertarungan yang sudah cukup lama memanas ini.
“Saya kutip tulisan dari Marah Halim, opini dari aceh.tribunnews.com, bahwa politik dalam dua pandangan dua filosof Greek, Plato dan Aristo, sejatinya adalah amal mulia untuk membangun masyarakat menuju kemadanian yang bercirikan keadilan sosial, persamaan, supremasi hukum, dan kemaslahatan manusia”
Substansi nya adalah itu tujuan pokok politik itu adalah amalan yang cukup mulia, saya sepakat soal itu jika niat-nya benar-benar untuk kesejahteraan rakyat. Hanya elite-elite politik yang mampu memimpin rakyat di negara berbentuk demokrasi ini.
Tapi sayang kondisi saat ini mengatakan sangat berbeda, sangat jauh dari nuansa politik sehat. Berbagai cara dilakukan untuk siapa yang terhebat. Masa yang dikumpulkan, dana yang dikumpulkan, telebih lagi energi yang dikumpulkan terbuang hanya untuk menjadi penguasa tertinggi di tanah Aceh. Masa konflik yang berkepanjangan di tempo dulu tak jauh berbeda dari sekarang, lihatlah perjuangan dulu yang bertujuan untuk mencari kemerdekaan jadi percuma. Karena kondisi saat ini makin semakin buruk, dahulu pejuang Aceh berperang bertumpah darah untuk mengambil hak dan keadilan, sekarang bertarung di arena politik dengan saudara-saudara sendiri.
Kemana arah saat ini
Aceh lon sayang – Aceh lon malang, mungkin pepatah itu cukup untuk mengatakan nasib rakyat Aceh yang menjadi korban saat ini. Tidak sedikit putra-putri Aceh yang tidak menemukan arah perencanaan mereka kedepan, dan pembangunan Aceh pun jadi menjadi tanda tanya yang cukup besar buat mereka. Apakah ini akhir pembangunan pejuang Aceh untuk tanahnya?
Aceh ingin memisahkan sendiri dari saudara-nya, itulah paradigma dari saya. Bagaimana bisa membangun yang baik jika sesama saudara sendiri berpecah belah? dan untuk apa pembangunan yang selama ini sudah berjalan di claim atas perjuangan segelintir pihak? . Bukankan semua itu adalah perjuagan RAKYAT ACEH?
Siapa kambing hitam dan siapa udang dibalik batu
Perdebatan di bolehkan atau tidak calon independent, itulah yang menjadi kambing hitam saat ini. Tapi siapa udang yg di balik batu itu yang melarang calon independent untuk naik mencalonkan diri sebagai pemimpin? Wallaua’lam bissawaf.
Maaf seribu maaf, saya bukanlah seorang pendukung calon baik dari independent dan partai politk manapun. Bagi saya pribadi, siapapun, baik dari independent dan partai politik sah-sah saja untuk mencalonkan diri untuk menjadi pemimpin. Yang terpenting adalah kesejahteraan rakyat Aceh dan kemajuan pembangunan yang menjadi tujuan pokok ide-ide politik di Aceh ini.
Lihatlah negeri super power Amerika Serikat, walaupun terdiri dari dua partai politik, tapi sistem liberatur negaranya tidak ada mengatur atau melarang siapapun untuk menjadi calon pemimpin. Al-hasil Amerika Serikat berhasil menjadi salah satu negara pemimpin dunia dari bidang apapun. Dan sekali saya minta maaf bahwa saya bukanlah pro Amerika serikat, boleh saya kasih senyum. J
Akhirilah pertarungan ini
Persaingan adalah hal yang wajar, tapi janganlah rakyat yang menjadi korban. Dan seseorang menginginkan untuk menjadi pemimpin adalah hal yang sangat luar biasa, tapi harus disadari dan berlandaskan iman yang kuat. Sadarlah kalian para pemimpin yang belum tersadar, Allah.SWT-lah yang maha pemimpin, Allah.SWT-lah yang maha kuat. Jangan jadikan Serambi Mekah arena pertarungan kalian, belum cukupkah peringatan dari Allah.SWT untuk kalian?
Ini tanah Aceh yang suci, cukuplah kalian bermain di arena politik kalian, tanah ini milik rakyat Aceh, bukan milik kalian semata. Kalian silahkan bertarung tapi jangan korbankan kami.
Wassalam.
Dikutip dari personal blog saya : fachremyputra.blogspot.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H