EhLija (Lija) adalah seorang animator dan juga novelis. Novel "Peri Jangan Mati" adalah salah satu karyanya. Novel "Peri Jangan Mati" merupakan novel ketiga dari Lija, atau volume kedua dari novel sebelumnya yaitu "Jamet Circle". Lija memulai karirnya dengan menjadi animator, ia memposting karyanya di YouTube dengan nama akun EhLija. Animasinya menceritakan tentang persahabatan antara enam orang, yaitu Eja, Jeje, Ale, Nasya, Agnes, dan Ririn. Persahabatan mereka dinamai "Jamet Circle".
Mulai pertengahan tahun 2023, Lija mulai debut sebagai novelis dengan menerbitkan novel pertamanya, yaitu "Jamet Circle". Kemudian ia menerbitkan novel kedua, yaitu "Catatan Anak Sekolah". Dan yang terakhir, yaitu novel "Peri Jangan Mati".
Pada novel "Peri Jangan Mati", novel ini menceritakan tentang "Ririn" sebagai karakter utama yang sedang berusaha untuk melawan penyakitnya, yaitu kanker kulit. Ririn juga berusaha untuk merahasiakan penyakitnya ini dari kelima sahabatnya itu, karena dia tidak mau membuat kelima sahabatnya ini khawatir dengan kondisinya.
Namun ternyata Ririn tidak bisa melawan penyakitnya ini, dan akhirnya dia dinyatakan meninggal dunia. Dikarenakan Ririn yang terlambat mengetahui penyakitnya ini, dan juga dia yang menganggap sepele gejala awal dari penyakitnya, membuatnya harus pergi meninggalkan kelima sahabatnya untuk selamanya.
Tentu hal ini membuat kelima sahabatnya itu terkejut dan tidak percaya dengan kepergian salah satu sahabat mereka, yaitu Ririn. Kepergian Ririn meninggalkan luka yang sangat dalam bagi orang-orang terdekatnya, dan juga sahabat-sahabatnya.
Nasya yang merupakan salah satu sahabat Ririn yang paling dekat dengan Ririn merasa dia telah kehilangan orang yang membuatnya bisa menahan emosinya yang sering meledak-ledak. Ririn juga merupakan orang yang selalu percaya bahwa Nasya bisa memenangkan pertandingan taekwondo yang Nasya ikuti.
"Lepas, Le! Gue mau ketemu Ririn. Gue mau pamer ke dia kalau piagam emas ini buat dia! GUE MAU KASIH TAHU KE DIA KALAU GUE BISA MENANG SESUAI DENGAN APA YANG DIA BILANG. GUE MAU KETEMU RIRIN, ALE! LEPAS!" teriak Nasya.
Tergambar bahwa Nasya sangat merasa kehilangan orang yang dia sayangi. Bukan hanya Nasya saja yang merasa sedih akan kehilangan orang tersayang. Saya juga merasa sangat sedih, jika kehilangan orang tersayang. Apalagi jika kehilangannya untuk selama-lamanya, itu adalah luka yang sangat sulit untuk cepat sembuh.
Kehilangan orang tersayang itu seperti saya telah kehilangan separuh dari diri saya, separuh kehidupan saya, dan separuh kebahagian saya. Orang tersebut adalah bagian penting dari kehidupan dan kebahagiaan saya, sulit merelakannya jika orang tersebut telah pergi meninggalkan saya untuk selama-lamanya.
Saya merasakan apa yang Nasya rasakan, karena memang kehilangan orang tersayang itu sangatlah menyakitkan. Tapi, saya tidak boleh berlarut-larut dengan kesedihan. Karena orang yang saya sayangi itu pasti tidak ingin melihat saya berlarut-larut dengan kesedihan atas kehilangannya.
Saya harus bisa menjalani kehidupan seperti sebelumnya. Walaupun kehidupan ini akan sangat berbeda dengan kehidupan sebelumnya, karena orang yang saya sayangi telah tiada. Dalam novel "Peri Jangan Mati" saya belajar bahwa kehilangan orang tersayang bukan berarti seseorang itu telah hilang sepenuhnya, namun dia masih ada dalam hati kita, dan itulah yang membuat kita bisa bangkit kembali dan menjalani kehidupan seperti sebelumnya.