Mohon tunggu...
Fachmy Casofa
Fachmy Casofa Mohon Tunggu... -

Co-Founder Institut Penulis Indonesia (InstitutPenulis.id) | Founder Enxyclo Brand Therapist (www.enxyclo.com) | Berprofesi sebagai penulis dan digital marketer. Temukan lebih lengkapnya di www.fachmycasofa.com

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Creative Writing #3: Being Incisive

10 Mei 2011   06:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:53 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

“Engkau harus menemukan sebuah kunci; sebuah petunjuk untuk mendapatkan gaya menulismu sendiri. Sebab, yang engkau miliki hanya dua puluh enam huruf dalam abjad itu, beberapa tanda baca, dan beberapa kertas.”

-- Toni Morrison

Setiap saat kita menghadapi masalah. Bukan karena kita adalah orang yang bermasalah. Tapi sepertinya memang sudahlah menjadi tabiat dalam klan masalah untuk tetap menjadi bagian dari hirupan hari. Satu cara termungkin untuk tak menganggapnya sebagai bagian paling mengesalkan dalam kehidupan adalah dengan mengganti sudut pandang. Anggap saja ia tantangan. Pasti akan lebih seru. Jangan pernah takut gagal. Kita harus bersiap bertanding, kalah, bahkan terkapar. Mengapa? Kesiapan itulah yang utama. Ia yang akan membuat kita menang. Itulah mengapa, kita seringkali mendapati para jawara yang bermental baja dan siap mati di medan lagi, tapi justru musuhnyalah yang harus terlepas nyawanya. Kesiapan memberikan setengah lebih kekuatan untuk bertahan. Kesiapan menghadirkan setengah lebih pengerahan kemampuan.

Berapa banyak salah yang kita terakan selama proses menulis? Sering salah, berarti kreatif. Bukannya salah itu berarti kreatif. Akan tetapi, kalau kita tidak siap untuk salah, kita tidak akan pernah menghasilkan sesuatu yang orisinil. Lebih bagus kita menghasilkan sejuta kesalahan karena kita telah mencoba melakukan banyak hal. Meramu sana-sini. Menggabung ini-itu. Daripada selalu benar, tapi sebenarnya tak pernah melakukan apapun. Kita berhenti dan menikmati empuknya sofa, tapi yang lain sudah berkelana menjelajah semesta. Chicken stays, eagle flies.

Saat kesiapan menghadirkan pegangan diri yang kuat, maka kesalahan memberikan ketajaman. Proses yang berulang-ulang dan seringkali salah itulah yang kemudian mengajarkan kita tentang detail, letak dari, “Oh, seharusnya tidak ditaruh di situ.” Atau, “Oalah, kurang ini.”Tak ada yang rugi. Karena kita tengah belajar dari pengalaman. Sekali lagi, kesalahan menyuguhkan ketajaman.

Sebelum ketajaman datang, kita harus menggosoknya terlebih dahulu dengan lima hal.

Pertama, problem is no problemo. Lakukan pendekatan yang ramah dengan masalah. Ada lima macam dalam pendekatan pemecahan masalah, atau problem solving approach. Pertama, mengidentifikasinya. Ajukan sendiri pertanyaanya: permasalahan apa yang sedang dihadapi, dan apa inti masalahnya. Kedua, cari alternatif pemecahannya. Ketiga, jangan lupa evaluasi alternatifnya. Keempat, pilih kesemua alternatif terbaik tersebut, dan sesuaikan dengan syarat dan batas yang ada. Terakhir, saat pelaksaan ide-ide kreatif pemecahan masalah tersebut.

Kedua, inovate. Carilah pengetahuan seluas-luasnya. Kreatifitas tanpa knowledge, tidak akan mampu menciptakan inovasi. Saat kita berhenti belajar, maka kita berhenti mempertajam diri.

Ketiga, different angle. Untuk mengembangkan kreatifitas, hingga kita mampu melihat sesuatu berdasarkan sudut pandang yang baru, bisa memulainya dengan mengadakan riset. Dalam riset kreatif, otomatis otak kanan dan kiri akan termaksimalkan. Karena untuk menjadi kreatif, menciptakan keseimbangan fungsi otak kiri dan otak kanan adalah sesuatu yang mutlak diperlukan.

Keempat, fix it in every step. Kita tak harus mempunyai jawaban untuk setiap pertanyaan yang bertaburan di kepala. Kita tidak harus selalu menghasilkan ide-ide orisinil yang belum pernah dipikirkan orang sebelumnya. Perhatikan saja apa yang membawa keberhasilan bagi orang lain. Lalu, terapkan ke bidang kita saat ini. modifikasi sedikit. Maka kita telah melahirkan sesuatu yang kreatif. Jangan meniru secara membabi buta. Selain tidak membuat kita berkembang, juga sangat memalukan. Orang-orang kreatif tidak harus menjadi orang pertama yang melakukan atau menciptakan sesuatu. Kita dapat melakukannya atau membuat hal-hal yang sudah ada, atau hal-hal yang biasa, namun dengan cara yang tidak biasa. Lakukan kreatifitas, siapa pun adanya diri kita, dan di manapun kita berada. Lakukan sesuatu yang berbeda, meskipun butuh waktu untuk melihat dan menikmati hasilnya. Berproseslah. Jangan ingin cepat besar. Mulailah dari langkah-langkah kecil yang terus-menerus diperbaiki. Memperbaiki di tiap tahapan akan lebih kelihatan nikmatnya. We can do anything, but we can’t do everything.

Kelima, trust your idea. Setiap ide pasti bermanfaat dan menunjukkan keunikannya. Hanya saja, mungkin ide tersebut tidak cocok digunakan untuk saat ini. Hanya yakini saja. Kuat-kuat. Di masa depan, bisa jadi ide kita justru bisa menghasilkan sesuatu yang mengguncang dan membuat para epigon kewalahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun